Menurut Mulyadi 2005 nelayan adalah sekelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut.
Nelayan tangkap adalah kelompok masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah menangkap ikan dilaut. Kelompok ini dibagi lagi
dalam dua kelompok besar, yaitu nelayan tangkap modern dan nelayan tangkap tradisional. Keduanya kelompok ini dapat dibedakan dari jenis kapalperalatan
yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapannya. Nelayan pengumpulbakul, adalah kelompok masyarakat pesisir yang bekerja disekitar tempat pendaratan dan
pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan-ikan hasil tangkapan baik melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang selanjutnya
dijual ke masyarakat sekitarnya atau dijual ke pasar-pasar lokal. Umumnya yang menjadi pengumpul ini adalah kaum perempuan atau isteri nelayan. Nelayan
buruh adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan masyarakat pesisir. Mereka umumnya tidak memiliki modal atau
peralatan yang memadai untuk usaha produktif dan bekerja sebagai buruhanak buah kapal ABK pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.
Masyarakat nelayan tambak, masyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat nelayan buruh Mulyadi, 2005.
2.5. Mengukur Kemiskinan dan Kesejahteraan Masyarakat Nelayan
Arief 1993 mengatakan bahwa ada dua pendekatan dalam mengidentifikasi kemiskinan, pertama menekankan pada pengertian substansi
yakni menganggap bahwa kemiskinan merupakan persoalan ketidakmampuan memperoleh tingkat penghasilan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pokok pangan, sandang dan beberapa kebutuhan pokok lainnya. Kedua, kemiskinan dipahami dalam pengertian relatif. Indikator yang dapat ditunjukan
dalam perspektif ini adalah: 1.
Deprivasi material, Kurangnya pemenuhan kebutuhan pangan, sandang,
kesehatan, papan dan kebutuhan konsumsi dasar lainnya. 2.
Isolasi, seperti dicerminkan oleh lokasi geografisnya maupun oleh
marjinalisasi rumah tangga miskin secara sosial dan politik. Mereka sering tinggal didaerah terpencil hampir tanpa sarana transportasi dan komunikasi.
3. Alienasi
, yaitu perasaan tidak mempunyai identitas dan tidak mempunyai kontrol atas diri sendiri. Ini timbul akibat isolasi dan hubungan sosial yang
yang eksploitasi walaupun proses pembangunan menghasilkan teknologi yang baru mereka tidak dapat memanfaatkannya dan mereka kekurangan kecakapan
yang bisa dijual. 4.
Ketergantungan , suatu kondisi yang menurunkan kekuatan bargaining dalam
hubungan sosial antara pemilik dan penggarap, antara majikan dan buruh atau antara pendega dan ponggawa. Buruh tidak mempunyai kemampuan
menetapkan upah, petani dan nelayan tidak bisa menetapkan harga hasil produksi yang dihasilkan.
5. Ketidakmampuan membuat keputusan sendiri dan tiadanya kebebasan
memilih dalam produksi, konsumsi dan kesempatan kerja, serta kurangnya perwakilan sosial politik mereka, tercermin dari tidak adanya fleksibilitas dan
berkurangnya kesempatan bagi si miskin didesa. 6.
Kelangkaan aset membuat produk miskin didesa bekerja dan produktivitasnya yang sangat rendah.
7. Kerentanan terhadap goncangan eksternal dan terhadap konflik-konflik sosial
internal. Kerentanan ini bisa timbul karena faktor ilmiah, perubahan pasar, kondisi kesehatan dan lainnya.
8. Tidak adanya jaminan keamanan dari tindak kekerasan akibat status sosial
rendah, faktor-faktor agama, ras, etnik dan sebagainya. Survei Sosial Ekonomi Nasional Susenas adalah survei rumah tangga
mengenai berbagai karakteristik sosial-ekonomi penduduk, terutama yang erat kaitannya dengan pengukuran tingkat kesejahteraan masyarakat. Survey ini
melihat bagaimana tingkat kesejahteraan atau kemiskinan dari tahun ketahun dan membandingkannya untuk memenuhi kebutuhan dasar basic needs approach.
Badan Pusat Statistik, 2007 Menurut Sukirno 1985 kesejahteran adalah suatu yang bersifat subyektif
dimana setiap orang mempunyai pedoman, tujuan dan cara hidup yang berbeda- beda terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraan. Menurut
Sawidak 1985, kesejahteraan merupakan sejumlah kepuasan yang diperoleh seseorang dari hasil mengkonsumsi pendapatan yang diterima, namun tingkatan
dari kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat relatif karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil mengkonsumsi
pendapatan tersebut. World Bank 2008 membuat garis kemiskinan US 2 per hari dengan
tujuan untuk membandingkan angka kemiskinan antar Negara atau wilayah dan perkembangannya menurut waktu untuk menilai kemajuan yang dicapai dalam
memerangi kemiskinan di tingkat global atau internasional. Menurut Badan Pusat Statistik 1996, pendapatan per kapita sering
digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat. Ekonomi masyarakat yang makmur ditunjukkan oleh pendapatan per kapita yang tinggi,
dan sebaliknya ekonomi masyarakat yang kurang makmur ditunjukkan oleh pendapatan per kapita yang rendah.
Kesejahteraan merupakan sesuatu yang bersifat subjektif, artinya setiap orang mempunyai pedoman hidup dan cara-cara hidup yang berbeda sehingga
memberikan nilai-nilai yang berbeda pula terhadap faktor-faktor yang menentukan tingkat kesejahteraannya. Sukirno, 1985. Badan Pusat Statistik
1997 juga menyatakan bahwa kesejahteraan bersifat subjektif sehingga ukuran kesejahteraan bagi setiap individu atau keluarga berbeda satu sama lain, namun
pada prinsipnya kesejahteraan berkaitan erat dengan kebutuhan dasar. Konsep kesejahteraan nelayan yang digunakan selama ini masih
mengandalkan pendapatan per kapita sebagai indikator. Seperti diketahui bahwa konsep kesejahteraan tersebut terkait di dalamnya konsep kemiskinan. Dimana
ada dua kemiskinan yang digunakan yaitu “kemiskinan relatif” dan “kemiskinan absolut”.
Kemiskinan relatif adalah ukuran bagaimana pendapatan itu terbagi diantara masyarakat pada suatu wilayahlokasi. Sedangkan kemiskinan absolut
adalah suatu ukuran minimal, dimana dapat dikatakan bahwa seseorang itu berada di bawah garis kemiskinan
Konsep Nilai Tukar Nelayan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan nelayan secara relatif.
Esensinya adalah ukuran kemampuan keluarga nelayan untuk memenuhi kebutuhan subsistensinya, Nilai Tukar Nelayan disebut juga sebagai Nilai Tukar
Subsisten Subsistence Terms of Trade. Menurut Basuki et al 2001 NTN
adalah rasio total penerimaan terhadap total pengeluaran rumah tangga nelayan selama periode waktu tertentu.
NTN dapat dirumuskan sebagai berikut : NTN = YtEt
Yt = YFt + YNFt
Et = EFt + EKt
Dimana : Yt
= Total Penerimaan Keluarga Nelayan Rp Et
= Total Pengeluaran Keluarga Nelayan Rp YFt
= Total Penerimaan Nelayan dari Usaha Perikanan Rp YNFt = Total Penerimaan Nelayan dari Non Perikanan Rp
EFt = Total Pengeluaran Nelayan untuk Usaha Perikanan Rp
EKt = Total Pengeluaran Nelayan untuk Konsumsi Keluarga Nelayan Rp
t = Periode Waktu bulan, tahun, dll.
Susandi et al 2008 menyatakan bahwa dampak perubahan iklim akibat pemanasan global menyebabkan naiknya permukaan air laut dan terjadi kerusakan
infrastruktur, hilangnya lahan dan terganggunya aktivitas ekonomi sehingga masyarakat sekitar laut atau sungai mengalami kerugian secara ekonomi.
2.6. Daya Dukung Lingkungan dengan