Laju Respirasi Susut bobot Warna kulit buah

3. Pematangan buatan

Pematangan buatan buah pepaya bertujuan agar pepaya matang seragam dengan kondisi yang baik. Buah pepaya yang telah disimpan pada suhu 10°C dan 15°C dimasukkan ke dalam stoples dan disuntikkan etilen dengan konsentrasi 100 ppm. Perlakuan pematangan buatan pada suhu 20°C selama 24 jam. Selanjutnya, pepaya dibiarkan di udara terbuka dan dilakukan pengamatan parameter mutu.

E. Pengamatan

Parameter yang akan diamati adalah laju respirasi, warna kulit buah, susut bobot buah, total padatan terlarut TPT dan kekerasan.

1. Laju Respirasi

Penentuan laju respirasi dilakukan selama penyimpanan dan pematangan buatan. Pengukuran laju respirasi bertujuan untuk menentukan pola respirasi sampai terjadinya klimakterik Untuk mengukur laju respirasi selama penyimpanan, buah dimasukkan ke dalam stoples dan disimpan dalam lemari pendingin masing-masing bersuhu 10°C, 15°C dan suhu ruang. Pengukuran laju respirasi selama penyimpanan dilakukan secara periodik yaitu setiap 24 jam sekali, sedangkan setelah pematangan buatan dilakukan setiap 6 jam sekali hingga tercapai puncak respirasi klimakterik. Buah pepaya yang digunakan untuk pengukuran respirasi pada penyimpanan dan pematangan buatan adalah buah yang berbeda. Dua buah slang dihubungkan dengan alat pengukur gas Analyzer Shimadzu dimasukkan ke dalam stoples untuk melewatkan gas CO 2 dan O 2 . Pada alat akan terbaca persen gas CO 2 dan Q 2 . Data laju respirasi yang diperoleh kemudian diplotkan dalam suatu kurva berupa kurva pola respirasi. Laju produksi gas CO 2 atau O 2 mlkg jam selama respirasi pada ruang tertutup diukur dengan persamaan Kays 1991 yaitu: [ ] ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + Δ Δ = 15 . 273 1 4 . 22 10 T W t Mgas V gas R ........................................................................ 1 dimana: R adalah laju respirasi mlkg.jam, T adalah suhu °C, W adalah berat segar produk kg, V adalah volume bebas ruangan dm 3 , dan Mgas adalah molekul gas g.

2. Susut bobot

Pengukuran susut bobot dihitung berdasarkan persentase penurunan bobot buah sejak awal sampai akhir penyimpanan, dinyatakan dengan persamaan: 100 x Wi Wa Wi Susutbobot − = ....................................................................... 2 dimana: Wi = bobot bahan awal penyimpanan g dan Wa = bobot bahan akhir setelah penyimpanan g. Pengukuran susut bobot selama penyimpanan dilakukan setiap 3 hari sekali dan setelah pematangan buatan dilakukan setiap hari.

3. Warna kulit buah

Pengukuran warna berdasarkan nilai RGB dari keseluruhan pixel buah pepaya dengan menggunakan pengolahan citra image processing. Citra buah pepaya diambil dengan kamera digital Pentax Optio A10 dengan jarak pengambilan 34 cm dari buah pepaya, penyangga kamera, 4 buah lampu neon 100 W, 220 V, 50 Hz, luxmeter, kain putih, seperangkat computer, dan perangkat lunak dalam bahasa Delphi. Nilai RGB dikonversi menjadi nilai Lab dan diplotkan dalam grafik warna Munsell. Nilai R, G, B objek buah pepaya IPB 1 dikonversi menjadi nilai L, a, dan b dengan persamaan sebagai berikut: X = 0.607R + 0.174G + 0.201B ..…………………………………………. 3 Y = 0.299R + 0.587G + 0.114B ..…………………………………………. 4 Z = 0.066G + 1.117B .......................................................................................5 Penentuan warna buah papaya dilakukan dengan mengukur bagian pangkal, tengah, dan ujung buah, kemudian dihitung nilai rata-ratanya pada setiap kode warna tersebut dan dibandingkan dengan kode warna buah berdasarkan hasil pengukuran dengan chromameter Minolta CR-200. Alat ini menunjukkan nilai Y, y, dan x yang kemudian melalui perhitungan dengan rumus diperoleh nilai L, a, dan b. Nilai Hunter L menunjukkan kecerahan lightness, nilai Hunter a menunjukkan warna merah bila nilainya positif, abu-abu bilai nilai nol dan hijau apabila nilainya negatif, sedangkan nilai Hunter b apabila positif menunjukkan warna kuning, nol menunjukkan abu-abu, dan nilai negatif menunjukkan warna biru. Persamaan konversi nilai L, a, dan b MacDougall,2002 adalah sebagai berikut: y Y x X = ……......……………………………………………………………. 6 Y X x X Z + − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = …..……………………………………………………….. 7 [ ] 16 100 100 25 3 1 − = Y L ....... ……..…………………………………….. 8 ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = 3 1 3 1 100 071 . 98 500 Y X a ………..…………………………………….9 ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ = 3 1 3 1 225 . 118 100 200 Z Y b …………..………………………………. 10

4. Kekerasan dan Total Padatan Terlarut