Kritik Metode Penetapan Harga Air Baku

66 Lanjutan Tabel 22 Kelompok Industri Besar 5a Pabrik es 5b Pabrik makananminuman 5c Pabrik kimiaobat-obatankosmetik 5d Gudang pendingin 5e Pabrik tekstil 5f Pabrik baja 5g Industri lainnya: pabrik perakitan mobilkendaraan lainnya, pabrik sepatu, pabrik konveksi, pabrik kertastissue, pabrik ban, batching plan, pabrik pengecoran logam, pabrik kacaglasskeramik Kenaikan pajak air tanah yang berlaku mulai bulan Juni 2009 pada dasarnya adalah perbedaan nilai NPA berdasarkan peraturan gubernur dan keputusan gubernur diatas. Berikut adalah ilustrasi perbandingan nilai pajak air tanah sebelum dan sesudah NPA yang baru: 1 Pemakaian 50 m 3 , didalam jangkauan PAM DKI Jakarta, kode tarif niaga kecil: Lama: Baru: Harga baru nilainya 6,33 kali lebih besar dibandingkan harga lama. 2 Pemakaian 50 m 3 , diluar jangkauan PAM DKI Jakarta, kode tarif niaga kecil: Lama: Baru: Harga baru nilainya 5,65 kali lebih besar dibandingkan harga lama.

6.3.3. Kritik Metode Penetapan Harga Air Baku

Perbedaan perhitungan besaran pajak air tanah di Provinsi DKI Jakarta dengan teori penetapan harga air tanah, seperti dipaparkan dalam Howe 1979, Moncur dan Pollock 1988, Koundouri 2004, dan Grafton et.al. 2004, terletak pada penetapan besaran harga air baku. Penetapan harga air baku dalam Pergub 372009 yang mengacu pada Kepmen 14551K2000 – seperti telah diuraikan di bagian 6.3.1. – didasarkan pada biaya rata-rata, analisis statik, dan hanya 67 mempertimbangkan biaya ekstraksi tidak memasukan komponen nilai air lainnya. Secara ringkas perbedaan dengan teori dengan praktik penetapan harga air baku di Provinsi DKI Jakarta atau Kepmen 14551K2000 dipaparkan dalam Tabel 23. Tabel 23. Perbedaan Metode Perhitungan Harga Air Baku Antara Kepmen 14551K2000 dan Teori Penetapan Harga Air Tanah Kriteria Kepmen 14551K2000 Teori Pendekatan Didasarkan pada konsep harga air tanah Didasarkan pada konsep nilai dan harga air tanah Jangkauan analisis Perhitungan didasarkan konsep statik, model yang dipakai untuk alokasi air permukaan Perhitungan didasarkan konsep dinamik, model yang lebih sesuai untuk air tanah Konsep biaya Harga air ditetapkan berdasarkan biaya rata-rata Harga air ditetapkan berdasarkan biaya marjinal Kelangkaan SDA Tidak secara eksplisit memasukkan nilai kelangkaan sumber daya air Secara eksplisit memasukan nilai kelangkaan sumber daya air dalam bentuk scarcity rent Rumus Perbedaan metode perhitungan ini akan mengakibatkan: 1 harga air tanah di Provinsi DKI Jakarta berada dalam posisi under pricing karena dua alasan, yaitu: a pada kasus sumber daya air tanah biaya marjinal akan selalu lebih besar dibandingkan biaya rata-rata dengan berjalannya waktu, dan b tidak memasukan nilai user cost atau scarcity rent ; dan 2 kemungkinan deplesi air tanah akan lebih cepat karena dengan asumsi pendekatan statis adalah pengambilan pada saat sekarang tidak mempengaruhi pengambilan di masa yang akan datang. Biaya marjinal, pada dasarnya merupakan biaya pemompaan, akan berbeda tergantung pada kedalaman muka air tanah dan akan terus meningkat dengan berjalannya waktu karena pada faktanya volume pengimbuhan lebih kecil dibandingkan dengan volume pengambilan dan pemanfaatan air tanah. Berdasarkan fakta tersebut, seharusnya pajak air tanah adalah scarcity rent dan besarannya berbeda mernurut lokasi dan waktu dan ditetapkan sedemikian rupa sehingga tidak ada perbedaan dengan harga perolehan air PAM DKI Jakarta untuk kualitas air yang sama. 68 6.4. Dampak Kenaikan Pajak Terhadap Pemakaian Air Tanah 6.4.1. Sampel Data Pemakaian Air Tanah di Provinsi DKI Jakara Sampel data pemakaian air tanah didapatkan dengan cara mengajukan permohonan data pemakaian air tanah kepada BPLHD Provinsi DKI Jakarta. Data yang diminta adalah pengambilan atau pemakaian air tanah periode sebelum dan sesudah diberlakukannya kenaikan NPA Nilai Perolehan Air Tanah berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 37 Tahun 2009. Kenaikan NPA mulai diberlakukan pada pemakaian air tanah bulan Juni 2009, sehingga data yang didapatkan adalah periode pengambilan air tanah tahun 2008 dan 2009. Sampel yang didapatkan adalah 552 rekening subjek pemakai air tanah. Subjek pemakai air tanah adalah institusi danatau perusahaan yang mendapatkan ijin pembuatan sumur untuk pengambilan air tanah. Setiap satu sumur memerlukan satu izin, sehingga setiap sumur diperlakukan sebagai satu subjek pemakai air tanah dan untuk itu diterbitkan nomor rekening pemakaian air tanah. Sumur-sumur sampel tersebut tersebar di semua wilayah administrasi kota – kecuali Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu – di Provinsi DKI Jakarta, 400 sumur 72,46 terletak di wilayah dalam jangkauan pelayanan PAM DKI Jakarta dan sisanya sebanyak 152 sumur 27,54 terletak diluar jangkauan pelayanan PAM DKI Jakarta. Sampai dengan bulan Desember 2008 jumlah pelanggan sumur bor dan sumur pantek di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 3.959 Jakarta Dalam Angka 2009. Jika dibandingkan dengan jumlah pelanggan sumur tersebut, intensitas sampling sebesar 13,94. Rincian sebaran sampel menurut kelompok tarif dan wilayah dipaparkan dalam Tabel 24, sedangkan kode sampel, daftar nama dan alamat sampel dipaparkan dalam Lampiran 1. 69 Tabel 24. Sampel Subjek Pemakai Air Tanah yang Didapatkan dari BPLHD Jakarta Subjek Pemakai Wilayah Jumlah Kode Kelompok Tarif SAP SAT SAB SAU SAS 1 Non Niaga 5 3 29 5 9 51 2 Niaga Kecil 14 1 13 2 13 43 3 Industri Kecil 8 2 5 15 4 Niaga Besar 56 35 86 37 57 271 5 Industri Besar 94 28 8 6 136 11 Instansi Pemerintah 9 6 5 1 15 36 Jumlah 84 139 169 55 105 552 Keterangan: SAP, SAT, SAB, SAU, dan SAS masing-masing singkatan dari Sumur Artetis Pusat, Timur, Barat, Utara, dan Selatan yang menunjukkan wilayah dimana subjek pemakai air tanah berdomisili, yakni Kotamadya Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan Jakarta Selatan. Evaluasi pencatatan pemakaian air tanah setiap bulan pada semua rekening sampel menunjukkan tiga kategori sumur air tanah, yaitu: 1 sumur yang dalam rekeningnya tertera angka pemakaian air tanah tidak nol setiap bulan pada tahun 2008 dan 2009, jumlahnya 145 sumur atau 26,27 dari total sampel; 2 sumur yang tidak digunakan terus menerus dalam tahun 2008 dan 2009 danatau pencatatatan setiap bulannya tidak lengkap misalnya terdapat bulan yang pemakaiannya nol sementara bulan sebelum dan sesudahnya terjadi pemakaian air tanah, jumlahnya 198 sumur atau 35,87 dari total sampel; dan 3 sumur yang sudah tidak digunakan catatan pemakaian air tanah tahun 2008-2009 sebesar nol, jumlahnya 209 sumur atau 26,27 dari total sampel; Sebaran sampel berdasarkan evaluasi pencatatan rekening pemakaian air tanah, kelompok tarif, cakupan layanan PAM DKI Jakarta, dan wilayahnya dipaparkan dalam Tabel 25, 26, dan 27. 70 Tabel 25. Sebaran Sampel Sumur Air Tanah yang Dalam Rekeningnya Tertera Angka Pemakaian Setiap Bulan Tidak Nol Tahun 2008-2009 Kode Tarif Wilayah Jumlah SAP SAT SAB SAU SAS 1D 1 5 4 10 2D 4 5 2 1 12 3D 2 3 5 4D 11 4 11 11 18 55 5D 17 5 1 23 11D 1 1 1L 1 1 2 2L 2 1 3 3L 1 1 4L 2 8 1 11 5L 10 8 2 20 11L 2 2 Total 16 34 47 17 31 145 Keterangan: Huruf D pada kode tarif menunjukkan sumur berada di dalam jangkauan pelayanan PAM DKI Jakarta 106 sumur, sedangkan huruf L menunjukkan sumur berada di luar jangkauan pelayanan PAM DKI Jakarta 39 sumur. Arti kode tarif seperti tertera pada Tabel 24. 71 Tabel 26. Sebaran Sampel Sumur Air Tanah yang Tidak Digunakan Terus Menerus danatau Pencatatan Rekening Tidak Lengkap Tahun 2008-2009 Kode Tarif Wilayah Jumlah SAP SAT SAB SAU SAS 1D 1 1 3 4 1 10 2D 5 2 4 11 3D 2 1 3 4D 23 7 14 20 24 88 5D 28 3 3 3 37 11D 4 1 2 1 4 12 1L 1 1 2 2L 1 2 3 3L 2 2 4L 5 11 16 5L 6 3 2 11 11L 1 2 3 Total 33 49 44 32 40 198 Keterangan: Jumlah sumur di dalam jangkauan pelayanan PAM DKI Jakarta 161 dan di luar jangkauan pelayanan PAM DKI Jakarta 37. 72 Tabel 27. Sebaran Sampel Sumur Air Tanah yang Sudah Tidak Digunakan Tahun 2008-2009 Kode Tarif Wilayah Jumlah SAP SAT SAB SAU SAS 1D 3 14 1 3 21 2D 5 1 5 11 3D 3 3 4D 22 10 24 4 10 70 5D 11 3 2 16 11D 5 3 1 3 12 1L 1 5 6 2L 1 2 3 3L 1 1 4L 7 18 1 5 31 5L 22 6 1 29 11L 2 1 3 6 Total 35 56 78 6 34 209 Keterangan: Jumlah sumur di dalam jangkauan pelayanan PAM DKI Jakarta 133 dan di luar jangkauan pelayanan PAM DKI Jakarta 76. Analisis dampak kenaikan NPA Nilai Perolehan Air Tanah terhadap pemakaian air tanah dilakukan dengan menggunakan sampel sumur air tanah yang dalam rekeningnya tertera pemakaian air tanah tidak nol pada periode pemakaian tahun 2008-2009 sampel sumur air tanah yang dideskripsikan pada Tabel 25. Analisis deskriptif rekening pemakaian air tanah tidak nol dipaparkan dalam Tabel 28. 73 Tabel 28. Statistik Deskriptif Pengambilan Air Tanah Sampel Sumur yang Dalam Rekeningnya Tertera Angka Pemakaian Setiap Bulan Tidak Nol Tahun 2008- 2009 m 3 bulan Kode Subjek Pemakai N Rata-rata Stdev Mak. Min. Range Dalam Jangkauan Layanan PAM DKI Jakarta D 1D Non Niaga 10 502,54 949,13 4.500 8 4.492 2D Niaga Kecil 12 886,19 1.262,91 6.648 7 6.641 3D Industri Kecil 5 284,73 153,89 612 61 551 4D Niaga Besar 55 956,96 1.119,49 10.415 2 10.413 5D Industri Besar 23 1.051,51 1.858,30 13.378 2 13.376 11D Instansi Pemerintah 1 757,04 371,33 1.538 267 1.271 Diluar Jangkauan Layanan PAM DKI Jakarta L 1L Non Niaga 2 1.199,23 1.277,88 4.515 27 4.488 2L Niaga Kecil 3 92,03 106,65 541 2 539 3L Industri Kecil 1 21,17 12,53 47 3 44 4L Niaga Besar 11 1.290,09 1.914,57 12.171 10 12.161 5L Industri Besar 20 1.409,16 3.119,24 19.892 18 19.874 11L Instansi Pemerintah 2 1.433,25 815,74 4.007 127 3.880 Jumlah Sampel 145 Keterangan: n adalah jumlah sampel, stdev adalah standar deviasi simpangan baku, range adalah selisih antara nilai terbesar Mak. dengan nilai terkecil Min.. 6.4.2. Dampak Kenaikan NPA Terhadap Pemakaian Air Tanah Pada Sampel Didalam Jangkauan PAM Jaya Analisis dampak kenaikan NPA terhadap pemakaian air tanah dilakukan dengan menggunakan sampel sumur air tanah yang dalam rekeningnya tertera Pemakaian air tanah sebelum, sesudah, dan selisihnya dipaparkan dalam Tabel 29. 74 Tabel 29. Rata-rata Pemakaian Air Tanah Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya NPA yang Baru Untuk Sampel Didalam Jangkauan PAM DKI Jakarta m 3 bulan No. Kode Tarif Wilayah No. Rekening x_sebelum x_sesudah x_beda 1 1D SAP 01 151 258,59 222,86 35,73 2 1D SAB 02 422 123,06 62,00 61,06 3 1D SAB 02 518 193,53 175,29 18,24 4 1D SAB 02 519 63,59 57,86 5,73 5 1D SAB 02 540 548,94 508,71 40,23 6 1D SAB 02 547 61,41 57,14 4,27 7 1D SAS 04 907 79,29 48,43 30,87 8 1D SAS 04 1045 3.432,59 1.900,29 1.532,30 9 1D SAS 04 1057 159,41 185,43 -26,02 10 1D SAS 04 1123 579,65 654,71 -75,07 11 2D SAP 01 61 185,53 146,14 39,39 12 2D SAP 01 108 1.918,18 5.085,14 -3.166,97 13 2D SAP 01 130 1.871,65 1.520,86 350,79 14 2D SAP 01 288 599,35 559,29 40,07 15 2D SAB 02 322 136,24 105,43 30,81 16 2D SAB 02 526 210,88 184,14 26,74 17 2D SAB 02 536 80,94 71,14 9,80 18 2D SAB 02 552 13,35 16,29 -2,93 19 2D SAB 02 600 137,24 97,29 39,95 20 2D SAU 04 929 2.550,88 1.831,14 719,74 75 Lanjutan Tabel 29 No. Kode Tarif Wilayah No. Rekening x_sebelum x_sesudah x_beda 21 2D SAU 04 930 2.501,35 1.537,00 964,35 22 2D SAS 04 1066 164,24 122,57 41,66 23 3D SAB 02 446 369,71 350,86 18,85 24 3D SAB 02 464 148,94 169,57 -20,63 25 3D SAS 04 1044 512,12 497,00 15,12 26 3D SAS 04 1134 134,76 76,57 58,19 27 3D SAS 04 1187 298,06 232,71 65,34 28 4D SAP 01 40 455,41 541,29 -85,87 29 4D SAP 01 120 689,00 510,57 178,43 30 4D SAP 01 121 521,94 103,86 418,08 31 4D SAP 01 124 3.124,35 1.962,57 1.161,78 32 4D SAP 01 166 409,24 298,43 110,81 33 4D SAP 01 173 572,29 478,29 94,01 34 4D SAP 01 216 209,00 157,57 51,43 35 4D SAP 01 268 175,12 175,00 0,12 36 4D SAP 01 281 204,24 140,00 64,24 37 4D SAP 01 293 150,94 82,86 68,08 38 4D SAP 01 294 305,18 137,57 167,61 39 4D SAT 01 133 993,12 1.009,29 -16,17 40 4D SAT 01 141 895,35 1.022,57 -127,22 41 4D SAT 01 146 167,41 67,29 100,13 42 4D SAT 01 255 274,00 287,71 -13,71 43 4D SAB 02 343 1.064,59 494,57 570,02 44 4D SAB 02 407 2.194,65 1.801,14 393,50 45 4D SAB 02 411 36,82 20,00 16,82 46 4D SAB 02 436 103,53 105,14 -1,61 47 4D SAB 02 444 189,35 215,57 -26,22 48 4D SAB 02 459 908,94 337,14 571,80 49 4D SAB 02 480 1.790,94 1.587,43 203,51 76 Lanjutan Tabel 29 No. Kode Tarif Wilayah No. Rekening x_sebelum x_sesudah x_beda 50 4D SAB 02 481 1.988,88 1.764,86 224,03 51 4D SAB 02 543 186,71 209,43 -22,72 52 4D SAB 02 566 1.026,18 950,71 75,46 53 4D SAB 02 594 132,29 88,43 43,87 54 4D SAU 04 904 3.027,47 3.445,43 -417,96 55 4D SAU 04 908 674,71 574,14 100,56 56 4D SAU 04 909 2.661,12 2.724,71 -63,60 57 4D SAU 04 918 2.680,12 2.757,57 -77,45 58 4D SAU 04 922 2.192,06 2.881,57 -689,51 59 4D SAU 04 934 95,12 69,29 25,83 60 4D SAU 04 935 1.597,82 599,57 998,25 61 4D SAU 04 937 534,47 643,57 -109,10 62 4D SAU 04 940 145,59 159,86 -14,27 63 4D SAU 04 942 126,12 145,29 -19,17 64 4D SAU 04 945 50,65 53,57 -2,92 65 4D SAS 04 908 911,65 629,43 282,22 66 4D SAS 04 918 796,53 342,71 453,82 67 4D SAS 04 1020 53,82 27,29 26,54 68 4D SAS 04 1022 448,76 313,86 134,91 69 4D SAS 04 1042 906,12 1.330,43 -424,31 70 4D SAS 04 1043 3.623,41 2.567,71 1.055,70 71 4D SAS 04 1062 1.934,12 1.025,14 908,97 72 4D SAS 04 1071 933,06 1.028,43 -95,37 73 4D SAS 04 1106 446,35 393,29 53,07 74 4D SAS 04 1127 1.546,24 889,00 657,24 75 4D SAS 04 1141 143,41 160,71 -17,30 76 4D SAS 04 1148 2.412,71 1.004,71 1.407,99 77 4D SAS 04 1151 275,47 255,71 19,76 78 4D SAS 04 1160 307,94 220,71 87,23 79 4D SAS 04 1161 848,06 448,57 399,49 80 4D SAS 04 1162 4.724,35 3.847,43 876,92 77 Lanjutan Tabel 29 No. Kode Tarif Wilayah No. Rekening x_sebelum x_sesudah x_beda 81 4D SAS 04 1179 2.343,59 1.041,71 1.301,87 82 4D SAS 04 1190 747,35 427,86 319,50 83 5D SAT 01 50 1.336,94 688,71 648,23 84 5D SAT 01 66 406,88 354,14 52,74 85 5D SAT 01 75 169,71 130,57 39,13 86 5D SAT 01 80 1.318,12 516,71 801,40 87 5D SAT 01 82 391,88 403,43 -11,55 88 5D SAT 01 87 418,00 294,14 123,86 89 5D SAT 01 93 8.368,82 8.146,14 222,68 90 5D SAT 01 119 724,35 598,00 126,35 91 5D SAT 01 184 260,35 34,00 226,35 92 5D SAT 01 206 750,24 168,86 581,38 93 5D SAT 01 209 1.927,29 1.248,29 679,01 94 5D SAT 01 224 1.361,71 788,71 572,99 95 5D SAT 01 233 3.983,82 1.524,86 2.458,97 96 5D SAT 01 237 244,29 314,43 -70,13 97 5D SAT 01 246 1.352,18 909,00 443,18 98 5D SAT 01 251 623,29 582,29 41,01 99 5D SAT 01 252 447,47 411,43 36,04 100 5D SAB 02 301 32,41 31,57 0,84 101 5D SAB 02 302 32,47 31,29 1,18 102 5D SAB 02 410 139,41 49,57 89,84 103 5D SAB 02 453 245,65 58,00 187,65 104 5D SAB 02 454 876,59 1.362,57 -485,98 105 5D SAU 04 938 823,06 558,86 264,20 106 11D SAS 04 1025 744,12 788,43 -44,31 Rata-rata 181,53 Simpangan Baku 545,45 Keterangan: 1 x_sebelum adalah rata-rata pemakaian air tanah bulan Januari 2008-Mei 2009, sedangkan x_setelah adalah rata-rata pemakaian air tanah bulan Juni 2009-Desember 2009. 2 x_beda adalah selisih x_sebelum dan x_setelah, menunjukkan besaran penurunan pemakaian air tanah. Nilai negatif menunjukkan kenaikan pemakaian air tanah setelah diberlakukannya kenaikan pajak. 78 Prosedur analisis dilakukan mengacu pada bagan alir yang dipaparkan dalam Gambar 3. Langkah pertama adalah melakukan pengujian normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov uji K-S. Output SPSS uji Kolmogorov-Smirnov K-S sebaran beda x_beda pemakaian air tanah sebelum dan sesudah dibelakukannya NPA yang baru dipaparkan dalam Tabel 30. Nilai tingkat signifikansi Asymp. Sig. sebesar 0.000 mengindikasikan sebaran signifikan menyimpang dari sebaran teoritis, dalam hal ini sebaran normal. Dengan demikian dapat disimpulkan sebaran x_beda dari 106 sampel pada Tabel 29 tidak terdistribusi normal. Tabel 30. Output SPSS Uji K-S One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Sebaran Beda Rata-rata Pemakaian Air Tanah Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya NPA yang Baru Untuk Sampel Didalam Jangkauan PAM DKI Jakarta D N 106 Normal Parameters Mean 181.5263 Std. Deviation 545.45076 Most Extreme Differences Absolute .240 Positive .204 Negative -.240 Kolmogorov-Smirnov Z 2.476 Asymp. Sig. 2-tailed .000 Langkah kedua adalah mempertimbangkan jumlah sampel. Dalam penelitian ini jumlah sampel 106, memenuhi kriteria sampel besar , dengan demikian dilakukan uji-z sampel berpasangan. Model pengujiannya hipotesinya adalah sebagai berikut: 1 tidak terdapat perbedaan pemakaian air tanah sebelum dan sesudah kenaikan NPA pada sumur air tanah dalam jangkauan PAM DKI Jakarta, 2 terjadi penurunan pemakaian air tanah setelah diberlakukannya NPA yang baru pada sumur air tanah dalam jangkauan PAM DKI Jakarta. 79 Pada model diatas dan masing-masing menyatakan rata-rata pemakaian air tanah sebelum dan sesudah diberlakukannya NPA yang baru pada sumur-sumur air tanah dalam jangkauan PAM DKI Jakarta. Dalam penelitian ini ditetapkan tingkat signifikansi sebesar 5, sehinga pengambilan keputusan menolak atau menerima hipotesis nol adalah sebagai berikut: 1 keputusannya menolak 2 keputusannya menerima Berdasarkan data Tabel 29 dapat dihitung nilai statistik uji , yakni: . Dengan demikian keputusannya adalah menolak , artinya pada tingkat kepercayaan level of confidence 95 cukup bukti untuk menyatakan terjadi penurunan pemakaian air tanah pada sumur-sumur dalam jangkauan PAM DKI Jakarta dengan dilakukannya kenaikan NPA. Hasil analisis menunjukkan bahwa instrumen ekonomi berupa kenaikan pajak air tanah efektif menurunkan penggunaan air tanah di Provinsi DKI Jakarta. 6.4.3. Dampak Kenaikan NPA Terhadap Pemakaian Air Tanah Pada Sampel Diluar Jangkauan PAM Jaya Pemakaian air tanah sebelum, sesudah, dan selisihnya pada sumur-sumur sampel diluar jangkauan pelayanan PAM DKI Jakarta dipaparkan dalam Tabel 31. Uji normalitas sebaran data beda pemakaian sebelum dan sesudah diberlakukannya NPA yang baru dipaparkan dalam Tabel 32. 80 Tabel 31. Rata-rata Pemakaian Air Tanah Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya NPA yang Baru Untuk Sampel Diluar Jangkauan PAM DKI Jakarta m 3 bulan No. Kode Tarif Wilayah No. Rekening x_sebelum x_sesudah x_beda 1 1L SAT 01 248 1.991,71 2.184,43 -192,72 2 1L SAB 02 355 332,06 395,43 -63,37 3 2L SAB 02 555 194,12 46,57 147,55 4 2L SAB 02 557 27,94 30,14 -2,20 5 2L SAS 04 1137 115,00 51,29 63,71 6 3L SAS 04 1188 17,00 31,29 -14,29 7 4L SAT 01 178 6.543,12 4.578,86 1.964,26 8 4L SAT 01 244 2.781,65 2.847,29 -65,64 9 4L SAB 02 334 1.121,24 711,71 409,52 10 4L SAB 02 353 101,59 99,57 2,02 11 4L SAB 02 383 153,47 13,43 140,04 12 4L SAB 02 412 1.922,94 1.052,86 870,08 13 4L SAB 02 420 849,88 634,14 215,74 14 4L SAB 02 441 23,41 19,71 3,70 15 4L SAB 02 484 52,18 136,86 -84,68 16 4L SAB 02 586 88,00 88,00 0,00 17 4L SAU 04 915 1.565,53 1.550,86 14,67 18 5L SAT 01 19 7.531,76 7.356,71 175,05 19 5L SAT 01 20 4.019,94 5.867,86 -1.847,92 20 5L SAT 01 23 7.164,59 7.850,29 -685,70 21 5L SAT 01 139 834,59 568,00 266,59 22 5L SAT 01 154 222,47 257,29 -34,82 23 5L SAT 01 182 188,53 189,00 -0,47 24 5L SAT 01 218 336,88 473,29 -136,40 25 5L SAT 01 269 161,59 144,14 17,45 26 5L SAT 01 274 2.778,41 2.502,43 275,98 27 5L SAT 01 286 525,88 476,43 49,45 28 5L SAB 02 337 781,76 349,57 432,19 29 5L SAB 02 568 31,53 32,43 -0,90 81 Lanjutan Tabel 31 No. Kode Tarif Wilayah No. Rekening x_sebelum x_sesudah x_beda 30 5L SAB 02 569 33,53 31,86 1,67 31 5L SAB 02 570 32,35 31,71 0,64 32 5L SAB 02 571 31,71 31,71 -0,01 33 5L SAB 02 572 31,88 32,14 -0,26 34 5L SAB 02 593 45,88 47,43 -1,55 35 5L SAB 02 598 757,24 549,86 207,38 36 5L SAU 04 907 2.329,65 2.029,29 300,36 37 5L SAU 04 925 63,29 41,00 22,29 38 11L SAS 04 1118 1.795,00 1.354,00 441,00 39 11L SAS 04 1119 1.051,71 1.560,57 -508,87 Rata-rata 78,72 Simpangan Baku 635,83 Keterangan: x_sebelum adalah rata-rata pemakaian air tanah bulan Januari 2008- Mei 2009, sedangkan x_setelah adalah rata-rata pemakaian air tanah bulan Juni 2009-Desember 2009. Nilai x_beda positif menunjukkan terjadinya penurunan pemakaian air tanah, sedangkan nilai negatif menunjukkan kenaikan pemakaian air tanah. 82 Tabel 32. Output SPSS Uji K-S One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Sebaran Beda Rata-rata Pemakaian Air Tanah Sebelum dan Sesudah Diberlakukannya NPA yang Baru Untuk Sampel Diluar Jangkauan PAM DKI Jakarta d N 39 Normal Parameters Mean 61.0651 Std. Deviation 503.72504 Most Extreme Differences Absolute .258 Positive .189 Negative -.258 Kolmogorov-Smirnov Z 1.611 Asymp. Sig. 2-tailed .011 Uji K-S menunjukkan sebaran data beda pemakaian air tanah sebelum dan sesudah kenaikan NPA tidak terdistribusi normal. Untuk sampel sebanyak 39 sumur, maka uji yang dilakukan adalah uji-z, yakni perbandingan dua rata-rata dengan menggunakan sampel besar. Model pengujiannya hipotesinya adalah sebagai berikut: 1 tidak terdapat perbedaan pemakaian air tanah sebelum dan sesudah kenaikan NPA pada sumur air tanah diluar jangkauan PAM DKI Jakarta, 2 terjadi penurunan pemakaian air tanah setelah diberlakukannya NPA yang baru pada sumur air tanah diluar jangkauan PAM DKI Jakarta. Pada model diatas dan masing-masing menyatakan rata-rata pemakaian air tanah sebelum dan sesudah diberlakukannya NPA yang baru pada sumur-sumur air tanah diluar jangkauan PAM DKI Jakarta. Dalam penelitian ini ditetapkan tingkat signifikansi sebesar 5, sehinga pengambilan keputusan menolak atau menerima hipotesis nol adalah sebagai berikut: 1 keputusannya menolak 2 keputusannya menerima 83 Berdasarkan data Tabel 31 dapat dihitung nilai statistik uji , yakni: . Dengan demikian keputusannya adalah menerima , artinya pada tingkat kepercayaan level of confidence 95 tidak cukup bukti untuk menyatakan terjadi penurunan pemakaian air tanah pada sumur-sumur diluar jangkauan PAM DKI Jakarta dengan dilakukannya kenaikan NPA. Dengan kata lain dapat disimpulkan tidak ada perbedaan pemakaian air tanah sebelum dan sesudah diberlakukannya kenaikan NPA pada sumur-sumur diluar jangkauan PAM DKI Jakarta. Hasil analisis menunjukkan penggunaan instrumen ekonomi berupa kenaikan pajak pemanfaatan air tanah tidak efektif dalam menurunkan penggunaan air tanah pada sumur-sumur diluar jangkauan layanan PAM DKI Jakarta. Hal tersebut dapat dimengerti, karena air tanah menjadi satu-satunya sumber air bersih bagi kelompok pelanggan di wilayah ini. Mengacu pada hasil analisis tersebut, kebijakan yang sesuai untuk pengelolaan air tanah pada sumur-sumur diluar jangkauan PAM DKI adalah tidak menggunakan instrumen ekonomi. Seperti telah diuraikan dalam tinjauan pustaka, kebijakan berupa penerapan standard, agreements, dan ban bisa diterapkan. Secara teknis kebijakan tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk kuota pemakaian air tanah dengan menerapkan teknologi yang dapat membatasi debit penyedotan air tanah. Misalnya dengan memodifikasi meter air tanah sehingga jika pemakaian melebihi kuota segel pada meter air akan rusak dan pelanggan dikenakan denda. Besarnya denda ditentukan berdasarkan surat keputusan gubernur setelah dilakukan studi yang mendalam. 6.5. Biaya Perolehan Air Tanah 6.5.1. Analisis Biaya Pemompaan