BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persuteraan alam adalah bagian kegiatan perhutanan sosial yang ditujukan untuk peningkatan ekonomi kerakyatan, perluasan kesempatan usaha dan kerja,
pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat utamanya di sekitar kawasan hutan. Kegiatan persuteraan alam sericulture terdiri dari
kegiatan budidaya murbei moriculture, pembibitan ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera dan pengolahan kokon dengan hasil berupa kokon dan benang sutera.
Dalam Sumadiwangsa 2006 disebutkan bahwa, sutera alam merupakan salah satu komoditi HHBK yang bernilai tinggi dan sebagai sumber devisa negara.
Sutera alam merupakan salah satu komoditi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor baik berupa kokon, benang, maupun produk jadi.
Kebutuhan dunia akan benang sutera selalu meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari produksi sutera alam dunia saat ini sekitar 83.393 ton
sementara kebutuhan dunia sekitar 92.741 ton. Indonesia pada tahun 2009 hanya dapat memproduksi kokon dan benang sutera sebanyak 152 ton.
Hal ini belum dapat memenuhi kebutuhan industri pertenunan dalam negeri sehingga hal ini
membuka peluang untuk mengembangkan usaha di bidang persuteraan alam. Salah satu sentra persuteraan alam di Indonesia saat ini adalah provinsi Sulawesi
Selatan dengan persentase produksi hampir 86 dari total produksi nasional. Hal ini terjadi karena adanya faktor pendukung, diantaranya: 1 konsumsi benang
sutera alam setempat untuk kerajinan dan industri rumah tangga, 2 lahan yang masih luas dan iklim yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman murbei, 3
konstruksi rumah masyarakat yang umumnya berbentuk panggung mendukung untuk pemeliharaan ulat dan pengolahan kokon, 4 pekerjaan masyarakat yang
umumnya sebagai petani Zainuddin 1997. Hambatan yang dihadapi dalam usaha persuteraan alam di Indonesia saat ini
adalah keterbatasan pengetahuan budidaya murbei dan teknik pemeliharaan ulat sutera yang baik dan benar, masuknya bahan baku impor serta kurangnya dana
untuk investasi dan kurangnya pengalaman dalam manajemen pengelolaannya.
Perlu adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak dalam perkembangan persuteraan di Indonesia, mulai dari budidaya hingga ke pemasarannya agar usaha
di bidang sutera dapat memberikan kontribusi terhadap perekonomian masyarakat.
Maka untuk menghadapi persaingan diperlukan suatu pengaturan dan pengawasan yang baik dalam kegiatan produksinya, yaitu perencanaan produksi,
pengawasan pembiayaan, penilaian efisiensi, penekanan biaya produksi, dan penentuan harga jual yang tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
analisis biaya produksi, yang merupakan komponen penting dalam setiap pengambilan keputusan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
Oleh karena itu, penelitian tentang analisis biaya produksi usaha persuteraan alam ini diharapkan dapat membantu dalam pengelolaan produksi persuteraan alam dan
tingkat keuntungan yang didapat pengusaha.
1.2 Tujuan