2.3.1. Hari Hujan
Hujan adalah jatuhnya hydrometeor berupa partikel-partikel air dengan diameter 0.5 mm atau lebih. Jika jatuhnya sampai ketanah maka disebut hujan,
tetapi apabila jatuhannya tidak dapat mencapai tanah karena menguap lagi maka jatuhan tersebut disebut Virga. Hujan juga dapat didefinisikan dengan uap yang
mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses hidrologi. Bayong 2004 menyatakan adanya hubungan sistematik antara unsur
iklim dengan pola tanam dunia yang melahirkan pemahaman baru tentang klasifikasi iklim. Tipe-Tipe hujan dapat dibedakan:
a. Hujan Orografi
Hujan ini terjadi karena adanya penghalang topografi, udara dipaksa naik kemudian mengembang dan mendingin terus mengembun dan selanjutnya dapat
jatuh sebagai hujan. b.
Hujan Konvektif Hujan ini merupakan hujan yang paling umum yang terjadi didaerah
tropis. Panas yang menyebabkan udara naik keatas kemudian mengembang dan secara dinamika menjadi dingin dan berkondensasi dan akan jatuh sebagai hujan.
c. Hujan Frontal
Hujan ini terjadi karena ada front panas, awan yang terbentuk biasanya tipe stratus dan biasanya terjadi hujan rintik-rintik dengan intensitas kecil.
d. Hujan Siklon Tropis Siklon tropis hanya dapat timbul didaerah tropis antara lintang 0°-10° lintang
utara dan selatan dan tidak berkaitan dengan front, karena siklon ini berkaitan dengan sistem tekanan rendah. Siklon tropis dapat timbul dilautan yang panas,
karena energi utamanya diambil dari panas laten yang terkandung dari uap air.
2.3.2. Curah Hujan
Curah hujan adalah endapan atau deposit air dalam bentuk cair maupun padat yang berasal dari atmosfer. Curah hujan mencakup tetes hujan, salju, batu
es, embun, dan embun kristal. Embun kristal adalah kristal-kristal es yang terbentuk pada permukaan, misalnya pada tanaman yang disebabkan oleh
rendahnya suhu. Informasi tentang banyaknya curah hujan adalah salah satu unsur penting dan besar pengaruhnya terhadap segala macam aktifitas kehidupan
seperti: keselamatan masyarakat, produksi pertanian, perkebunan, perikanan, penerbangan, dan public service.
Banyaknya curah hujan yang mencapai tanah atau permukaan bumi selama selang waktu tertentu dinyatakan dengan ketebalan atau ketinggian air
hujan seandainya menutupi proyeksi horisontal permukaan bumi tersebut dan tidak ada yang hilang karena penguapan, limpasan, dan infiltrasi atau peresapan.
Oleh karena itu banyaknya curah hujan dinyatakan dengan satuan milimeter mm Prawirowardoyo, 1996.
Pengertian curah hujan satu mm adalah air hujan yang jatuh pada permukaan datar seluas satu meter persegi m2 setinggi satu mm dengan tidak
meresap, mengalir ataupun menguap. Curah hujan diukur dengan menggunakan alat yang disebut penakar hujan. Ada dua macam penakar hujan yaitu penakar
hujan non rekam dan penakar hujan rekam. Hulme 1995 dalam Ruminta, et al 2007 dalam Laporan
Intergovernmental Panel on Climate Change IPCC tahun 1990, 1992 dan 2001 menyatakan bahwa sejak 140 tahun lalu, rata-rata temperatur udara permukaan
bumi mengalami peningkatan sekitar 0.45 ± 0.15 derajat Celsius. Analisis terhadap 400 benda pohon, karang, catatan sejarah dan inti es yang mewakili
kondisi iklim pada masa hidupnya, menunjukkan bahwa dekade 1990-an adalah dekade yang paling hangat pada millennium ini dan abad 20 adalah abad yang
paling hangat. Tahun yang paling dingin pada millennium ini adalah tahun 1601. Perubahan temperatur dan curah hujan yang disebutkan di atas adalah
perubahan yang bersifat global. Perubahan tersebut mempunyai dampak terhadap banyak aspek kehidupan manusia, misalnya pertanian, pariwisata, perikanan dan
lain-lain. Karena itu perubahan global tersebut perlu dikonfirmasi untuk skala meso dan lokal.
Curah hujan yang tinggi mengakibatkan gerakan angin yang begitu kencang sehingga pergerakan air laut semakin cepat sehingga menimbulkan
gelombang pasang. Gelombang pasang laut mengakibatkan naiknya permukaan air laut, dengan begitu maka arus laut yang besar akan berdampak pada
tergenangnya infrastruktur di daerah pantai, rusaknya ekosistem pantai, dan berkurangnya lahan area yang dekat dengan pantai. Aktivitas penangkapan ikan
tentu akan terganggu sebab nelayan tidak akan berani berlayar jika gelombang pasang lagi tinggi, akibatnya nelayan kehilangan potensi penerimaan. Pengeluaran
akibat abrasi akan dirasakan oleh nelayan karena harus mengeluarkan biaya untuk membuat tanggul Numberi, 2009.
2.4. Perikanan