Cadangan Karbon Pendugaan cadangan karbon Peta penggunaan lahan terklasifikasi

Tabel 6 Ukuran dan jumlah plot contoh pengukuran cadangan karbon di beberapa tipe penggunaan lahan Penggunaan lahan Pengukuran plot m 2 Jumlah plot Hutan sekunder 2000 11 Kebun kayu manis 2000 5 Semak belukar 0,25 3 3.5.2 Analisis data 3.5.2.1 Biomassa tersimpan Penilaian pendugaan biomassa dihitung dengan menggunakan persamaan allometrik yang telah dibuat dan diuji oleh peneliti –peneliti sebelumnya. Persamaan tersebut disajikan di dalam Tabel 7. Tabel 7 Daftar persamaan allometrik yang digunakan untuk menduga nilai biomassa tersimpan Kategori biomassa Persamaan allometrik Sumber Pohon bercabang B = 0,11ρD 2,62 Ketterings 2001 diacu dalam Hairiah dan Rahayu 2007 Nekromassa pohon mati B = π ρ HD 2 40 Hairiah dan Rahayu 2007 Keterangan : B = Biomassa kg.pohon -1 D = Diameter setinggi dada cm H = Tinggi pohon cm ρ = Kerapatan kayu g.cm -3 = Sumber kerapatan kayu diperoleh berdasarkan Prosea, Soewarsono PH 1990, Anonim 1981, Martawijaya A 1992 diacu dalam ICRAF http:www.worldagroforestry.org dan Brown 1997. Persamaan lain yang akan digunakan untuk menduga nilai biomassa tumbuhan bawah adalah sebagai berikut Hairiah dan Rahayu 2007 : Total BK g = �� subcontoh g �� subcontoh g x Total BB g Keterangan : BK = Berat kering total BKc = Berat kering contoh BBc = Berat basah contoh BB = Berat basah total

3.5.3.2 Cadangan Karbon

Pada penelitian ini, nilai cadangan karbon yang terdapat di tiap tipe penggunaan lahan dihitung dengan menggunakan persamaan yang digunakan oleh Lasco et al. 2004 sebagai berikut : Cadangan karbon di hutan sekunder = biomassa x 44,6 Cadangan karbon di hutan agroforestri dan perkebunan = biomassa x 44 Cadangan karbon di padang rumputbelukar = biomassa x 42,9 Hasil pengukuran pendugaan cadangan karbon dapat menunjukkan pula seberapa besar pendugaan pelepasannya, pelepasan tersebut adalah dalam bentuk senyawa CO 2 . Untuk mengetahui CO 2 yang hilang, nilai C dikonversi ke dalam bentuk CO 2 dengan mengalikan nilai C dengan faktor konversi sebesar 3,667 von Mirbach 2000. Hasil konversi nilai C menjadi CO 2 tersebut akan menunjukkan pendugaan pelepasan karbon dari lokasi penelitian dengan asumsi kehilangan karbon tersebut seluruhnya dalam bentuk gas. Nilai 3,667 sendiri diperoleh dari perbandingan antara berat molekul senyawa CO 2 sebesar 44 terhadap berat atom unsur C yang sebesar 12. CO 2 = C x 3,667 Keterangan : CO 2 = kandungan karbondioksida tonha C = kandungan karbon tonha

3.5.2.3 Pendugaan cadangan karbon

Pendugaan cadangan karbon berdasarkan data spasial dilakukan dengan menggunakan informasi luas penggunaan lahan hasil klasifikasi yang kemudian dikalikan dengan data hasil perhitungan cadangan karbon di atas tanah above ground carbon stock dari kelas penggunaan lahan yang bersangkutan. Langkah awalnya adalah dengan melakukan klasifikasi kelas penggunaan lahan berdasarkan hasil interpretasi lapang yang telah dilakukan, hasil klasifikasi tersebut selanjutnya dikonversi menjadi kelas cadangan karbon berdasarkan atribut cadangan karbon. Gambar 3 Tahap pendugaan cadangan karbon di berbagai tipe penggunaan lahan.

3.5.2.4 Peta penggunaan lahan terklasifikasi

Peta penggunaan lahan yang digunakan pada penelitian ini dihasilkan dari citra landsat 5 TM dan landsat 7 ETM dari tahun yang telah ditentukan yaitu tahun 1988 dan 2008 yang telah melalui tahap klasifikasi sesuai dengan bentuk penggunaannya. Data penggunaan lahan yang dihasilkan dari dua citra tahun yang berbeda ini digunakan untuk melakukan analisis perubahan penggunaan lahannya. Proses analisis ini dilakukan dengan menggunakan metode klasifikasi perbandingan pengunaan lahan multi waktu time series dari kedua peta yang telah dibuat. Pembuatan peta penggunaan lahan terklasifikasi ini diawali dengan melakukan koreksi geometrik pada citra satelit yang akan digunakan. Koreksi geometrik dilakukan untuk memperbaiki kesalahan non-sistematis yang terjadi Pengolahan citra Pohon pada citra satelit. Kesalahan yang mungkin terjadi seperti variasi ketinggian tempat, variasi ketinggian satelit, variasi kecepatan sensor, kesalahan panoramik, kelengkungan bumi, refraksi atmosfer, variasi bentuk relief permukaan bumi dan ketidaklinieran cakupan sensor satelit Prahasta 2005. Koreksi geometrik dilakukan dengan menghubungkan citra satelit dengan peta acuan yang tersedia. Peta acuan yang digunakan berupa peta sungai, danau dan peta garis pantai rupa bumi Indonesia RBI. Dalam prosesnya, hubungan antara kedua peta ini ditunjukkan dengan penempatan ground control point GCP pada kedua peta tersebut. Akurasi koreksi geometrik sendiri ditunjukkan dengan nilai RMS-error root mean square-error yang dihasilkan, dimana jika semakin kecil nilai RMS- error, maka ketepatan titik GCP pun akan semakin tinggi. Untuk melihat hasil akhir dari koreksi geometrik, dilakukan uji keakuratan terhadap citra hasil koreksi tersebut dengan cara melakukan overlay antara citra hasil koreksi dengan peta acuan yang digunakan. Proses ini akan memperlihatkan besarnya penyimpangan pada citra hasil koreksi geometrik. Koreksi geometrik yang telah dilakukan dapat diterima dan dapat digunakan jika posisi penyimpangannya tidak melebihi satu piksel pada citra atau seluas 900 m 2 pada kondisi sebenarnya. Citra hasil koreksi geometrik selanjutnya disederhanakan sesuai dengan kebutuhan lokasi penelitian melalui proses pemotongan citra subset image dengan menggunakan digitasi polygon peta batas Kawasan Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur. Hasil pemotongan citra digunakan sebagai peta panduan selama kegiatan survei lapang. Peta ini akan membantu dalam menentukan titik lokasi pengukuran biomassa tersimpan di setiap tipe penggunaan lahan yang terdapat di lokasi penelitian selama kegiatan lapang berlangsung. Titik-titik lokasi pengambilan data lapang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan proses klasifikasi citra secara terbimbing supervised classification. Klasifikasi terbimbing akan menghasilkan peta yang telah dikategorikan menjadi beberapa tipe penggunaan lahan. Selain menggunakan titik lokasi pengambilan data lapang, proses klasifikasi terbimbing pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan link google map yang dapat menunjukkan penggunaan lahan terkini di lokasi penelitian. Peta penggunaan lahan multi waktu hasil klasifikasi terbimbing yang telah melalui proses recode dilengkapi dengan atribut berupa kerapatan karbon di setiap tipe penggunaan lahan yang nilainya diperoleh dari hasil pengukuran lapang. Klasifikasi penggunaan lahan di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur dibagi menjadi lima kelas penggunaan lahan yaitu Hutan sekunder, kebun kayu manis, semak belukar, lahan terbuka dan awan dan bayangan no data. Uji akurasi harus dilakukan terhadap peta hasil klasifikasi terbimbing sebelum peta tersebut benar-benar bisa digunakan. Proses ini dilakukan untuk mengetahui keakuratan hasil klasifikasi terbimbing yang telah dilakukan dengan melihat perbedaan antara titik survei lapang dengan peta hasil klasifikasi terbimbing. Hasil klasifikasi terbimbing dapat diterima jika nilai akurasi yang diperoleh mencapai 85. Selanjutnya dapat diketahui jumlah perubahan cadangan karbon di lokasi penelitian yang dihitung berdasarkan data cadangan karbon di setiap tipe penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan pada waktu yang berbeda. Alur tahap pendugaan cadangan karbon di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur tersaji dalam Gambar 4. Gambar 4 Alur pembuatan peta pendugaan cadangan karbon di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur.

3.5.2.5 Pendugaan perubahan cadangan karbon