4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Umum Kepulauan Seribu
Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletak di sebelah Utara Teluk Jakarta dan Laut Jawa Jakarta. Pulau Paling utara, Pulau Sebira
terletak di jarak sekitar 100 mil dari daratan Teluk Jakarta. Posisi ini bila dikaitkan dengan Jakarta yang tidak lain adalah sebuah kota Bandar, maka
Kepulauan Seribu adalah bagian muka dari Jakarta. Lokasinya berada antara 06°00’40” dan 05°54’40” Lintang Selatan dan
106°40’45” dan 109°01’19” Bujur Timur. Pada separuh teluk bagian barat, terdapat beberapa pulau kecil yang sebagian besar telah dipergunakan sebagai
areal permukiman penduduk dan sebagian lainnya dipergunakan sebagai tempat peristirahatan.
Kepulauan Seribu terdiri atas 110 pulau, dan 11 diantaranya yang dihuni penduduk. Pulau-pulau lainnya digunakan untuk rekreasi, cagar alam, cagar
budaya dan peruntukan lainnya. Luas Kepulauan Seribu kurang lebih 108.000 ha, terletak di lepas pantai utara Jakarta dengan posisi memanjang dari Utara ke
Selatan yang ditandai dengan pulau-pulau kecil berpasir putih dan gosong-gosong karang. Pulau Untung Jawa merupakan pulau berpenghuni yang paling selatan
atau paling dekat dengan jarak 37 mil laut dari Jakarta. Sedangkan kawasan paling utara adalah Pulau Dua Barat yang berjarak sekitar 70 mil laut dari Jakarta.
Keadaan angin di Kepulauan Seribu sangat dipengaruhi oleh angin monsoon yang secara garis besar dapat dibagi menjadi Angin Musim Barat
Desember-Maret dan Angin Musim Timur Juni-September. Musim Pancaroba terjadi antara bulan April- Mei dan Oktober-Nopember. Kecepatan angin pada
musim Barat bervariasi antara 7-20 knot per jam, yang umumnya bertiup dari Barat Daya sampai Barat Laut. Angin kencang dengan kecepatan 20 knot per jam
biasanya terjadi antara bulan Desember-Februari. Pada musim Timur kecepatan angin berkisar antara 7-15 knot per jam yang bertiup dari arah Timur sampai
Tenggara.
Arus permukaan di perairan Kep. Seribu secara umum dipengaruhi oleh pola angin musim. Arus permukaan bergerak ke Timur pada Musim Barat dan
arus bergerak ke Barat pada Musim Timur. Sekitar bulan Oktober dan April arah arus tidak teratur. Arus permukaan pada musim barat berkecepatan maksimum 0.5
mdetik dengan arah ke Timur sampai Tenggara. Pada musim timur kecepatan maksimumnya 0.5 mdetik. Gelombang laut yang terdapat pada musim barat
mempunyai ketinggian antara 0.5-1.75 meter dan musim timur 0.5-1.0 meter. Wyrtki 1961 menyatakan bahwa pola arus permukaan Laut Jawa secara
umum adalah bergerak kearah Timur pada bulan Nopember s.d Maret Gambar 6 dan bergerak ke arah Barat pada bulan Mei s.d September Gambar 7. Hal ini
terjadi tanpa dipengaruhi oleh meningkatnya faktor Gesekan Eddy yang besar dan arus balik counter currents. Sedangkan arus pada bulan April dan Oktober arah
tidak beraturan dan dalam hal ini muncul faktor Gesekan Eddy.
Gambar 6 Pola arus yang disebabkan oleh Angin Musim Barat di Indonesia pada bulan Februari Wyrtki 1961
Gambar 7 Pola arus yang disebabkan oleh Angin Musim Timur di Indonesia pada bulan Juni Wyrtki 1961
Tipe pasang surut Pasut tahunan di Kepulauan Seribu adalah Pasut Harian Tunggal Diurnal, dimana dalam satu hari bulan terdapat satu kali pasang
dan satu kali surut dengan periode pasut selama 24 jam 50 menit Setiyo no 1996. Suhu permukaan di Kepulauan Seribu pada musim Barat berkisar antara
28.5°C-30.0°C. Pada musim Timur permukaan antara 28.5°C-31.0°C. Salinitas permukaan berkisar antara 30-34 pada musim barat maupun
pada musim timur. Pada umumnya keadaan geologi Kepulauan Seribu terbentuk dari batuan kapur, karangpasir dan sedimen yang berasal dari Pulau Jawa dan
Laut Jawa, terdiri dari susunan bebatuan malihanmetamorfosadan batuan beku, di atas batuan dasar diendapkan sedimen epiklasik, batu gamping, batu lempung
yang menjadi dasar pertumbuhan gamping terumbu. Sebagian besar terumbu karang yang ada masih mengalami pertumbuhan.
Jenis tanah di daratan berupa pasir koral yang merupakan pelapukan dari batu gamping terumbu koral dengan ketebalan umumnya 1 m dan di beberapa
tempat dapat mencapai ketebalan 5 m, pasir koral merupakan hancuran detrital yang berwarna putih keabuan, lepas. Pada beberapa pulau khususnya pada daratan
pantai sering ditumbuhi oleh pohon bakau sehingga dijumpai lapisan tanah
organik yang sangat lunak berasal dari pelapukan tumbuh-tumbuhan serta material yang terbawa oleh arus laut dan tertahan pada akar pohon bakau.
Secara umum keadaan laut mempunyai kedalaman yang berbeda-beda yaitu berkisar antara 0-40 meter. Hanya ada 2 tempat yang mempunyai kedalaman
lebih dari 40 meter, yaitu sekitar pulau payung dan Pulau TikusPulau Pari. Di Kepulauan Seribu tidak dijumpai sumber hidrologi permukaan seperti
sungai, dan mata air. Kondisi air tanah sangat tergantung dengan kepadatan vegetasinya. Untuk pulau-pulau yang mempunyai vegetasi yang padat dan
mempunyai lapisan tanah yang cukup tebal, maka kondisi air tanah mempunyai kualitas tanah yang baik tawar. Hal tersebut karena vegetasi dan lapisan tanah
tersebut menyimpan air tanah yang berasal dari hujan.
4.2 Kondisi Umum Pulau Belanda