20.000 ha menghasilkan jagung dengan produktivitas 10 ton ha th maka akan diproduksi jagung sebanyak 200.000 ton th. Kebutuhan setiap orang adalah 2 ton
per tahun maka jumlah orang yang dapat dicukupi carrying capacity adalah 200.000 2 = 100.000 orang. Jika daya dukung ini dihitung dari produksi pepaya
maka dapat dilihat bahwa produksi pepaya dalam satu tahun adalah 500 x 40 = 20.000 ton tahun. Konsumsi setiap orang adalah 0,2 ton pepaya per tahun maka
daya lingkungan adalah 20.000 0,2 = 100.000 orang. Daya dukung harus sama walaupun dihitung dari jenis konsumsi yang berbeda.
Daya dukung lingkungan dapat juga dihitung dari biocapacity dan Ecological Footprint.
Pada contoh diatas maka Ecological Footprint dari jagung adalah konsumsi per capita produktivitas = 2 10 = 0,2 ha. Sementara itu
Ecological Footprint dari pepaya adalah 0,2 40 = 0,005 ha dengan demikian
Ecological Footprint adalah 0,205 ha.
Ecological Footprint mewakili kebutuhan kapital alam yang sangat
diperlukan dari suatu populasi dalam artian luasan lahan yang produktif secara ekologis. Luas lahan footprint tersebut tergantung pada besarnya populasi, standar
hidup material, pemanfaatan teknologi dan produktifitas ekologis Wackernagel et al
, 1998. Ecological Footprint
telah digunakan untuk menghitung lahan yang diperlukan untuk kecukupan kebutuhan ekologis seseorang baik pada tingkat
lokal, regional, negara bahkan dunia. Konsep ini digunakan sebagai indikator yang mengukur pasokan supply dan permintaan demand sumber daya alam
yang dapat pulih renewable resources untuk menjamin keberlanjutan suistainable sistem manusia Holmberg, 1999.
2.7. Strategi Adaptasi dan Mitigasi
Mulyadi 2005 menyatakan bahwa adaptasi merupakan tingkat laku penyesuai behavioral adaptation yang menunjuk pada tindakan manusia untuk
menyesuaikan diri dan dapat dilihat secara fungsional dan prosesual. Adaptasi fungsional merupakan respon suatu organisme atau sistem yang bertujuan untuk
mempertahankan kondisi stabil. Adaptasi prosesual merupakan sistem tingkah laku yang dibentuk sebagai akibat dari proses penyesuaian manusia terhadap
berbagai perubahan lingkungan disekitarnya.
Mitigasi adalah usaha mengurangi penyebab perubahan iklim, seperti gas rumah kaca dan lainnya agar resiko terjadinya perubahan iklim dapat
diminimalisir atau dicegah. Upaya mitigasi dalam bidang energi di Indonesia, misalnya dapat dilakukan dengan cara melakukan efisiensi dan konservasi energi,
mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan, seperti biofuels, energi matahari, energi angin dan energi panas bumi, efisiensi penggunaan energi minyak bumi
melalui pengurangan subsidi dan mengoptimalkan energi pengganti minyak bumi, dan penggunaan energi Nuklir.
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN
Aktifitas manusia selama bertahun-tahun melalui kegiatan seperti pembakaran batubara, minyak, dan gas alam, serta deforestasi dan praktek
pertanian dan berbagai industri dapat meningkatkan Gas Rumah Kaca GRK seperti karbon dioksida, metan, asam nitrat, chlorofluorocarbon, dan ozon di
bagian bawah atmosfer yang dibuang ke atmosfir. Hal ini menyebabkan suhu bumi semakin meningkat yang dikenal dengan efek rumah kaca. Suhu bumi yang
terus meningkat mengakibatkan perubahan iklim secara global yang di indikasikan dengan perubahan iklim secara mikro.
Perubahan iklim global dapat dirasakan dengan adanya fenomena berubahnya kondisi cuaca yang ekstrim seperti berubahnya hari hujan, curah
hujan dan kecepatan angin. Kondisi iklim mikro yang demikian dapat mengganggu kegiatan nelayan yang berimplikasi pada penurunan hasil tangkap
ikan. Penurunan hasil tangkapan ikan dapat menurunkan kesejahteraan ekonomi nelayan yang diukur dengan Nilai Tukar Nelayan NTN. Selanjutnya penurunan
hasil tangkapan ikan dapat menurunkan kemampuan lingkungan menyediahkan bahan pangan.
Masyarakat pesisir mempunyai ketergantungan terhadap sumberdaya perikanan, sehingga perubahan iklim mikro yang berdampak pada penurunan
produksi memperparah kemiskinan nelayan di Rembang sehingga menurunkan kesejahteraan masyarakat nelayan.
Dengan demikian penelitian ini akan melihat keterkaitan antara komponen-komponen diatas. Langkah pertama yaitu menganalisis fenomena
perubahan iklim mikro di Rembang Jawa Tengah. Dilanjutkan dengan menganalisis keterkaitan hasil tangkap ikan dengan perubahan iklim mikro,
tingkat kesejahteraan nelayan Perikanan Tangkap Mini Purse Seine dengan pendekatan pada Nilai Tukar Nelayan NTN ; tingkat Kemiskinan dan Ecological
Footprint. Terakhir dilakukan menganalisis strategi adaptasi dan mitigasi nelayan
Perikanan Tangkap serta adaptasi dan mitigasi.