5. Data Guru dan Staf TU Tahun 2015
a. Data Guru :
No
Status Kepega-
Waian Tingkat Pendidika2
Jml.
SLTA D 1
D 2 D 3
S 1 S 2
S 3 1.
PNS -
- -
- 14
7 -
21
2. GBS
- -
- -
- -
- -
3. Honorer
- -
- -
16 -
- 16
Jumlah -
- -
- 30
7 -
37
Data Kelayakan Ketersesuaian Guru dengan Mata Pelajaran yang diajarkan : 1 Guru yang mengajar sesuai latar belakang pendidikan : 32 dua
puluh tujuh orang. 2 Guru yang mengajar mata pelajar yang serumpun dengan latar
belakang pendidikan: 3 tiga orang 3 Guru yang mengajar tidak sesuai dengan latar belakang
pendidikan : 4 lima orang b. Data Staf Tata Usaha TU Tahun 2015 :
No. Status
TU Tingkat Pendidikan
Jml. SD
SLTP SLTA
D 1 D 2
D 3 S 1
1. PNS
- -
- -
- -
- -
2. Honorer
3 2
6 -
- 1
1 13
Jumlah 3
2 6
- -
1 1
13
6. Sarana dan Prasarana
No Nama Ruangan
Kebutuhan Ruangan
Kondisi Ket.
Ada layak
Adatida k layak
Kekura- ngan
1 Ruang Kep. Sek 1
1 -
- -
2 Ruang Guru 1
1 -
- -
3 Ruang Tata Usaha 1
1 -
- -
4 Ruang Kegiatan
Belajar 18
10 8
- Rehab
Mendesak 5
Ruang LaboratoriumBahasa
1 1
- -
- 6
Ruang Laboratorium Biologi
1 -
1 -
Rehab Mendesak
7 Ruang Laboratorium
Fisika 1
- -
1 -
8 Ruang Laboratorium
Kimia 1
1 -
- -
9 Ruang Keterampilan 1
- -
1 -
10 Ruang Ibadah 1
- 1
- -
11 Ruang BP 1
- 1
- -
12 Ruang OSIS 1
- 1
- -
13 Ruang UKS 1
1 -
- -
14 Toilet siswa 18
6 10
3 Mendesak
15 Toilet Guru 4
3 -
1 Mendesak
16 Ruang Kantin 1
- 1
1 Mendesak
Jumlah 53
44 4
6 -
7 Struktur Organisasi Sekolah
Kepala Sekolah
Drs. Arif Setiawan, MM.
Ketua Komite Sekolah
Ir. Aji Asyhari
Kepala Urusan TU
----
Wakasek Urs Kesiswaan
Trisnani ESP, M. Pd
Wakasek Urs.
SaranaPrasarna
Dra. Rukmini
Wakasek Urs. Humas
Sawitri Dewi, S. Pd
.
Wakasek Urs. Kurikulum
Drs. Maryana
Wali Guru Guru Petugas
Kelas MP MP Perpustakaan
Koordinator Guru BPBK
Dra. Endang Pusporini
Peserta DidikSiswa
B. Hasil Pengolahan Data
Pendidikan mengacu pada usaha-usaha yang dilakukan oleh orang tua dan guru pendidikan agama untuk membuat anak memiliki perilaku terpuji dan perilaku
tersebut bersifat tetap dalam diri anak. Ibarat membuat sebuah guci keramik yang membutuhkan beberapa tahapan agar bisa menghasilkan keramik yang berkualitas
baik. Dimana pengrajin harus memilih kualitas tanah liat yang baik, dicampur air, kemudian dibentuk dengan kelembutan tangan si pengrajin, kemudian dijemur dan
dibakar lalu diukir seindah mungkin. Begitu pun dengan membentuk perilaku yang baik pada anak bukanlah hal yang dapat dengan mudah dilakukan. Butuh proses yang
panjang dan tahapan-tahapan yang harus dilalui yang berlangsung secara terus- menerus dan juga peran dari semua orang yang terkait seperti orang tua, guru, teman,
dan lingkungan sekitar. Pendidikan
adalah suatu
proses menanamkan,
membentuk, dan
mengembangkan nilai-nilai positif dalam diri mereka. Pendidikan juga suatu proses yang mengajarkan dan membentuk anak menjadi anak yang berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku serta kemampuan intelektual yang matang. Nilai-nilai tersebut pertama kali dibentuk dan berkembang di keluarga
kemudian melalui jalur pendidikan yang dinamakan sekolah. Selain untuk menambah pengetahuan anak juga bertanggung jawab terhadap perkembangan moral dan
perilaku anak. Perkembangan moral dan perilaku pada anak dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai keagamaan pada anak. Sehingga anak berperilaku baik bukan
karena paksaan tapi karena kebiasaan dan ciri khas pada anak. Kehadiran guru dalam proses pembelajaran merupakan peranan yang penting,
peranan guru itu belum dapat digantikan oleh teknologi seperti radio, televisi, internet, komputer maupun teknologi yang paling moderen. Banyak unsur-unsur
manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan keteladanan, yang diharapkan dari hasil proses pembelajaran yang tidak dapat dicapai kecuali
melalui pendidik.
Maka untuk itu diperlukan guru-guru yang profesional yang mampu menanamkan nilai-nilai luhur dan kemampuan intelektual yang baik pada anak. Hal
ini menjadi kebutuhan yang sangat penting disamping untuk menambah ilmu pengetahuan peserta didik. Untuk mendapatkan guru yang profesional maka
diperlukan uji keprofesionalannya tersebut. Dengan adanya sertifikasi benar-benar guru yang sudah memenuhi kompetensi-kompetensi sebagai seorang guru.
Kompetensi itu dipandang perlu sebagai bagian atau komponen yang tidak terpisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya sebab pekerjaan guru
tidak gampang dan tidak sembarangan dilaksanakan melainkan harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai pendukung dan penunjang pelaksanaan profesi. Jika
guru tidak mempunyai kompetensi yang dipersyaratkan sangat mustahil akan terwujud pelaksanaan kegiatan proses pendidikan di sekolah akan menjadi lebih baik
dan terarah. Kompetensi tersebut merupakan modal dasar bagi guru dalam membina dan mendidik peserta didik sehingga tercapai mutu pendidikan yang akan
menghasilkan peserta didik yang memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan yang paripurna.
Seorang guru itu layaknya manusia lainnya adalah seorang makhluk sosial, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan
memberi contoh baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan kewajiban sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial
tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong, bukan sebalinya, yaitu individu yang tertutup dan tidak memperdulikan orang-orang di sekitarnya.
2
Karena tidak ada manusia yang bisa hidup dalalm kesendirian. Manusia adalah makhluk yang saling ketergantungan dengan manusia lain. Maka dari itulah
ranah sosoial pun hadir dalam kehidupan manusia. Dan disinilah karakter watak manusia bisa dilihat. Baik atau buruk karakter kepribadian seseorang terlihat dari
kehidupan sosial manusia itu sendiri. Mereka yang memiliki kehidupan sosial yang
2
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, Jakarta: Prenadamedia Group, Cet. III, 2015, h. 52.
tinggi ialah mereka yang pasti juga mempunyai kepribadian yang baik seperti pandai bergaul, berkomunikasi dengan baik serta berperilaku santun dalam diri mereka.
Sebaliknya mereka yang mempunyai kepribadian yang buruk seperti tertutup dengan masyarakat sekitar, acuh terhadap tetangga dan jarang berkomunikasi dengan
tetangga maka akan berdampak tidak baik pada kehidupan sosial mereka.
1. Berkomunikasi Secara Lisan dan Tulisan
Guru dalam proses pelaksanaan tugasnya perlu memperhatikan hubungan dan komunikasi baik antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan guru, guru dengan
siswa, dan guru dengan personalia lainnya di sekolah. Hubungan dan komunikasi yang baik membawa konsekwensi terjalinnya interaksi seluruh komponen yang ada
dalam sistem sekolah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru akan berhasil jika ada hubungan dan komunikasi yang baik dengan siswa sebagai komponen yang
diajar. Kinerja guru akan meningkat seiring adanya kondisi hubungan dan komunikasi yang sehat di antara komponen sekolah sebab dengan pola hubungan dan
komunikasi yang lancar dan baik mendorong pribadi seseorang untuk melakukan tugas dengan baik.
Komunikasi digunakan untuk memahami dan menukarkan pesan verbal maupun non verbal antara pengirim informasi dengan penerima informasi untuk
mengubah tingkah laku. Hubungan dan komunikasi yang dikembangkan guru terutama dalam proses pembelajaran dan pada situasi interaksi lain di sekolah
memberi peluang terciptanya situasi yang kondusif untuk dapat memperlancar pelaksanaan tugas, segala persoalan yang dihadapi guru baik dalam pelaksanaan tugas
utama maupun tugas tambahan dapat diselesaikan melalui penyelesaian secara bersama dengan rekan guru yang lain, tanpa hubungan dan komunikasi yang baik di
dalam lingkungan sekolah apapun bentuk pekerjaan yang kita lakukan tetap akan mengalami hambatan dan kurang lancar.
Guru hendaknya kreatif mengoptimalkan kemampuan kinerja otak sebagai tempat menimbulkan kesan. Maka guru dituntut mampu menentukan kata-kata yang
tepat dalam memberi penjelasan pada siswa. Oleh karena itu, sebaiknya guru menyusun perkataan yang komunikatif serta santun untuk pembelajaran yang
berkesan dan bermakna. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses
komunikasi. Sedangkan kompetensi sosial guru dianggap sebagai salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan siswa menjadi anggota masyarakat yang baik
serta kemampuan untuk mendidik dan membimbing masyarakat dalam menghadapi masa yang akan datang. Jika seorang guru tidak mampu untuk berkomunikasi, maka
materi yang harus disampaikan kepada peserta didik akhirnya tidak jelas tersampaikan yang mengakibatkan peserta didik kebingungan dan tidak mengerti
dengan penjelasan guru. Dari hasil penelitian melalui wawancara terhadap beberapa peserta didik
menunjukkan bahwa guru PAI di SMA Negeri 1 Ciampea baik dalam berkomunikasi. Hal ini dikatakan oleh 2 dari 3 peserta didik. Vivin Sofianti siswa kelas XI
– MIA 3 menjelaskan “Bahasa yang digunakan oleh guru PAI ketika mengajar di kelas sangat
mudah difahami”.
3
Kemudian Refina Cahyani siswa kelas XII – MIA 3 juga
mengatakan “ Saat mengajar guru PAI menggunakan bahasa yang mudah difahami ini terbukti ketika beliau mengajar jarang anak-anak yang bergurau ataupun ngobrol
sendiri-sendiri dibandingkan ketika mata pel ajaran lain”.
4
Namun beda dengan Mediana siswa kelas XI
– MIA 3 yang mengatakan bahwa “Tidak semua yang dijelaskan oleh guru PAI menggunakan bahasa yang mudah difahami, mungkin
karena saya baru menjumpai materi tersebut sehingga butuh pemahaman yang sangat jelas”.
5
Selain dari siswa guru PAI Bapak Zaenal Musthafa sendiri ketika diwawancarai keduanya mengatakan bahwa peserta didik sangat antusias ketika
3
Wawancara dengan Vivin Sofianti di ruang tamu SMA Negeri 1 Ciampea pada jum’at 18 Desember 2015.
4
Wawancara dengan Revina Cahyani di ruang tamu SMA Negeri 1 Ciampea pada jum’at 18 Desember 2015.
5
Wawancara dengan Mediana di ruang tamu SMA Negeri 1 Ciampea pada jum’at 18 Desember 2015.