Latar Belakang Masalah kompetensi sosial guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikatagorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai ketrampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaanya, menjaga kode etik guru dan lain sebagainya. 8 Kemampuan khusus memang sebagaimana cangkul untuk Pak Tani atau sepeda motor untuk tukang ojek sehingga jika kita tidak mempunyai, pekerjaan tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itulah, perlu adanya kemampuan khusus pada setiap guru agar dapat melaksanakan tugas pendidikan dan pembelajarannya. Sebagai seorang profesionalis, guru harus menyiapkan diri dengan berbagai kemampuan sebelum, selama, dan sesudah melaksanakan kegiatan pendidikan dan pembelajarannya. Kemampuan sebelum melaksanakan kegiatan sangat penting sebab inilah modal utamanya. Pada saat melaksanakan proses, tentunya pada saat itu guru mendapatkan kenyataan adanya kekmampuan yang belum dimilikinya sehingga guru harus terus mencoba untuk merencanakan peningkatan kualitas kemampuan dirinya. Setelah melaksanakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang harus dilaksanakan guru adalah mewujudkan rencana peningkatan kualitas kompetensi dirinya. 9 Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Guru harus dapat berkomunikasi dengan baik secara lisan, tulisan, dan isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 8 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Putra Grafika, Cet. II, 2007, h. 22. 9 Muhammad Saroni, Personal Branding Guru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, Cet. I, 2011, h. 94. Kualitas pendidikan Indonesia dianggap oleh banyak kalangan masih rendah, hal tersebut bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama, peringkat Humam Development Index HDI Indonesia yang masih rendah, tahun 2004 peringkat 111 dari 117 negara dan tahun 2005 peringkat 110 dibawah vietnam dengan peringkat 108. 10 Ketertinggalan bangsa Indonesia dalam bidang IPTEK dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand. 11 Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan dan juga sebagai anggota masyarakat, guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Guru harus bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Peran guru sangat penting dalam mengajar dan mendidik siswa, serta dalam memajukan dunia pendidikan. Mutu siswa dan pendidikan bergantung pada mutu guru. Karena itu guru harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan standar nasional pendidikan, agar ia dapat menjalankan tugas dan peraturannya dengan baik dan berhasil. 12 Bila guru memiliki kompetensi sosial, maka hal ini akan diteladani oleh peserta didik. Sebab selain kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual, peserta didik perlu diperkenalkan dengan kecerdasan sosial agar mereka memiliki rasa perduli, empati dan simpati kepada sesama. Tugas dan fungsi guru tidak hanya memberikan pendidikan, pengajaran, dan pelatihan saja, akan tetapi tugas yang melekat pada dirinya bukan sekedar di sekolah, melainkan juga di luar sekolah. Satu hal yang perlu menjadi perhatian dari guru adalah tugas mendidik, tugas ini 10 Kunandar, Guru Profesional; Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, h. 1 11 Ibid., h. 2 12 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, Jakarta: Prenadamedia Group, Cet. III, 2015, h.vii. adalah sangat berat, karena mendidik tidak saja menjadikan seorang anak yang semula berperilaku tidak terpuji, akan tetapi berubah menjadi seorang anak baik. Seorang guru harus bisa menjadi suri tauladan bagi peserta didiknya, baik tingkah lakunya, ucapannya, pergaulan, maupun ketaatannya kepada Allah SWT. Salah satu keberhasilan Rasulullah Muhammad SAW. Dalam mendidik umatnya adalah karena diri Rasul sendiri dijadikan suri tauladan seperti apa yang diajarkannya. Allah SWT. berfirman:                   Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. Q.S. Al- Ahzab: 21. 13 Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat luas. 14 Berkenaan dengan hal tersebut di atas, guru masih menunjukkan kelemahannya dalam bergaul terhadap masyarakat, hal ini disampaikan oleh Siswono Yudo Husodo, menurutnya: 13 Departemen Agama RI., Al- Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Forum Pelayanan al- Qur’an, Cet. I, 2013, h. 420. 14 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet. II, 2004, h. 42. Saat ini, di Tanah Air kita, perilaku menyimpang meluas di kalangan eksekutif, legislatif, yudikatif, dan di masyarakat luas walaupun pada saat yang sama, sarana-sarana ibadah dipenuhi jamaah. Kondisi kita seperti Italia, sebuah negeri maju yang sejahtera, yang gereja-gerejanya di hari Minggu penuh sesak, bersamaan dengan itu banyak politisinya bermasalah, sistem hukumnya dipengaruhi suap dan ancaman mafia, penjaranya pun penuh sesak. Berbeda dengan Austria, yang gerejanya tak penuh, tetapi penjaranya juga kosong. Dengan kondisi negara kita ini, kalangan pendidik, para guru bisa jadi tempat menggantungkan harapan akan negara yang lebih baik ke depan. 15 Guru tidak hanya dituntut untuk menjadi orang yang baik, tapi dia juga harus mampu menjadi sosok yang terbaik. Dan seseorang bisa menjadi yang terbaik apabila dia mampu menjadikan dirinya sebagai sosok yang pantas diteladani. Saking pentingnya sikap keteladanan, sampai-sampai Al- Qur’an melukiskan sebuah ancaman bagi mereka yang hanya dapat berkata-kata tanpa bisa menjalankannya:           Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Q.S. Ash-Shaff: 3. 16 Murid-murid tidak hanya butuh kepada teori dan nasehat saja, tapi pada dasarnya mereka lebih butuh kepada sosok yang sikap dan prilakunya dapat diteladani. Sesungguhnya mereka lebih butuh kepada figur yang mampu memberikan bimbingan moral. Karena itulah keteladanan menjadi faktor signifikan dalam rangka menciptakan anak didik yang unggul dan mumpuni. 17 Rendahnya kualifikasi akademik dan kompetensi guru terjadi di semua wilayah Indonesia, termasuk kabupaten bogor yang secara geografis terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan, Ibu Kota Jakarta. Dan menunjukkan bahwa, “jumlah guru yang belum S-1 sebanyak 2.810 orang di Kota Bogor; Kabupaten 15 Siswono Yudo Husodo, “Guru, “Sing Digugu lan Ditiru””, Harian Umum Kompas, Jakarta, 25 November 2015, h. 7. 16 Departemen Agama RI., Al- Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: Forum Pelayanan al- Qur’an, Cet. I, 2013, h. 551. 17 Imam Tholkhah, op. cit., h. 29. Bogor 9.488 orang atau setara dengan 82,58 persen. Sejak dari sebelum otonomi daerah, sampai tahun 2006 Kabupaten Bogor hampir tidak pernah memberikan beasiswa kepada guru.” 18 Hardini, 2008: iv. Sementara menurut Disdik Kabupaten Bogor, Ukah, lulusan madrasah aliyah MA dipastikan tidak ada lagi. radar-bogor.co.id, 17-10-2010. Menurut Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan BKPP Kabupaten Bogor , “Bogor membutuhkan 22.143 orang guru, namun pada kenyataanya hanya ada 11.260 orang sehingga dibutuhkan sekitar 10.883 orang. poskota.co.id, 17-10-2010. Rendahnya kualifikasi akademik guru secara tidak langsung berhubungan dengan kompetensi guru. 19 Dari latar belakang di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang “Kompetensi Sosial Guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor”.

B. Identifikasi Masalah

Dilihat dari berbagai aspeknya memungkinkan munculnya berbagai permasalahan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, masalah mendasar yang dapat diidentifikasi terdiri dari permasalahan-permasalahan yaitu: 1. Kurangnya kemampuan guru dalam berkomunikasi secara lisan. 2. Masih minimnya kemampuan guru dalam berkomunikasi secara tulisan. 3. Guru banyak yang belum akrab dengan internet. 4. Kurangnya pergaulan guru dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik, serta dengan masyarakat sekitar.

C. Pembatasan Masalah

Dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi di atas, nampak bahwa masalah-masalah tersebut sangat penting untuk dijawab. Namun, permasalahan tersebut masih sangat luas, maka perlu adanya pembatasan. Masalah-masalah itu dibatasi pada Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor. 18 Jejen Musfah, op. cit., h. 7. 19 Ibid., h. 8.

D. Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, yaitu: 1. Bagaimana kompetensi sosial guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor ? 2. Bagaimana upaya sekolah dalam meningkatkan kompetensi sosial guru PAI ?

E. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui kompetensi sosial yang dilakukan oleh guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor. b. Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam meningkatkan kompetensi sosial di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritik 1 Menambah dan memperkaya khazanah keilmuan dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam. 2 Sebagai sumbangan data ilmiah di bidang pendidikan dan disiplin ilmu lainnya, bagi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3 Memberikan sumbangan sebagai bahan pertimbangan dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, sehingga tujuan Pendidikan Agama Islam dapat tercapai serta pembelajaran di SMA Negeri 1 Ciampea Bogor dapat terus ditingkatkan. b. Manfaat Praktis 1 Bagi penulis, memberikan pengalaman yang cukup besar karena dengan diadakan penelitian secara langsung dapat menambah wawasan pengetahuan tentang kompetensi sosial guru PAI. 2 Sebagai masukan bagi para guru terutama guru Pendidikan Agama Islam dalam kompetensi sosial guru serta usaha mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. 3 Memberikan wawasan atau informasi kepada para pembaca tentang kompetensi sosial guru SMA Negeri 1 Ciampea Bogor. 11 BAB II KAJIAN TEORI KOMPETENSI SOSIAL GURU PAI A. Pengertian Kompetensi Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar. 1 Menurut kamus bahasa Indonesia, kompetensi dapat diartikan kewenangan kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. 2 Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. 3 1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelola peserta didik yang meliputi: a pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b pemahaman tentang peserta didik; c pengembangan kurikulum atau silabus; d perancangan pembelajaran; e pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f evaluasi haril belajar; dan g pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 4 1 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, Jakarta: Prenadamedia Group, Cet. III, 2015, h. 27. 2 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosyda karya, Cet. XVII, 2005, h. 14. 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Eko Jaya, 2005, h. 26. 4 Jejen Musfah, op. cit., h. 31.

Dokumen yang terkait

Pengaruh kompetensi sosial guru PAI terhadap akhlak sosial siswa di sekolah: penelitian di SMP-IT Al-Qomar Kelas VIII Tegal Alur Jakarta Barat

1 12 108

PENGARUH IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI 1 KEMBANG Pengaruh Implementasi Kompetensi Kepribadian Dan Sosial Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 1 Kembang Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 16

PENGARUH IMPLEMENTASI KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN SOSIAL TERHADAP KINERJA GURU SMA NEGERI 1 KEMBANG Pengaruh Implementasi Kompetensi Kepribadian Dan Sosial Terhadap Kinerja Guru SMA Negeri 1 Kembang Kabupaten Jepara Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 2 11

PENDAHULUAN Kompetensi Sosial Guru PAI Sebagai Pelaku Dakwah (Studi Kasus Di SMA Negeri 3 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2012/2013).

0 2 15

PENGELOLAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMA NEGERI 1 SUKODONO Pengelolaan Kompetensi Profesional Guru Di SMA Negeri 1 Sukodono Kabupaten Sragen.

0 0 15

PENGELOLAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DI SMA NEGERI 1 SUKODONO Pengelolaan Kompetensi Profesional Guru Di SMA Negeri 1 Sukodono Kabupaten Sragen.

0 0 17

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN DI SMA NEGERI 1 SRAGEN Profesionalisme Guru Ditinjau Dari Kompetensi Pedagogik Dan Kompetensi KepribadianDi SMA Negeri 1 Sragen.

0 0 14

KOMPETENSI SOSIAL GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 MOJOAGUNG KECAMATAN KARANGRAYUNG Kompetensi Sosial Guru Di Sekolah Dasar Negeri 1 Mojoagung Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.

0 2 14

KOMPETENSI SOSIAL GURU DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 MOJOAGUNG KECAMATAN KARANGRAYUNG Kompetensi Sosial Guru Di Sekolah Dasar Negeri 1 Mojoagung Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan.

0 1 21

PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL GURU TERHADAP PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 11 MAKASSAR

0 0 109