Perubahan Iklim TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Perubahan Iklim

Perubahan iklim secara akademis dapat didefinisikan sebagai perubahan pada iklim yang di pengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktifitas manusia yang mengerubah komposisi atmosfir yang akan memperbesar keragaman iklim teramati pada periode cukup panjang. Menurut Badan Meteorologi Dunia World Meteorological Organization parameter perubahan iklim dihitung berdasarkan deskripsi statistik dari nilai rata rata dan variasi unsur-unsur iklim seperti temperatur suhu, presipitasi hujan, angin dan sebagainya dalam rentang waktu klimatologis per-30 tahun. Peristiwa Efek Rumah Kaca menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak untuk ditempati manusia. Jika tidak ada Efek Rumah Kaca, maka suhu permukaan bumi akan 33°C lebih dingin dibanding suhu saat ini. Namun berbagai aktivitas manusia, terutama proses industri dan transportasi, menyebabkan GRK yang diemisikan ke atmosfer terus meningkat sehingga terjadilah perubahan komposisi GRK di atmosfer. Hal ini menyebabkan radiasi yang dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke luar angkasa terhambat sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi panas di atmosfer. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan terjadinya perubahan pada unsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air laut, meningkatnya penguapan di udara, serta berubahnya pola curah hujan dan tekanan udara yang pada akhirnya mengerubah pola iklim dunia. Perubahan iklim selain menaikkan permukaan air laut akibat pemuaian volume air dan pencairan salju, juga menaikkan suhu air laut. Hal itu akan berpengaruh terhadap interaksi laut dan atmosfer, yang selanjutnya akan mempengaruhi perubahan iklim. Perbedaan temperatur antara udara diatas daratan dan lautan menimbulkan angin sepanjang garis pantai yang kuat. Perbedaan temperatur air laut dan di dasar laut akan menimbulkan arus keatas up willing. Bila hal ini terjadi dengan intensitas yang tinggi diduga akan menambah frekuensi peristiwa siklon tropis yang disertai perluasan wilayahnya. Suhu permukaan air laut yang tinggi kemungkinan meningkatkan terjadinya El Nino yang mengakibatkan cuaca buruk dan mengganggu sirkulasi laut Wibowo, 1996 Telah menjadi kesepakatan ilmiah bahwa terlepasnya gas-gas CO2 menyerap ke atmosfir bumi mengalami peningkatan, dimana suhu bumi semakin meningkat. Perubahan yang terjadi pada suhu akan diikuti oleh perubahan pada elemen iklim lainnya, diantaranya curah hujan, keawanan, kelembaban, dan kecepatan angin. Perubahan demikian dapat mempunyai implikasi yang cukup berarti pada proses hidrologi secara umum, dan khususnya pada ketersediaan air bagi pertanian Fathurrohman, 2009. Radiasi gelombang panjang yang dipancarkan bumi ke angkasa telah mengalami reduksi secara berarti sebagai hasil penyerapan oleh gas-gas rumah kaca, khususnya uap air, karbon dioksida, metan dan nitrogen dioksida. Secara alami pengaruh langsung efek gas rumah kaca adalah meningkatnya suhu rata-rata udara dekat permukaan bumi, terutama lapisan troposfer sekitar 33 C, yaitu dari sekitar -18 C menjadi +15 C Bengston 1994 sehingga menciptakan kondisi yang nyaman bagi kehidupan. Meskipun demikian, sesuatu yang baik kalau tersedia terlalu berlimpah akan menimbulkan kondisi sebaliknya Bach 1989, demikian yang terjadi pada gas-gas rumah kaca, terutama CO2 dan CH4. Umat manusia melalui berbagai aktivitasnya di permukaan bumi telah dan akan terus membebaskan gas rumah kaca ke dalam atmosfir, akibatnya akan memperbesar efek rumah kaca Usman, 2004. Perubahan iklim dapat mempengaruhi karakteristik laut seperti sirkulasi laut, siklus biogeokimia laut dan dinamika ekosistem. Faktor-faktor tersebut merupakan elemen penting dalam siklus karbon di laut. Saat ini, 48 karbon yang dilepaskan dari fosil fuel burning dilimpahkan ke laut dan jumlah tersebut mulai memberikan dampak pada laut. Gas CO2 yang terus meningkat menyebabkan peningkatan konsentrasi ion hidrogen di dalam laut. Akibatnya, tingkat keasaman laut meningkat dan memberikan dampak pada ekosistem laut, seperti kematian masal terumbu karang, yang pada akhirnya berdampak pada degradasi lingkungan laut Indonesia Kementerian Lingkungan Hidup, 2007.

2.3. Fenomena Perubahan Iklim Mikro