Pepaya genotipe IPB 1 Kandungan Kimia dan Gizi Buah Pepaya Tingkat Ketuaan Buah Pepaya

panjangnya 7-30 cm, bobotnya mencapai 10 kg; kulit buahnya tipis, halus, jika matang berwarna kekuning-kuningan atau jingga; dagingnya berwarna kekuning- kuningan sampai jingga-merah, dapat dimakan, rasanya manis, dengan aroma yang lembut dan sedap; rongga tengahnya bersudut 5, bijinya bulat, berdiameter 5 mm, berwarna hitam atau kehijau-hijauan, jumlahnya banyak, melekat di dinding dalam bakal buah, tersusun dalam 5 baris, terbungkus oleh sarkotesta yang berlendir Villegas, 1997.

B. Pepaya genotipe IPB 1

Pepaya genotipe IPB 1 merupakan salah satu pepaya hasil pemuliaan Pusat Kajian Buah Tropik PKBT IPB. Tabel 1. Deskripsi pepaya genotipe IPB 1 No. Deskripsi 1. Bentuk buah lonjong 2. Warna daging buah jingga 3. Ukuran buah kecil 4. Panjang buah : 17 ± 2 cm 5. Diameter buah : 8.75 ± 1 cm 6. Bobot per buah : 630 ± 199 g 7. Kadar air : 88 ± 2 8. Kadar vitamin C : 122 ± 30 mg100 g 9. Rasa daging buah : 11-12 °Brix sangat manis 10. Umur berbunga : 138 ± 9 hst hari setelah tanam 11. Umur petik : ± 140 hsa hari setelah anthesis Sumber: Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika 2004 Wilayah pemasaran buah pepaya IPB 1 saat ini hanya sebatas wilayah Jakarta dan sekitar Bogor karena produksinya masih terbatas dan lebih banyak digunakan untuk keperluan penelitian. Gambar 1. Buah pepaya genotipe IPB 1.

C. Kandungan Kimia dan Gizi Buah Pepaya

Rata-rata 60 dari buah pepaya matang dapat dimakan. Kandungan rata- rata per 100 g bagian yang dapat dimakan adalah 86.6 g air, 0.5 g protein, 0.3 g lemak, 12.1 g karbohidrat, 0.7 g serat, 0.5 g abu, 204 mg kalium, 34 mg kalsium, 11 mg fosfor, 1 mg besi, 450 mg vitamin A, 74 g vitamin C, 0.03 mg tiamin, 0.5 mg niasin, dan 0.04 mg riboflavin. Nilai energinya 200 kJ100 g. Gula-gula utamanya ialah sukrosa 48.3, glukosa 29.8, dan fruktosa 21.9 Villegas, 1997.

D. Tingkat Ketuaan Buah Pepaya

Tingkat kematangan buah merupakan faktor penting yang mempengaruhi ketahanan buah dari kerusakan mekanik. Beberapa jenis buah mengalami perubahan yang nyata pada teksturnya selama proses pematangannya, tekstur buah menjadi semakin lunak yang menyebabkan semakin besar potensi terjadinya kerusakan mekanis. Karena itu, beberapa jenis buah dipanen sebelum buah- buahan tersebut mencapai tingkat kematangan yang sempurna Kays, 1991. Namun pemanenan pada buah juga perlu memperhatikan tingkat ketuaan yang tepat karena dapat mempengaruhi mutunya. Pantastico et al. 1986 menyatakan bahwa buah-buahan yang belum masak, bila dipanen akan menghasilkan mutu jelek dan proses pematangan yang salah. Sebaliknya penundaan waktu panen dapat meningkatkan kepekaan buah-buahan itu terhadap pembusukan yang mengakibatkan mutu dan nilai jualnya rendah. Hasil penelitian Dasuki 1992 pada buah pisang Ambon Buai menyatakan bahwa buah pisang Ambon Buai yang dipetik pada derajat ketuaan 2 minggu setelah derajat ketuaan komersial memberikan nilai mutu yang terbaik dibandingkan dengan buah yang dipetik pada derajat ketuaan yang lebih muda, hal ini dikarenakan buah yang dipanen lebih tua kandungan karbohidrat hasil asimilasi yang terjadi adalah optimal. Buah pisang Ambon Buai yang dipanen pada derajat ketuaan lebih muda mempunyai tingkat respirasi yang lebih rendah, hal ini disebabkan karena buah masih dalam proses pertumbuhan, translokasi karbohidrat dari daun masih berlangsung dan biasanya puncak klimakteriknya akan terjadi lebih lama. Hasil sidik ragam penelitian Warda et al., 1993 pada buah pisang Barangan menunjukkan bahwa umur panen buah pisang Barangan 75, 90, dan 105 hari setelah buah mekar berpengaruh nyata terhadap warna kulit, warna daging, tekstur, rasa manis dan asam. Namun tidak berpengaruh nyata terhadap rasa sepat, flavor, dan kegemaran. Pemanenan buah pepaya pada umumnya dilakukan dengan melihat warna kulit buah. Munculnya garis berwarna kuning pada kulit buah pepaya memberikan indikasi bahwa buah siap dipanen. Buah diputar sampai tangkainya lepas atau tangkai dikerat dengan pisau tajam. Diperlukan galah panjang atau tangga untuk memanen buah di pohon yang tinggi Villegas, 1997. Penelitian mengenai umur panen buah pepaya sudah banyak dilakukan. Selvaraj et al. 1982 menyatakan bahwa perkembangan buah dari penyerbukan hingga kulit buah semburat kuning adalah 134-140 hari untuk Coorg Honey Dew, Pink Flesh Sweet , dan Sunrise; 140-145 hari untuk Thailand dan 150-155 hari untuk varietas Washington pada kondisi iklim sejuk di India. Di Indonesia, perkembangan buah dari bunga mekar penuh anthesis adalah 140.2-148.8 hari untuk kultivar Solo, 133.4-142.6 hari untuk kultivar Eksotika II, 140.3-149.1 hari untuk kultivar Redking, dan 133.8 -141.2 hari untuk kultivar pakuan Aisyah, 2002. Pada buah pepaya genotipe IPB 1, mutu fisik dan kimia yang baik diperoleh pada saat buah pepaya dipetik pada 130, 135, dan 140 hari setelah anthesis Rafikasari, 2006. Suparno 2005 menyatakan bahwa kelompok umur petik buah pepaya genotipe IPB 1 yang lebih baik yaitu pada umur petik 120 hari dari bunga mekar sempurna karena memiliki sifat-sifat fisik dan kimia terbaik dengan cita rasa dan warna yang lebih disukai daripada buah yang lebih tua atau yang lebih muda. Umur panen buah pepaya dapat ditentukan oleh jumlah hari setelah anthesis, jumlah warna kuning pada kulit buah dan letak buah yang biasanya terletak pada urutan paling bawah dari pucuk pohon. Reninda 2006 menyatakan bahwa panen berdasarkan jumlah warna kuning pada kulit buah dapat dilakukan. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Priyono 2005 yaitu umur panen buah pepaya genotipe IPB 1 dari mekar penuh sampai panen 10 kuning berkisar antara 120-130 hari. Mardiana 2003 menambahkan bahwa waktu yang dibutuhkan dari mekar penuh hingga buah mencapai semburat 25 kuning adalah sekitar 128-161 hari.

E. Penyimpanan