Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui total cadangan karbon pada tahun 1988 adalah sebesar 91.300,08 Mg, sedangkan pada tahun 2008 adalah sebesar
88.300,62 Mg. Total perubahan cadangan karbon di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur dari tahun 1988 sampai tahun 2008 berkurang sebesar 2.999,46 Mg
3,285 atau berkurang 149,97 Mg 0,164 setiap tahunnya. Nilai persentase penurunan cadangan karbon setiap tahun pada kawasan ini jauh lebih kecil
dibandingkan dengan beberapa lokasi lainnya. Pengukuran di lokasi lain menunjukkan hasil yang relatif lebih besar, pengukuran cadangan karbon di
TWNC TNBBS dari tahun 2000 hingga 2009 menunjukkan penurunan sebesar 7,18 atau 0,72 setiap tahun Prasetyo 2009. Sedangkan pengukuran di
Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur dari tahun 1996 hingga 2003 menunjukkan perubahan sebesar 17 atau 2,43 per tahun Lusiana et al. 2005.
Nilai kehilangan karbon pada lokasi ini yang sebesar 2.999,46 Mg tersebut setara dengan pelepasan CO
2
dari kawasan ini sebesar 10.999,02 Mg atau 549,95 Mg per tahun jika diasumsikan 1 Mg karbon setara dengan 3,667 Mg CO
2
von Mirbach 2000.
5.6 Cadangan Karbon di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur dan Konsep REDD
REDD reducing emissions from deforestation and degradation merupakan suatu mekanisme internasional yang dimaksudkan untuk memberikan insentif
yang bersifat positif bagi negara berkembang yang berhasil mengurangi emisi dari deforestasi dan degradasi hutan Marispatin 2007. Sejalan dengan isu pemanasan
global yang tengah menjadi sorotan dunia serta bagaimana cara memitigasinya, konsep REDD ini berkembang dan menjadi salah satu topik utama yang
diperbincangkan dalam pertemuan-pertemuan internasional terkait perubahan iklim. Konsep ini diharapkan mampu menjadi salah satu solusi dalam mengatasi
isu pemanasan global setelah mekanisme AR CDM aforestationreforestation clean development mechanism yang sebelumnya coba dijalankan mengalami
banyak kendala dalam pelaksanaannya. Dalam menetapkan suatu kawasan sebagai lokasi pelaksanaan REDD, terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi
diantaranya biofisik dan ekologi, tata kelola kawasan, kondisi sosial, ekonomi dan
budaya masyarakat di sekitar kawasan serta konflik kepentingan antara pihak yang berkepentingan. Selain beberapa kriteria tersebut, data dan informasi luas
penggunaan lahan dan cadangan karbon beserta kecenderungan perubahannya di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur, merupakan aspek yang termasuk dalam
kriteria pemilihan lokasi pelaksanaan REDD yang diatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.30Menhut-II2009. Di dalam peraturan ini juga dijelaskan
bahwa kawasan hutan adat seperti Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur berhak diajukan dan diikut sertakan dalam program REDD ini.
Sebagai suatu konsep, REDD mengalami perkembangan sesuai dengan kondisi terkini. Dewasa ini dikenal suatu konsep dengan nama REDD+ yang
merupakan pengembangan dari konsep sebelumnya. Tidak hanya sekedar mengurangi deforestrasi dan degradasi hutan, konsep ini juga mempertimbangkan
peningkatan penyerapan dan penyimpanan karbon hutan serta pengelolaan hutan secara lestari sustainable forest management yang mencakup kelestarian
produksi, ekologi, dan sosial budaya setempat dalam penilaiannya. Dalam pelaksanaannya yang direncanakan dimulai pada tahun 2012, suatu kawasan yang
nantinya berhak menerima insentif dari program REDDREDD+ yang sekarang sedang diujicobakan di beberapa lokasi, haruslah memiliki reference emission
level REL sebagai acuan dasar dan salah satu syarat suatu lokasi agar dapat memperoleh sertifikat REED yang nantinya dapat diperdagangkan. Nilai
penurunan kualitas Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur berupa perubahan cadangan karbon tahun 1988-2008 sebesar 149,97 Mg 0,164 atau setara
pelepasan CO
2
ke udara sebesar 549,95 Mg setiap tahunnya, dapat dijadikan sebagai acuan dasar nilai simpanan karbon dalam penentuan REL untuk
selanjutnya dapat dilakukan penelitian lanjutan. Nilai persentase penurunan cadangan karbon per tahun yang relatif kecil ini menunjukkan bahwa masyarakat
adat Lempur sebagai pengelola kawasan hutan dengan peraturan adatnya, telah cukup baik menjaga kelestarian ekologi hutannya. Terlebih lagi di sekitar kawasan
hutan adat ini hampir seluruhnya dikelilingi oleh kebun kayu manis dengan akses jalan yang sebenarnya bisa mempermudah masyarakat untuk memasuki kawasan
hutan dan rentan terhadap perambahan. Konversi hutan menjadi kebun kayu manis yang terjadi di beberapa titik di kawasan hutan ini sedikit banyak
mempengaruhi simpanan karbonnya, sebagaimana yang diketahui bahwa baik dan buruknya kondisi suatu hutan akan mempengaruhi cadangan karbon yang
tersimpan di hutan tersebut. Hal ini bisa saja ditekan atau bahkan dikembalikan kepada fungsi aslinya sebagai kawasan hutan jika hubungan kerjasama antara
pemerintah daerah dengan masyarakat adat Lempur dapat ditingkatkan, khususnya dalam penjagaan Kawasan Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur dari aktivitas
manusia di luar masyarakat adat Lempur. REDDREDD+ sebagai suatu mekanisme yang dipersiapkan guna
mengatasi isu pemanasan global merupakan sebuah sistem yang cukup menjanjikan dalam aspek finansial bagi pelaku-pelaku di dalamnya, terutama
pihak-pihak pemilik kawasan hutan. Konsep yang ditawarkan dalam mekanisme REDDREDD+ akan memberikan insentif berupa aliran dana segar bagi kawasan
yang memenuhi kriteria dilaksanakannya program ini nanti. Hal ini akan memberikan keuntungan berlipat jika mekanisme REDDREDD+ dapat
dilaksanakan di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur. Terlaksana atau tidaknya mekanisme ini, kelestarian ekologi Kawasan Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi
Lempur dengan segala potensi di dalamnya termasuk cadangan karbon, harus tetap dijaga oleh masyarakat adat Lempur dengan pemanfaatan yang disesuaikan
dengan peraturan adat yang telah berlaku secara turun-temurun. Namun, dengan adanya konpensasi aliran dana bagi kawasan ini jika memenuhi kriteria sebagai
penerima mekanisme REDDREDD+, diharapkan masyarakat adat Lempur dapat menerima konpensasi berupa aliran dana tersebut sebagai apresiasi kegiatan
pelestarian yang telah mereka lakukan selama ini.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Total cadangan karbon pada tahun 1988 adalah sebesar 91.300,08 Mg,
sedangkan pada tahun 2008 adalah sebesar 88.300,62 Mg. 2.
Total perubahan cadangan karbon di Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur antara tahun 1988-2008 mengalami penurunan sebesar 2.999,46 Mg 3,285
atau berkurang 149,97 Mg 0,164 setiap tahunnya. Kehilangan nilai cadangan karbon dari tahun 1988-2008 setara dengan pelepasan CO
2
ke udara sebesar 10.999,02 Mg atau 549,95 Mg setiap tahunnya.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan kegiatan reforestasi pada tipe penggunaan lahan berupa lahan
terbuka dan semak belukar untuk meningkatkan penyerapan dan penyimpanan karbon di dalam biomassa vegetasi.
2.
Pemasangan pal batas Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur agar batas kawasan jelas, serta patroli rutin sebagai upaya mencegah deforestasi dan
degradasi hutan yang dapat mempengaruhi cadangan karbonnya, mengingat kawasan hutan ini dikelilingi oleh perkebunan kayu manis yang rentan
terhadap konversi lahan. 3.
Peningkatan partisipasi masyarakat adat dalam pengelolaan Hutan Adat Lekuk 50 Tumbi Lempur.