Kredit dengan kolektibilitas lancar Kolektibilitas 1 adalah masuk dalam criteria Perporming Loan, sedangkan kredit dengan kolektibilitas dalam perhatian
khusus Kolektibilitas 2, kurang lancar Kolektibilitas 3, diragukan Kolektibilitas 4, dan kredit macet Kolektibilitas 5 masuk dalam kriteia kedit
bermasalah non-performing finance. Walaupun suatu kredit memenuhi kriteria lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, dan diragukan, namun apabila
menurut penilaian keadaan usaha peminjam diperkirakan tidak mampu untuk mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya, maka kredit tersebut harus
digolongkan pada kualitas yang lebih rendah atas dasar penilaian yang berpedoman pada indikator tambahan yang ditentukan oleh Bank Indonesia.
2.3.6 Mananjemen Risiko Pembiayaan Syariah
1 Resiko Pembiayaan Risiko pembiayaan adalah risiko yang terjadi akibat kegagalan pihak
lawan counterparty memenuhi kewajibannya. Risiko pembiayaan dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional Bank seperti pembiayaan
penyediaan dana, treasury, dan investasi, dan pembiayaan perdagangan yang tercatat dalam banking book ataupun trading book. Risiko pembiayaan merupakan
risiko yang paling krusial dalam dunia perbankan. Hal ini dikarenakan kegagalan bank dalam mengelola risiko ini, dapat memicu munculnya risiko likuiditas, suku
bunga, penurunan kualitas asset dan risiko-risiko lainnya.Tingkat risiko pembiayaan yang dimiliki bank, memiliki efek negatif bagi kualitas aset yang
diinvestasikan.
Setelah dijelaskan mengenai prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan pembiayaan 5C+1S untuk menilai dan mengetahui tingkat dari
suatu pembiayaan bermasalah tersebut, maka dalam manajemen perbankan syariah, khususnya dalam masalah yang dihadapi oleh setiap perbankan dan
lembaga keuangan seperti dalam hal risiko pembiayaan perlu kita kaji bagaimana manajemen pembiayaan atau kredit pada Bank Syariah atau Lembaga Keuangan
Syariah. Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Khaerudin Syah Nasution
mengenai masalah manajemen kredit syariah dijelaskan bahwa Risiko Bank Syariah sebetulnya lebih kecil dibanding Bank konvensional. Bank Syariah tidak
akan mengalami negative spread, karena dari dana yang dikucurkan untuk pembiayaan akan diperoleh pendapatan, bukan bunga seperti di Bank biasa.
Sementara untuk deposan, Bank Syariah tidak memberikan bunga melainkan sistem bagi hasil atau mudharabah.
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam penilaian kredit, yang menyangkut kegiatan usaha calon debitur, antara lain:
a Aspek pemasaran. Menyangkut kemampuan daya beli masyarakat, keadaan kompetisi, pangsa pasar, kualitas produksi dan lain
sebagainya b Aspek teknis. Meliputi kelancaran produksi, kapasitas produksi,
mesin dan peralatan, ketersediaan dan kontinuitas bahan baku c Aspek manajemen. Meliputi struktur dan susunan organisasi,
termasuk pengalaman anggota dan pola kepemimpinan manajemen
d Aspek yuridis. Meliputi status hukum badan usaha, kelengkapan izin usaha dan legalitas barang jaminan
e Aspek sosial ekonomi. Meliputi keadaan keuangan perusahaan debitur yang dibiayai.
2 Pengawasan Aktif Dewan Komisaris dan Direksi Komisaris bertanggungjawab dalam melakukan persetujuan dan
peninjauan berkala atau sekurang kurangnya secara tahunan mengenai strategi dan risiko pembiayaan pada bank. Strategi dan kebijakan tersebut harus:
a Mencerminkan batas toleransi bank bank’s tolerance terhadap risiko dan tingkat probabilitas pendapatan yang diharapkan akan diperoleh
secara terus menerus dengan memperhatikan siklus dan perubahan kondisi ekonomi
b Memperhatikan siklus perekonomian domestik dan internasional, dan perubahan-perubahan yang dapat memengaruhi komposisi dan kualitas
dan portofolio pembiayaan c Dirancang untuk keperluan jangka penjang dengan penyesuaian yang
di perlukan
Direksi bertanggung jawab untuk mengimplikasikan strategi dan kebijakan risiko pembiayaan serta mengembangkan prosedur identifikasi, pengukuran,
pemantauan, dan pengendalian risiko pembiayaan. Kebijakan dan prosedur yang dikembangkan dan diimplementasikan secara tepat tersebut harus dapat:
a Mendukung standar pemberian pembiayaan yang sehat, b Memantau dan mengendalikan risiko pembiayaan, dan
c Mengidentifikasi dan menangani pembiayaan bermasalah. Bank harus mengidentifikasikan dan mengelola risiko pembiayaan yang
melekat pada seluruh produk dan aktivitas baru serta memastikan bahwa risiko dari produk dan aktivitas baru telah melalui proses pengendalian manajemen
risiko yang layak sebelum diperkenalkan atau dijalankan, dan harus disetujui oleh Direksi atau direkomendasikan oleh Komite Manajemen Risiko terlebih dahulu.
3 Proses Identifikasi, Pengukuran Manajemen Risiko Pembiayaan 1 Identifikasi Risiko Pembiayaan
a Bank harus mengidentifikasi risiko pembiayaan yang melekat
pada seluruh produk dan aktivitasnya. Identifikasi risiko pembiayaan
tersebut merupakan
hasil kajian
terhadap karakteristik risiko pembiayaan yang melekat pada aktivitas
fungsional tertentu, seperti pembiayaan penyediaan dana, treasury dan investasi, dan pembiayaan perdagangan
b Untuk kegiatan pembiayaan dan jasa pembiayaan perdagangan,
penilaian risiko pembiayaan harus memperhatikan kondisi keuangan debitur, dan khususnya kemampuan membayar secara
tepat waktu, serta jaminan atau agunan yang diberikan. Untuk risiko debitur, penilaian harus mencakup analisis terhadap
lingkungan debitur, karakteristik mitra usaha, kualitas pemegang
saham dan manajer, kondisi laporan keuangan terakhir, serta proyeksi arus kas, kualitas rencana bisnis, dan dokumen lainnya
yang dapat digunakan untuk mendukung analisis menyeluruh terhadap kondisi dan kredibilitas debitur.
c Untuk kegiatan treasury
dan investasi, penilaian risiko pembiayaan
harus memperhatikan
counterparty, rating,
karakteristik, instrumen, jenis transaksi yang dilakukan dan likuiditas pasar serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
risiko pembiayaan.
4 Pengukuran Risiko Pembiayaan Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengukuran risiko
pembiayaan adalah sebagai berikut: a
Bank harus memiliki prosedur tertulis untuk melakukan pengukuran risiko yang memungkinkan untuk: Sentralisasi eksposur on balance sheet dan off
balance sheet yang mengandung risiko pembiayaan dari setiap debitur atau per kelompok debitur dan atau counterparty tertentu mengacu pada konsep
single obligor. Penilaian perbedaan kategori tingkat risiko pembiyaan dengan menggunakan kombinasi aspek kualitatif dan kuantitatif data dan
pemilihan kriteria tertentu.Distribusi informasi hasil pngukuran risiko secara lengkap untuk tujuan pemantauan oleh satuan kerja terkait
b Sistem pengukuran risiko pembiayaan sepatutnya mempertimbangkan: Karakteristk setiap jenis tansaksi risiko pembiayaan, kondisi keuangan
debiturcounterparty serta persyaratan dalam perjanjian pembiayaan seperti dalam jangka waktu dan tingkat interest, Jangka waktu pembiayaan
maturity profile dikaitan dengan perubahan potensial yang terjadi di pasar, aspek jaminanagunan danatau garansi, potensi terjadinya
kegagalan membayar default, baik berdasarkan hasil penilaian pendekatan konvensional maupun hasil penlaian pendekatan yang
menggunakan proses pemeringkatan yang dilakukan secara interen internal risk rating, kemampuan Bank untuk menyerap potensi
kegagalan default c Bagi Bank yang menggunakan teknik pengukuran risiko dengan
menggunakan pendekatan internal risk rating harus menggunakan validasi data secara berkala
d Parameter yang digunakan dalam mengukur risiko pembiayaan antara lain mencakup:
1. Non Performing Finance NPF 2 Konsentrasi pembiayaan berdasarkan peminjam dan sektor ekonomi
3. Kecukupan agunan 4. Pertumbuhan pembiayaan
5. Non Performing Portofolio treasury dan investasi non pembiayaan. 6. Komposisi portofolio treasury dan investasi antar
Bank, surat berharga dan penyertaan 7. Kecukupan cadangan transaksi treasury dan investasi
8. Transaksi pembiayaan perdagangan yang default
9. Konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan.
5 Upaya Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah Upaya penyelamatan pembiayaan bermasalah hanya dianjurkan bilamana
bank mempunyai keyakinan bahwa operasi bisnis dan kondisi keuangan debitur masih dapat diperbaiki. Untuk itu harus dilakukan analisis khusus guna menilai
prospek masa depan perusahaan debitur. A. Wangsawidjaja 2012 menjelaskan untuk menyelamatkan pembiayaan
bermasalah, bank dapat melakukan berbagai macam upaya. Tiga macam upaya diantara berbagai macam upaya penyelamatan yang sering kali dilakukan oleh
bank adalah: 1
Penjadwalan kembali rescheduling Tindakan yang diambil dengan cara memperpanjang jangka waktu kredit
atau jangka waktu angsuran. Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit pembayaran kredit, misalnya perpanjangan
jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi 1 tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama utuk mengembalikannya. Memperpanjang angsuran
hampir sama dengan jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayaranyapun missal 36 kali menjadi 48 kali dan halitu tentu saja jumlah
angsurannya pun menjadi mengecil seiring denganpenambahan jumlah angsuran.
2 Penataan kembali persyaratan pembiayaan reconditioning
Reconditioning maksudnya adalah bank mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti :
Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Dalam hal ini
penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya
tetap harus dibayar seperti biasa. Penurunan margin keuntungan bank. Penurunan ini dimaksudkan agar
lebih meringgankan beban nasabah.sebagai contoh jika margin per tahun sebelumnya dibebankan 20 per
tahun diturunkan menjadi 18 per tahun. Hal ini tergantung dari pertimbangan bank yang bersangkutan. Penurunan margin akan mempengaruhi jumlah angsuran
yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah.
3 Restruktur restructuring
Retructuring merupakan tindakan bank kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan
tambahan dana dan usaha yang dibiayai memang masih layak. Tindakan ini meliputi dengan menambah jumlah kredit yaitu menambah equity dengan
menyetor uang tuani atau tambahan dari pemilik. 4
Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga jenis di atas. Seorang nasabah dapat
saja diselamatkan dengan kombinasi antara Rescheduling dengan Resructuring
misalnya jangka waktu diperpanjang pembayaran bunga ditunda atau Reconditioning dengan Rescheduling misalnya jangka waktu diperpanjang modal
ditambah. 5
Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-
benar tidak punya etikad baik ataupun sudah sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.
2.4 Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus Sukirno 2002. Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari
satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain
Sukirno, 2002. Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan persentase yang sama.
Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga yang terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa Pohan, 2008. Bahkan
mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidak bersamaan. Yang penting kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama suatu periode tertentu. Kenaikan
harga barang yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar dan terus-menerus, bukanlah merupakan inflasi. Kenaikan sejumlah
bentuk barang yang hanya sementara dan sporadis tidak dapat dikatakan akan menyebabkan inflasi. Dari kutipan di atas diketahui bahwa inflasi adalah keadaan