Laju respirasi HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lama Penyimpanan

terjadi. Hal ini terlihat pada buah pepaya genotipe IPB 1 dengan tingkat ketuaan 0 dan 10 yang disimpan pada suhu 10°C memiliki daya simpan yang lebih lama dibanding buah pepaya yang disimpan pada suhu 15°C dan suhu ruang. Ali et al. 1992 dalam Yon 1994 menyatakan bahwa pepaya cv. Eksotika yang disimpan pada suhu ruang 28-30°C hanya dapat bertahan selama 1 minggu. Buah pepaya yang disimpan pada suhu 10°C dan 15°C masing-masing memiliki lama penyimpanan 22 hari dan 12 hari.

B. Laju respirasi

Respirasi merupakan proses pemecahan secara oksidatif substrat kompleks yang secara normal terdapat didalam sel untuk menghasilkan molekul-molekul sederhana CO 2 dan H 2 O serta energi yang akan digunakan oleh sel dalam proses metabolisme. Laju respirasi pada buah pepaya setelah panen dapat dihitung dari laju produksi CO 2 dan konsumsi O 2 . Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk daya simpan buah sesudah dipanen. Laju respirasi yang semakin tinggi biasanya menunjukkan daya simpan buah pepaya semakin rendah dan sebaliknya. Laju respirasi buah pepaya genotipe IPB 1 selama penyimpanan dan setelah pematangan buatan berdasarkan laju produksi CO 2 . Perubahan laju produksi CO 2 buah pepaya IPB 1 selama penyimpanan dan setelah pematangan buatan ditampilkan dalam bentuk grafik pada Gambar 4. Perhitungan laju respirasi selama penyimpanan dilakukan setiap 24 jam sekali dimulai pada jam ke-24 penyimpanan. Perhitungan laju respirasi setelah pematangan buatan dilakukan setiap 6 jam sekali dimulai pada jam ke-6 setelah buah pepaya dikeluarkan dari ruang inkubasi selama pematangan buatan ke ruang terbuka. Buah pepaya genotipe IPB 1 yang dipanen pada tingkat ketuaan 0 dan disimpan di suhu 10°C memiliki laju produksi CO 2 yang lebih rendah dibanding 15°C selama proses penyimpanan. Rata-rata laju produksi CO 2 yang disimpan pada suhu 10°C dan 15 °C masing-masing adalah 4.46 dan 10.68 mlkg jam. Hal ini juga terjadi pada buah pepaya IPB 1 yang dipanen pada tingkat ketuaan 10. Rata-rata laju produksi CO 2 yang disimpan pada suhu 10°C dan 15°C masing- masing adalah 6.60 dan 10.26 mlkg jam. Perbedaan laju produksi CO 2 selama penyimpanan tersebut dikarenakan perbedaan suhu penyimpanan. Besarnya perbedaan laju respirasi pada penyimpanan suhu 10 dan 15°C menunjukkan bahwa penyimpanan pada suhu 10°C dapat menghambat laju respirasi, aktifitas enzim, reaksi-reaksi kimia-biokimia maupun pertumbuhan mikroorganisme pada buah pepaya Syska, 2006. Buah pepaya adalah buah tropis yang termasuk golongan buah klimakterik, yaitu buah-buahan yang memperlihatkan produksi CO 2 yang mendadak meningkat tinggi pada saat matang Satuhu, 1995. Oleh karena itu pada Gambar 4 dan 5 terlihat produksi CO 2 yang mendadak meningkat selama penyimpanan pada buah yang disimpan di suhu ruang maupun selama pematangan buatan setelah pemberian etilen 100 ppm pada buah yang disimpan di suhu 10 dan 15°C. Buah pepaya genotipe IPB 1 yang disimpan pada suhu ruang tidak diberi perlakuan pematangan buatan karena buah mengalami proses pematangan selama penyimpanan dan telah layak untuk dikonsumsi. Puncak klimakterik pepaya genotipe IPB 1 yang dipanen dengan tingkat ketuaan 0 dan disimpan pada suhu ruang adalah 27.27 ml CO 2 kg jam pada hari ke-7 penyimpanan Gambar 4a. Pepaya genotipe IPB 1 yang dipanen dengan tingkat ketuaan 10 dan disimpan pada suhu ruang mengalami puncak klimakterik pada hari ke-4 yaitu sebesar 29.35 ml CO 2 kg jam Gambar 5a. Puncak klimakterik pepaya genotipe IPB 1 yang dipanen dengan tingkat ketuaan 0 dan disimpan di suhu 10°C pada lama penyimpanan 10, 12, 14, 16, 18 dan 20 hari adalah 47.16 ml CO 2 kg jam pada jam ke-12 setelah pemberian etilen, 45.87 ml CO 2 kg jam pada jam ke-12 setelah pemberian etilen, 49.63 ml CO 2 kg jam pada jam ke-12 setelah pemberian etilen, 51.55 ml CO 2 kg jam pada jam ke- 12 setelah pemberian etilen, 56.55 ml CO 2 kg jam pada jam ke-12 setelah pemberian etilen, dan 50.29 ml CO 2 kg jam pada jam ke-6 setelah pemberian etilen Gambar 4b. 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Lama Penyimpanan Hari L a ju P ro d u ksi C O 2 m l kg j a m a 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Lama Penyimpanan Hari La ju p ro duk s i C O 2 m l k g ja m 10 hari 12 hari 14 hari 16 hari 18 hari 20 hari b 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Lama Penyimpanan Hari La ju pr oduk s i C O 2 m l k g ja m 10 hari 12 hari 14 hari 16 hari c Gambar 4. Laju produksi CO 2 buah pepaya genotipe IPB 1 dengan tingkat ketuaan 0 selama proses penyimpanan dan pematangan buatan: a suhu ruang,b suhu10°C dan c suhu 15°C. Puncak klimakterik Puncak klimakterik Puncak klimakterik 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Lama Penyimpanan Hari L aj u P ro d u ksi C O 2 m l kg j am 10 a 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Lama Penyimpanan Hari La ju p rodu k s i C O 2 m l k g ja m 10 hari 12 hari 14 hari 16 hari 18 hari b 20 40 60 80 100 120 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Lama Penyimpanan Hari La ju pr od uk s i C O 2 m l k g ja m 10 hari 12 hari 14 hari c Gambar 5. Laju produksi CO 2 buah pepaya genotipe IPB 1 dengan tingkat ketuaan 10 selama proses penyimpanan dan pematangan buatan: a suhu ruang,b suhu 10°C dan c suhu 15°C. Puncak klimakterik Puncak klimakterik Puncak klimakterik Puncak klimakterik pepaya genotipe IPB 1 dengan tingkat ketuaan 0 dan disimpan di suhu 15°C pada lama penyimpanan 10, 12, 14, dan 16 hari adalah 50.94 ml CO 2 kg jam pada jam ke-18 setelah pemberian etilen, 38.10 ml CO 2 kg jam pada jam ke-18 setelah pemberian etilen, 48.24 ml CO 2 kg jam pada jam ke 12 setelah pemberian etilen, dan 77.40 ml CO 2 kg jam pada jam ke-6 setelah pemberian etilen Gambar 4c. Puncak klimakterik pepaya genotipe IPB 1 yang dipanen dengan tingkat ketuaan 10 dan disimpan di suhu 10°C pada lama penyimpanan 10, 12, 14, 16 dan 18 hari adalah 70.71 ml CO 2 kg jam pada jam ke-12 setelah pemberian etilen, 53.89 ml CO 2 kg jam pada jam ke-12 setelah pemberian etilen, 55.37 ml CO 2 kg jam pada jam ke-12 setelah pemberian etilen, 97.77 ml CO 2 kg jam pada jam ke- 18 setelah pemberian etilen, dan 51.40 ml CO 2 kg jam pada jam ke-12 setelah pemberian etilen Gambar 5b. Puncak klimakterik pepaya genotipe IPB 1 dengan tingkat ketuaan 10 dan disimpan di suhu 15°C pada lama penyimpanan 10, 12, dan 14 hari adalah 45.48 ml CO 2 kg jam pada jam ke-12 setelah pemberian etilen, 71.11 ml CO 2 kg jam pada jam ke-12 setelah pemberian etilen, dan 52.49 ml CO 2 kg jam pada jam ke-12 setelah pemberian etilen Gambar 5c. Puncak klimakterik buah pepaya genotipe IPB 1 setelah diberi perlakuan pematangan buatan umumnya terjadi semakin cepat seiring dengan lama penyimpanan. Semakin lama buah pepaya disimpan maka puncak klimakterik terjadi lebih cepat. Hal ini dikarenakan substrat karbohidrat terutama glukosa yang terdapat didalam buah semakin berkurang. Setelah dipanen buah tetap melakukan proses metabolisme yang membutuhkan substrat karbohidrat tersebut. Muchtadi 1992 menyatakan bahwa respirasi adalah proses oksidasi enzimatis substrat karbohidrat terutama glukosa yang menghasilkan gas karbondioksida dan air serta energi. Energi yang dihasilkan digunakan oleh buah untuk melangsungkan proses-proses metabolisme didalam selnya. Secara sederhana reaksinya dapat digambarkan sebagai berikut: C 6 H 12 O 6 + 6O 2 Enzim-enzim 6 CO 2 + 6 H 2 O + E Faktor penting yang mempengaruhi respirasi pasca panen pada buah antara lain adalah tingkat ketuaan dan suhu penyimpanannya. Buah yang dipanen lebih cepat memiliki laju respirasi yang lebih tinggi dibanding buah yang dipanen lebih lama. Semakin meningkat umur tanaman atau organ tanaman maka laju respirasinya semakin menurun. Selain tingkat ketuaan, klimakterik respirasi pada buah pepaya juga dipengaruhi oleh suhu. Suhu penyimpanan yang rendah dapat memperpanjang daya simpan dan menekan terjadinya puncak klimakterik. Oksigen yang rendah dan karbondioksida yang tinggi dapat memperpanjang waktu untuk terjadinya puncak klimakterik pada beberapa jenis buah, serta memperlama daya simpannya Kays, 1991. Hasil penelitian Alique dan Zamorano 2000 membuktikan bahwa interaksi antara waktu panen yang berbeda dan penyimpanan dingin dapat mempengaruhi nilai dan waktu terjadinya laju respirasi maksimum pada buah cherimoya Annona cherimoya Mill.. Pematangan buatan yang dilakukan adalah dengan memberikan perlakuan etilen dengan konsentrasi 100 ppm pada buah pepaya genotipe IPB 1 dan diinkubasi pada suhu 20°C selama 24 jam. Laju respirasi buah pepaya genotipe IPB 1 cenderung meningkat setelah diberi perlakuan pematangan buatan. Kartasapoetra 1994 menyatakan bahwa perlakuan etilen dari luar sampai 100 ppm dapat meningkatkan respirasi. Hal ini juga diperkuat oleh Alkamine dan Goo 1977 dalam Winarno 2002 yang memberikan indikasi suatu hubungan antara etilen dan dimulainya trigger klimakterik. Pada umumnya buah pepaya dapat ditrigger proses pematangannya. Pada suhu 25°C, RH 85-95 dengan etilen 1000 ppm, buah pepaya akan menjadi matang setelah 6-7 hari. Hasil penelitian Syska 2006 menyatakan bahwa pematangan pada suhu 20°C dengan konsentrasi etilen 50 ppm selama 24 jam cukup efektif untuk memicu pematangan. Berdasarkan hasil sidik ragam Lampiran 1 terlihat bahwa suhu penyimpanan berpengaruh nyata nilai p ≤ 0.05 terhadap laju respirasi selama penyimpanan dan pematangan buatan. Setelah diuji lanjut Duncan pada taraf 5 terlihat bahwa buah pepaya IPB 1 yang disimpan pada suhu 10°C berbeda nyata dengan buah pepaya IPB 1 yang disimpan pada suhu 15°C. Laju produksi CO 2 yang sangat tinggi pada buah pepaya genotipe IPB 1 dengan tingkat ketuaan 0, disimpan pada suhu 15°C selama 16 hari dan buah pepaya IPB 1 dengan tingkat ketuaan 10, disimpan pada suhu 10°C selama 18 hari kemungkinan dikarenakan pada permukaan kulit buah telah ditumbuhi cendawan. Peningkatan laju produksi CO 2 tersebut dikarenakan adanya degradasi bahan organik oleh cendawan yang tumbuh pada kulit buah. Cendawan dapat menginfeksi buah ketika masih berada di pohon namun pada stadium tak- bergerak. Ketika buah mengalami proses pemasakan, cendawan akan menjadi aktif dan mulai dengan kegiatannya Soesanto, 2006. Pada Gambar 6 terlihat bahwa permukaan kulit buah pepaya genotipe IPB 1 terdapat gejala penyakit antraknosa yang disebabkan cendawan Colletotrichum gloeosporioides yaitu berupa bercak coklat dan tenggelam atau cekung, dengan bagian tepi berwarna cokelat muda atau hitam. Cendawan menghasilkan massa konidium di bagia pusat bercak, berwarna oranye muda sampai merah muda. Jaringan buah dibawah daerah terinfeksi menjadi keras, dan terjadi perubahan warna menjadi putih keabu-abuan yang kemudian menjadi berwarna coklat Soesanto, 2006. Colletotrichum menyebabkan dua tipe gejala yaitu antraknosa dan bercak coklat. Gejala awal yang terlihat pada permukaan buah adalah keluarnya lateks pada titik kecil yang kemudian meluas menjadi bercak-bercak coklat Turang dan Tuju, 2004. Penelitian Purba 2006 menemukan penyebab utama kebusukan pada buah pepaya yang disimpan hingga busuk adalah akibat serangan cendawan Colletotrichum, bahkan ada juga yang terkena cendawan Colletotrichum dan Fusarium sekaligus. Gambar 6. Gejala penyakit yang terdapat pada permukaan kulit buah pepaya genotipe IPB 1 setelah pematangan buatan. Gejala penyakit pada buah pepaya genotipe IPB 1 mulai terlihat setelah proses pematangan buatan yaitu ketika buah berada pada suhu ruang. Selama penyimpanan tidak terlihat adanya gejala penyakit pada permukaan kulit buah. Hal ini disebabkan selama penyimpanan buah berada pada suhu rendah sehingga proses pematangan terhambat. Menurut Kartasapoetra 1994 perkembangbiakan cendawan banyak ditunjang oleh temperatur, pada temperatur optimal untuk kehidupannya ternyata perkembangbiakannya lebih cepat sedangkan pada temperatur rendah perkembangannya akan terhambat. Ketika buah matang maka substrat-substrat yang dibutuhkan cendawan untuk melakukan proses metabolisme tersedia sehingga cendawan dapat berkembangbiak dengan baik. Oleh karena itu, semakin matang buah pepaya maka cendawan yang terdapat pada buah tersebut semakin memenuhi permukaan kulit buah pepaya.

C. Susut bobot