Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

4.2 Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Di Indonesia, sejak dikeluarkannya UU Perbankan dan Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004 yang mengakomodasikan perbankan syariah, maka sejak tahun 1998 perbankan syariah nasional berkembang cukup pesat, baik aset maupun kegiatan usahanya. Perbankan syariah telah memberikan pengaruh yang signifikan pada praktik keuangan syariah lainnya, seperti asuransi syariah, obligasi dan reksadana syariah, perusahaan pembiayaan dan pasar modal syariah. Dengan berkembangnya perbankan syariah dan sektor keuangan syariah lainnya, berarti telah terbentuk dual system ekonomi di Indonesia, yaitu ekonomi konvensional dan ekonomi syariah. Perkembangan perbankan syariah tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 4.1 Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dalam milyar rupiah per Desember 2014 Keterangan 2011 2012 2013 2014 Total Aset 145.467 195.018 242.276 272.343 Pembiayaan 102.655 147.505 184.122 199.330 DPK 115.415 147.512 183.534 217.858 Sumber : Bank Indonesia Tabel 4.2 Perkembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah per Desember 2014 Bank 2011 2012 2013 2014 BUS - Bank 11 11 11 12 - Kantor 1.401 1.745 1.998 2.151 UUS - Bank 24 24 23 22 - Kantor 336 517 590 320 BPRS - Bank 155 158 163 163 - Kantor 364 401 402 439 Sumber : Bank Indonesia Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah Bank Umum Syariah BUS yang pada tahun 2011 terdapat 11 Bank Umum Syariah kemudian terjadi peningkatan jumlah menjadi 12 Bank Umum Syariah. Begitu pula dengan jumlah kantor Bank Umum Syariah yang pada tahun 2011 berjumlah 1.401 terjadi peningkatan menajadi 2.151, meningkat hampir 2 kali lipat. Terdapat indikasi bahwa dari tahun ketahun pertumbuhan bank syariah semakin meningkat. Tabel 4.3 Pangsa Pasar Perbankan Syariah Terhadap Total Perbankan Nasional dalam milyar rupiah per Desember 2014 Keterangan Bank Syariah Bank Konvensional Nominal Pangsa Nominal Aset 272.343 4.85 5.615.150 DPK 217.858 5.29 4 .114.420 Pembiayaan 199.330 5.37 3.706.501 FDRLDR 91.50 89,42 NPFNPL 4.33 4.57 Berdasarkan data diatas, tingkat perkembangan perbankan syariah nasional mencapai kemajuan yang cukup pesat baik dari segi aset maupun jumlah kantor cabang. Namun jika dibandingkan dengan pangsa pasar bank umum, pangsa pasar bank syariah masih kecil yaitu rata-rata 4 – 5 Otoritas Jasa Keuangan menetapkan bahwa batas LDR terendah adalah 78, sedangkan batas maksimum adalah 100. Dalam tabel diatas, FDR bank syariah mencapai 91.50 dan LDR bank konvensional 89.42. Dari data tesebut dapat disimpulkan bahwa dari rasio LDR, fungsi intermediary bank syariah lebih tinggi dari pada bank konvensional karena 91.50 dana pihak ketiga giro, deposito dan tabungan di bank syariah telah disalurkan kepada masyarakat melalui pembiayaan, sementara dana pihak ketiga bank konvensional yang disalurkan kepada masyarakat mencapai 89.42 dalam bentuk kredit kepada debitur. Disamping hal positif, baik dari segi jenis produk perbankan maupun prinsip operasional, pada kenyataannya dalam perbankan syariah juga terdapat pembiayaan bermasalah non performing finance dan kendala-kendala yang dikhawatirkan dapat menghambat laju perkembangan bank syariah di Indonesia. Kendala-kendala tersebut meliputi antara lain dalam bidang sarana financial infrastructur, sumber daya manusia, sosialisasi dan edukasi, permodalan dan regulasi. Permasalahan lain dalam pengembangan produk bank syariah antara lain:  Syariah adalah hukkum Islam yang bersumber dari Al-quran dan Sunnah yang merupakan acuan dasar dari segala aspek kehidupan, ibadah, sosial, ekonomi, budaya dan seterusnya, karena itu untuk mengeluarkan fatwa yang menyangkut kegiatan operasional perbankan syariah perlu pengkajian yang seksama dan mendalam  Pengaruh perkembangan zaman, perkembangan teknologi, perbedaan budaya, dan pengalaman perbankan konvensional yang telah berjalan lama merupakan permasalahanyang perlu memperoleh pemecahan dalam pembentukan produk baru syariah atau konversi produk lama menjadi produk syariah baru  Produk yang akan diluncurkan harus terlebih dahulu memperoleh pendapat dari Dewan Pengawas Syariah dan fatwa dari Dewan Syariah Nasional serta persetujuan dari Bank Indonesia

4.3. Sejarah Perusahaan

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Agunan Pada PT. Bank Sumut Cabang Pembantu Syariah Karya Medan

7 69 115

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Nasabah Non Muslim Terhadap Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan.

2 67 99

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian pembiayaan pada Bank Syariah (Studi pada Bank Syariah mandiri Cabang pembantu Bekasi Timur

0 10 100

Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Pembiayaan Pembiayaan Agribisnis pada Bank Umum Syariah (Kasus pada BMI Cabang Pembantu Depok)

5 116 195

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Umum Syariah Periode 2011 – 2014.

1 5 12

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN PEMBIAYAAN MURABAHAH : Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri Cabang Rawamangun.

8 16 34

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Berbasis Margin pada Bank Umum Syariah di Indonesia IMG 20151104 0001

0 0 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kolektibilitas Pembiayaan Bermasalah pada PT. Bank X Syariah Kantor Cabang Medan

0 0 36

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberikan perhatian yang serius dan - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kolektibilitas Pembiayaan Bermasalah pada PT. Bank X Syariah Kantor Cabang Medan

0 0 9

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kolektibilitas Pembiayaan Bermasalah pada PT. Bank X Syariah Kantor Cabang Medan

0 0 11