memenuhi kewajibannya. Dalam Bank Syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait dengan pembiayaan korporasi.
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu risiko yang pasti dihadapi oleh setiap Bank karena risiko ini sering juga disebut dengan risiko kredit. Robert
Tampubolon 2004 menjelaskan bahwa risiko kredit adalah eksposur yang timbul sebagai akibat kegagalan pihak lawan counterparty memenuhi kewajibannya.
Disatu sisi risiko ini dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional Bank seperti penyaluran pinjaman, kegiatan treasury dan investasi, dan kegiatan jasa
pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam buku Bank. Disisi lain risiko ini timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk. Kinerja debitur yang
buruk ini dapat berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh perjanjian kredit yang telah disepakati bersama
sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi perhatian bank bukan hanya kondisi keuangan dan nilai pasar tetapi juga kondisi makro yang secara menyeluruh
mempengaruhinya seperti Inflasi, suku bunga BI dan juga Kurs mata uang.
2.3.2 Pengertian Non Performing Finance NPF
Dalam menyalurkan pembiayaan, bank mempunyai harapan agar pembiayaan tersebut mempunyai resiko minimal dalam arti dapat dikembalikan
sepenuhnya tepat pada waktunya dan tidak terjadi pembiayaan bermasalah. Namun pada kenyataannya, bila Bank gagal dalam mengelola resiko tersebut
dalam hubungannya dengan pembiayaan Bank akan timbul pembiayaan bermasalah.
Non Performing Finance NPF adalah salah satu indikator kunci untuk menilai kinerja fungsi bank, karena NPF yang tinggi adalah indikator gagalnya
bank dalam mengelola bisnis antara lain timbul masalah likuiditas ketidakmampuan membayar pihak ketiga, Rentabilitas utang tidak bisa ditagih,
Solvabilitas Modal berkurang . Sedangkan laba yang merosot adalah salah satu imbasnya karena praktis bank kehilangan sumber pendapatan di samping harus
menyisihkan pencadangan sesuai kolektibilitas pembiayaan. Selektifitas dan kehati-hatian yang dilakukan manajemen dalam memberikan pembiyaan dapat
mengurangi risiko pembiyaan bermasalah, oleh karena itu diperlukan manajemen yang baik agar memiliki kinerja NPF yang baik.
Menurut Mahmoedin 2002, menambahkan pengertian kreditpembiayaan bermasalah dalam dua konsep yang berbeda yaitu:
1. Pengertian Konsep Perbankan, yaitu kredit yang berada dalam klasifikasi diragukan dan macet Non Performing Finance. Bank yang konservatif
memandang pembiayaan yang diberikannya sebagai aset yang beresiko risk asset dan karenanya bank harus mengelola resiko yang melekat pada proses
pemberian pinjaman. Jika risk management ini tidak ada, maka pembiyaan menjadi bermasalah.
2. Pengertian Konsep Akuntansi, yaitu pemberian kredit yang beresiko tinggi,
sehingga memaksa bank harus menyisihkan sebagian keuntungannya guna menghadapi resiko kegagalan pengembalian pembiayaan.
2.3.3 Aspek Penilaian Pengajuan Pembiayaan
Berkaitan dengan pembiayaan di lembaga keuangan syariah, dalam melakukan penilaian permohonan pembiayaan BankSyariah bagian marketing
harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah, sehingga bisa mengurangi tingkat pembiayaan
bermasalah calon nasabah. Menurut Kasmir 2002 di dunia perbankan aspek penilaian dikenal dengan 5 C + 1 S , yaitu :
1 Character Yaitu penilaian terhadap karakter atau kepribadian calon penerima
pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajibannya.
2 Capacity Yaitu penilaian secara subyektif
tentang kemampuan penerima pembiayaan untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan
catatan prestasi penerima pembiayaan di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas sarana usahanya seperti toko,
karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan. 3 Capital
Yaitu penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki oleh calon penerima pembiayaan yang diukur dengan posisi perusahaan secara
keseluruhan yang ditujukan oleh rasio finansial dan penekanan pada komposisi modalnya.
4 Collateral
Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian ini bertujuan untuk lebih meyakinkan bahwa jika suatu risiko kegagalan
pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pengganti dari kewajiban.
5 Condition Bank Syariah harus melihat kondisi ekonomi yang terjadi di masyarakat
secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dilakukan oleh calon penerima pembiayaan. Hal tersebut karena kondisi
eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha calon penerima pembiayaan.
6 Syariah Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang akan
diberikan pembiyaan benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa DSN:
“Pengelola tidak boleh menyalahi hukum syariah Islam dalam tindakannya yang berhubungan dengan mudharabah.”
Selain dari aspek prinsip dari 5P+1S di atas, dalam penilaian pengajuan pembiayaan dan kredit, perlu di perhatikan pula penilaian aspek dengan Prinsip
5P, yaitu: 1 Party Golongan
Yang dimaksud dengan party disini adalah mencoba menggolongkan calon peminjam kedalam kelompok tertentu menurut character, capacity,
dan capital dengan jalan penilaian atas ke 3 C tersebut. 2
Purpose Tujuan Yaitu tujuan penggunaan kredit yang diajukan, apa tujuan yang
sebenarnya real purpose dari kredit tersebut, apakah mempunyai aspek- aspek sosial yang positif dan luas atau tidak. Bagaimana backward
linkage keterkaitan kehulu dan forward linkage keterkaitan kehilir. Selanjutnya juga sebagai kreditur, maka Bank harus memperhatikan
apakah kreditnya benar-benar sesuai dengan tujuan semula. 3 Payment Sumber Pembayaran
Setelah mengetahui real purpose dari kredit tersebut maka hendaknya diperkirakan dan dihitung kemungkinan-kemungkinan besarnya
pendapatan yang akan dicapai atau dihasilkan. 4 Profitability Kemampuan Untuk Mendapat Keuntungan
Yang dimaksud dengan profitability disini bukanlah keuntungan yang dicapai oleh debitur semata-semata, melainkan pula dinilai dan dihitung
keuntungan-keuntungan yang mungkin akan dicapai oleh bank, apabila memberikan kredit terhadap debitur tertentu, dibandingkan dengan jika
kepada debitur lain atau kalau tidak memberi kredit sama sekali. 5 Protection perlindungan
Yaitu untuk berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak diduga sebelumnya, maka Bank perlu untuk melindungi kredit yang diberikan
antara lain dengan jalan meminta collateraljaminanagunan dari debiturnya bahkan mungkin pula baik jaminannyaagunannya maupun
kreditnya diasuransikan.
Terdapat satu asas lagi yang harus dianalisis sebelum memberikan kredit yaitu asas 3R.
1 Returns
Returns adalah penilaian atas hasil yang akan dicapai perusahaan calon debitur setelah memperoleh kredit. Apabila hasil yang diperoleh cukup
untuk membayar pinjamannya dan sekaligus membantu perkembangan usaha calon debitur bersangkutan maka kredit diberikan dan begitu
pula sebaliknya. 2
Repayment Repayment adalah memperhitungkan kemampuan, jadwal, dan jangka
waktu pembayaran kredit oleh calon debitur, tetapi perusahaanya tetap berjalan.
3 Risk Bearing Ability
Risk bearing ability adalah memperhitungkan besarnya kemampuan perusahaan calon debitur untuk menghadapi risiko, apakah risikonya
besar atau kecil. Kemampuan perusahaan menghadapi risiko ditentukan oleh besarnya modal dan strukturnya, jenis bidang usaha dan manajemen
perusahaan bersangkutan. Apabila risk bearing ability perusahaan besar maka kredit tidak diberikan dan sebaliknya.
2.3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah