Total Padatan Terlarut TPT

dimatangkan, masing-masing mengalami penurunan susut bobot sebesar 4.1, 5.8, 6.0, dan 6.7. Faktor lain yang mempengaruhi transpirasi adalah proses respirasi. Respirasi mempunyai pengaruh tidak langsung terhadap transpirasi karena menghasilkan CO 2 , air dan panas. Air yang dihasilkan tetap tinggal didalam jaringan buah sedangkan CO 2 terlepas ke lingkungan dan menyebabkan susut bobot pada buah. Panas yang dihasilkan oleh proses transpirasi juga dapat meningkatkan susut bobot buah karena dapat menaikkan temperatur jaringan buah sehingga transpirasi buah meningkat Ben-Yehoshua, 1987 dalam Weichmann, 1987. Berdasarkan hasil sidik ragam Lampiran 2 terlihat bahwa lama penyimpanan dan suhu penyimpanan berpengaruh nyata nilai p ≤ 0.05 terhadap susut bobot buah pepaya selama penyimpanan dan pematangan buatan. Setelah diuji lanjut Duncan pada taraf 5 terlihat bahwa buah pepaya genotipe IPB 1 yang disimpan pada suhu 10°C berbeda nyata dengan buah pepaya genotipe IPB 1 yang disimpan pada suhu 15°C. Buah pepaya genotipe IPB 1 yang disimpan selama 10 hari tidak berbeda nyata dengan yang disimpan selama 12 hari namun berbeda nyata dengan yang disimpan selama 14 hari.

D. Total Padatan Terlarut TPT

Perubahan kuantitatif yang berkaitan dengan pemasakan umumnya pemecahan polimer karbohidrat, khususnya perubahan pati menjadi gula Santoso dan Purwoko, 1995. Hal ini mempengaruhi perubahan rasa pada buah. Peningkatan gula cenderung menyebabkan rasa manis pada buah. Hasil pengukuran total padatan terlarut dapat digunakan sebagai indikator rasa manis pada buah. Semakin tinggi kandungan TPT pada buah maka semakin manis rasa buah tersebut. Total padatan terlarut buah pepaya genotipe IPB 1 selama di penyimpanan umumnya mengalami peningkatan. Buah pepaya genotipe IPB 1 yang dipanen pada tingkat ketuaan 0 dan disimpan pada suhu 10°C selama 10, 12, 14, 16, 18, dan 20 hari mengalami peningkatan TPT yaitu sebagai berikut: 9.4-9.9°brix, 8.1- 9.6°brix, 8.0-9.1°brix, 9.0-9.6°brix, 8.8-10.5°brix, dan 9.1-10.7°brix Gambar 9b. Buah pepaya genotipe IPB 1 yang disimpan pada suhu 15°C selama 10, 12, 14, dan 16 hari mengalami peningkatan yaitu 9.9-10.4°brix, 8.8-10.1°brix, 9.0- 10.3°brix, dan 8.8-10.5°brix Gambar 9c. Peningkatan TPT juga terjadi pada buah pepaya IPB 1 yang disimpan pada suhu ruang yaitu 9.2-9.5°brix Gambar 9a. Buah pepaya genotipe IPB 1 yang dipanen pada tingkat ketuaan 10 dan disimpan pada suhu 10°C selama 10, 12, 14, 16, dan 18 hari mengalami peningkatan TPT yaitu sebagai berikut: 9.6-9.9°brix, 9.4-9.9°brix, 9.0-9.7°brix, 9.1-9.9°brix, dan 9.8-10.3°brix Gambar 10b. Buah pepaya genotipe IPB 1 yang disimpan pada suhu 15°C selama 10, 12, dan 14 hari mengalami peningkatan yaitu sebagai berikut: 8.7-10.3°brix, 8.6-9.8°brix, dan 8.9-9.5°brix Gambar 10c. Peningkatan TPT juga terjadi pada buah pepaya IPB 1 yang disimpan pada suhu ruang yaitu 9.4-12.1°brix Gambar 10a. Kandungan TPT selama penyimpanan dan pematangan buatan cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan TPT selama pematangan buatan umumnya lebih tinggi dibanding selama penyimpanan. Hal ini terlihat dari nilai TPT tertinggi dari setiap perlakuan umumnya terjadi setelah pemberian etilen. Menurut Muchtadi dan Sugiyono 1992, bila pati terhidrolisis maka akan terbentuk glukosa sehingga kadar gula dalam buah akan meningkat. Keadaan ini menunjukkan bahwa aktifitas enzim yang merubah pati, hemiselulosa, dan protopektin yang terdapat pada buah pepaya dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi etilen selama pematangan buatan. Kandungan TPT tertinggi buah pepaya genotipe IPB 1 dengan tingkat ketuaan 0 yang disimpan pada suhu 10°C selama 10, 12, 14, 16, 18, dan 20 hari adalah 9.6°brix pada hari ke-1 setelah pemberian etilen, 10.2°brix pada hari ke-1 setelah pemberian etilen, 9.5°brix pada hari ke-0 setelah pemberian etilen, 9.9°brix pada hari ke-2 setelah pemberian etilen, 9.3°brix pada hari ke-0 setelah pemberian etilen, dan 11.5°brix pada hari ke-1 setelah pemberian etilen. Buah pepaya IPB 1 yang disimpan pada suhu 15°C selama 10, 12, 14, dan 16 hari adalah 9.2°brix pada hari ke-0 setelah pemberian etilen, 10.5°brix pada hari ke-0 setelah pemberian etilen, 10.8°brix pada hari ke-1 setelah pemberian etilen, dan 10.4°brix pada hari ke-0 setelah pemberian etilen. 2 4 6 8 10 12 14 3 6 9 12 15 18 21 24 Lama Penyimpanan hari To ta l Pad a ta n Ter lar ut B ri x a 2 4 6 8 10 12 14 3 6 9 12 15 18 21 24 Lama Penyimpanan hari Tot a l P a da ta n Te rl a rut B ri x 10 hari 12 hari 14 hari 16 hari 18 hari 20 hari b 2 4 6 8 10 12 14 3 6 9 12 15 18 21 24 Lama Penyimpanan hari Tot a l P a da ta n Te rl a rut B ri x 10 hari 12 hari 14 hari 16 hari c Gambar 9. Total padatan terlarut buah pepaya genotipe IPB 1 dengan tingkat ketuaan 0 selama proses penyimpanan dan pematangan buatan: a suhu ruang, b suhu 10°C dan c suhu 15°C. 2 4 6 8 10 12 14 3 6 9 12 15 18 21 24 Lama Penyimpanan hari Tot a l P a da ta n Te rl a rut B ri x a 2 4 6 8 10 12 14 3 6 9 12 15 18 21 24 Lama Penyimpanan hari Tot a l P a da ta n Te rl a rut B ri x 10 hari 12 hari 14 hari 16 hari 18 hari b 2 4 6 8 10 12 14 3 6 9 12 15 18 21 24 Lama Penyimpanan hari To ta l P a da ta n Te rl a rut B ri x 10 hari 12 hari 14 hari c Gambar 10. Total padatan terlarut buah pepaya genotipe IPB 1 dengan tingkat ketuaan 10 selama proses penyimpanan dan pematangan buatan: a suhu ruang, b suhu 10°C dan c suhu 15°C. Sedangkan kandungan TPT tertinggi buah pepaya genotipe IPB 1 dengan tingkat ketuaan 10 yang disimpan pada suhu 10°C selama 10, 12, 14, 16, dan 18 hari adalah 10.8°brix pada hari ke-3 setelah pemberian etilen, 8.8°brix pada hari ke-2 setelah pemberian etilen, 9.9°brix pada hari ke-0 setelah pemberian etilen, 10.3°brix pada hari ke-2 setelah pemberian etilen, dan 9.2°brix pada hari ke-0 setelah pemberian etilen. Buah pepaya genotipe IPB 1 yang disimpan pada suhu 15°C selama 10, 12, dan 14 hari adalah 10.2°brix pada hari ke-0 setelah pemberian etilen, 10.0°brix pada hari ke-1 setelah pemberian etilen, dan 11.0°brix pada hari ke-0 setelah pemberian etilen. Peningkatan TPT yang terjadi pada buah pepaya genotipe IPB 1 selama penyimpanan terus berlangsung hingga pematangan buatan. Setelah perlakuan pemberian etilen, kandungan TPT cenderung meningkat dan kemudian menurun. Soares dkk. 2007 menyatakan bahwa TPT meningkat selama proses pematangan pada tingkat kematangan immature dan intermediate yaitu 7.40–8.6°brix sedangkan pada tingkat kematangan mature menurun hingga 8.4°brix. Hal ini disebabkan zat pati yang tersedia sudah tidak ada lagi untuk dirombak menjadi gula karena buah pepaya telah berada pada tahap masak penuh Suparno,2005. Selain itu penurunan TPT selama proses pematangan buatan dapat disebabkan karena glukosa gula digunakan oleh buah untuk berlangsungnya proses respirasi. Winarno 2002 menyatakan bahwa pada waktu kandungan pati menurun, kandungan sukrosa akan naik, dan sukrosa yang terbentuk akan dipecah lagi menjadi fruktosa dan glukosa. Glukosa yang terbentuk akan digunakan sebagian untuk proses respirasi. Winarno dan Wirakartakusumah 1981 menambahkan bahwa kenaikan TPT terjadi karena karbohidrat terhidrolisis menjadi senyawa glukosa dan fruktosa, sedangkan penurunan TPT terjadi karena kadar gula sederhana yang mengalami perubahan menjadi alkohol, aldehid, dan asam. Berdasarkan hasil sidik ragam Lampiran 3 terlihat bahwa semua perlakuan tidak berpengaruh nyata nilai p ≤ 0.05 terhadap total padatan terlarut selama penyimpanan dan pematangan buatan.

E. Kekerasan buah