Vegetasi di Lokasi Penelitian

5.2 Vegetasi di Lokasi Penelitian

Sebagian besar Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur merupakan hutan sekunder yang tumbuh alami namun telah mengalami kerusakan, baik yang disebabkan oleh pengaruh alam maupun perusakan oleh manusia. Indriyanto 2008 menerangkan bahwa hutan alam terbagi dua, yaitu hutan primer dan hutan sekunder. Hutan primer merupakan hutan alam asli yang belum pernah mengalami kerusakan besar oleh alam maupun manusia, sedangkan hutan sekunder merupakan hutan asli yang pernah mengalami kerusakan oleh kegiatan alam dan manusia. Hutan primer sendiri tidak ditemukan di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur ini. Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur terbagi dalam tiga lokasi yang sekaligus menjadi lokasi pengambilan titik survei yaitu Gunung Batuah, Bukit Setangis dan Hulu Air Dusun Tanjung Bukit Kemulau. Hutan sekunder pada kawasan ini banyak ditumbuhi oleh spesies kelat Madhuca sericea, melasin Morinda citrifolia, dan medang giring Vitex heterophylla. Kondisi lantai hutan di hutan sekunder relatif dipenuhi oleh tumbuhan bawah yang tumbuh menyebar, hal ini disebabkan oleh kondisi tajuk yang tidak terlalu rapat. Kondisi tajuk seperti ini memungkinkan cahaya matahari dapat menembus ke lantai hutan dengan baik. Rata-rata tinggi pohon di hutan sekunder ini sendiri berkisar antara 10-25 m. Di beberapa bagian hutan terdapat cukup banyak pohon tumbang, kebanyakan pohon-pohon tersebut tumbang secara alami dan telah mengalami pelapukan. Banyaknya pohon tumbang yang dibiarkan hingga melapuk tersebut bisa disebabkan karena hutan ini merupakan hutan adat yang segala peraturannya termasuk tata cara pengambilan kayu di hutan masih dipatuhi oleh masyarakat sehingga tidak ada yang menggambil tanpa seizin lembaga adat. Gambar 10 Hutan sekunder di Kawasan Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur. Kebun kayu manis ditemukan di ketiga lokasi penelitian, yaitu Gunung Batuah, Bukit Setangis dan Hulu Air Tanjung Bukit Kemulau. Kayu manis yang ditanam adalah spesies Cinnamomum burmanii dengan jarak tanam rata-rata antar individu 3 m x 3 m. Tidak ada pembagian lahan kayu manis berdasarkan kelas umur pohon dan waktu pemanenan yang jelas dan teratur, biasanya pemilik hanya melakukan perawatan di saat awal menanam dan hanya sesekali kembali untuk melihat lahannya. Berdasarkan hasil survei, ketinggian lokasi ditemukannya vegetasi kayu manis berkisar antara 1.054 m sampai 1.266 m. Gambar 11 Kebun kayu manis di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur. Semak belukar ditemukan di seluruh lokasi penelitian. Semak belukar terjadi akibat pembukaan lahan yang begitu saja ditinggalkan atau tidak kembali dimanfaatkan, hal ini menyebabkan lahan tersebut berkembang dengan sendirinya. Di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur semak belukar banyak ditemui di bekas kebun kayu manis yang ditinggalkan dan lokasinya mendekati hutan. Spesies tumbuhan yang terdapat di tipe lahan semak belukar diantaranya yaitu puar Hornstedtia sp, seturup Desmodium sp., kerakap Maclura cochinchinensis, akar kap Drynaria sparsisora, akar lundang Derris elliptica Gambar 12 Semak belukar di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur.

5.3 Biomassa Tersimpan dan Cadangan Karbon di Berbagai Sistem Penggunaan Lahan