BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Biaya Produksi Persuteraan Alam
Biaya produksi usaha persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar dan Enrekang terdiri dari biaya produksi kokon, biaya produksi benang, dan biaya
produksi kain. Secara umum tiap komponen biaya produksi tersebut meliputi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya produksi usaha persuteraan alam dalam
penelitian ini dihitung dalam satu tahun dan untuk setiap kilogram kokon, benang, atau unit sarung yang diproduksi. Perhitungan biaya produksi usaha persuteraan
alam, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7, sedangkan jumlah produksi dan pendapatan dari masing-masing kegiatan persuteraan alam dapat
dilihat pada Tabel Lampiran 5. Kegiatan usaha persuteraan alam secara terintegrasi yang dilakukan oleh
Kelompok Tani Pallis di Kabupaten Polewali Mandar menghasilkan biaya produksi kain per unit sarung di Kabupaten Polewali Mandar sebesar Rp 144 ribu.
Komponen biaya penyusun yang lebih besar terdapat pada biaya tetap terutama nilai penyusutan, hal ini terjadi karena biaya investasi yang dikeluarkan mulai dari
pembuatan dan pemeliharaan kebun, pemeliharaan ulat, pemintalan benang, serta pertenunan tidak diikuti dengan tingkat produktivitas yang tinggi. Komponen
biaya variabel pada produksi kain di Kabupaten Polewali Mandar lebih kecil karena produksi kain dikerjakan sendiri oleh petani secara terintegrasi, sehingga
petani tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli bahan baku berupa kokon dan benang sutera, karena baik kokon maupun benang sutera yang dipakai berasal
dari hasil budidaya ulat petani, selain itu pada proses pertenunan petani juga menggunakan zat pewarna alam.
Komponen penyusun biaya produksi kain di Kabupaten Polewali Mandar turut memperhitungkan subsidi dari pemerintah yang berupa bahan baku bibit ulat
sutera sebesar Rp 80.000boks dan juga 5 buah alat pintal yang bernilai Rp 15 juta. Subsidi pemerintah yang berupa bahan baku bibit ulat disertakan ke dalam
komponen penyusun biaya variabel yaitu biaya material sedangkan subsidi
pemerintah yang berbentuk alat pintal disertakan ke dalam komponen penyusun biaya tetap untuk dihitung besarnya nilai penyusutan dan bunga modal.
Kegiatan usaha persuteraan alam di Kabupaten Enrekang dilakukan secara terpisah. Biaya produksi kokon per kilogram di Kabupaten Enrekang yaitu sebesar
Rp 24 ribu. Biaya produksi kokon terdiri dari dua komponen pembiayaan yaitu biaya pembuatan dan pemeliharaan kebun murbei serta biaya pemeliharaan ulat.
biaya pembuatan dan pemeliharaan kebun murbei di Kabupaten Enrekang untuk perkilogram kokon adalah sebesar Rp 15 ribu, sedangkan pada tahap
pemeliharaan ulat biaya yang dikeluarkan untuk perkilogram kokon sebesar Rp 10 ribu.
Komponen penyusun biaya pembuatan dan pemeliharaan kebun serta pemeliharaan ulat terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel pada
produksi kokon di Kabupaten Enrekang lebih besar daripada biaya tetap, Hal itu terjadi karena pemeliharaan kebun dan pemeliharaan ulat yang dilakukan oleh
petani di Kabupaten Enrekang lebih intensif. Petani mengeluarkan biaya untuk bahan baku pemeliharaan kebun yang tinggi seperti untuk pupuk dan pestisida,
dengan tujuan mencegah serangan hama peyakit pada tanaman murbei serta untuk meningkatkan produksi daun.
Biaya produksi benang per kilogram di Kabupaten Enrekang adalah sebesar Rp 394 ribu. Biaya variabel pada tahap pemintalan benang di Kabupaten
Enrekang lebih besar daripada biaya tetap. Besarnya biaya variabel disebabkan besarnya biaya material sebesar Rp 42,64 juta per tahun atau sebesar Rp 261 ribu
per kilogram benang. Biaya material terdiri dari biaya pembelian bahan baku pemintalan yaitu berupa kokon dan bahan penolong minyak tanah. Subsidi dari
pemerintah yang berupa bantuan bangunan dan alat pemintalan turut disertakan dalam perhitungan biaya tetap untuk kemudian dihitung nilai penyusutan dan
bunga modalnya. Pertenunan Nenek Mallomo memproduksi dua jenis kain yaitu kain tenun
ikat dan kain sarung bugis. Biaya produksi kain ikat di pertenunan nenek mallomo sebesar Rp 197 ribu dan biaya produksi kain sarung sebesar Rp 303 ribu untuk per
unit sarung yang dihasilkan. Pada tahap pertenunan biaya variabel lebih besar daripada biaya tetap baik pada produksi kain ikat maupun produksi kain sarung.
31
Tabel 6 Biaya produksi persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar dan Enrekang
Uraian Biaya Produksi Rp JutaTahun
Biaya Produksi Rp 000,-Kg Kab. Polman
Kab. Enrekang Kab. Polman
Kab. Enrekang KTP
SBK UPT
NM KTP
SBK UPT
NM
1 2
3 4
5 1
2 3
4 5
Biaya Produksi 22,45
166,45 64,37
57,62 211,50
143,94 24,31
393,94 197,34
303,44 Biaya tetap
18,29 46,14
15,82 4,70
15,36 117,27
6,74 96,83
16,10 22,03
Penyusutan 11,90
26,21 8,92
1,77 5,61
76,26 3,83
54,56 6,05
8,05 Bunga Modal
6,40 19,93
5,41 2,76
9,32 41,02
2,91 33,10
9,44 13,38
Overhead 0,00
0,00 1,50
0,18 0,42
0,00 0,00
9,18 0,61
0,61 Biaya variabel
4,16 120,31
48,55 52,92
196,14 26,67
17,57 297,11
181,24 281,41
Material 3,70
118,30 42,64
34,67 91,59
23,72 17,28
260,94 118,74
131,41 Upah
0,00 2,01
3,51 18,25
104,55 0,00
0,29 21,48
62,50 150,00
Sewa 0,46
0,00 2,40
0,00 0,00
2,95 0,00
14,69 0,00
0,00 Keterangan :
1
Kelompok Tani Pallis
2
KUB Sinar Buntu Kurung
3
UPT Tekstil Enrekang
4
Pertenunan Nenek Mallomo
pada produksi kain ikat komponen penyusun biaya variabel yang terbesar dari biaya pembelian material bahan baku dan bahan penolong sedangkan pada
produksi kain sarung komponen biaya penyusun terbesar terdapat biaya upah pekerja.
Tabel 7 Biaya produksi persuteraan alam berdasarkan tahapan kegiatan di Kabupaten Polewali Mandar dan Enrekang
Tahapan Kab. Polman
Kab. Enrekang Rp
Jutatahun Rp Jutatahun
Pembuatan dan Pemeliharaan Kebun 6,57
29,2 99,38
19,9 Pemeliharaan Ulat
8,26 36,8
67,07 13,4
Pemintalan Benang 6,62
29,5 64,37
12,9 Pertenunan
1,01 4,5
269,12 53,8
Total 22,45
100,0 499,94
100,0
Biaya produksi per tahapan kegiatan dilakukan untuk mengetahui tahapan atau bagian produksi yang membutuhkan biaya paling besar sehingga petani dapat
mengendalikan biaya pada tahapan tersebut dengan harapan efisiensi produksi dapat dicapai. Berdasarkan tahapan kegiatan, biaya pemeliharaan ulat merupakan
biaya yang mendominasi kegiatan persuteraan alam secara terintegrasi di Kabupaten Polewali Mandar. Komponen utama yang membuat biaya ini
mendominasi biaya persuteraan alam di Kabupaten Polewali Mandar adalah biaya penyusutan dan bunga modal serta kebutuhan material seperti bibit ulat, kapur,
dan kaporit. Biaya yang mendominasi kegiatan persuteraan alam secara terpisah di Kabupaten Enrekang adalah biaya pada proses pertenunan. Hal ini disebabkan
karena usaha pertenunan harus mengeluarkan biaya untuk pembelian material berupa benang sutera, bahan pewarna, bahan pemasak benang, serta membayar
upah pekerja. Penelitian mengenai biaya produksi usaha persuteraan alam pernah
dilakukan sebelumnya oleh Saifullah pada tahun 2004 di Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, seperti terlihat pada Tabel 8. Nilai ROI
Kelompok Tani Ulat Sutera Margalaksana di Kabupaten Garut pada tahun 2004
3 3
Tabel 8 Perbandingan analisis biaya produksi persuteraan alam hasil penelitian tahun 2004 dan 2011
Komponen Satuan
Penelitian Renato 2011 Penelitian Saifullah 2004
Kab. Polman Kab. Enrekang
Kab. Garut Kab. Sukabumi
KTP SBK
UPT NM
KTM PBK
KWSC ikat
sarung Produksi
Kokon kgtahun
306,00 6847,50
19,73 56,67
Benang kgtahun
39,00 163,40
19,33 7,10
Kain lembartahun
156,00 292,00
697,00 Harga Jual
Kokon Rp 000,-kg
35,00 10,00
Benang Rp 000,-kg
330,00 210,00
240,00 Kain
Rp 000,-lembar 180,00
250,00 300,00
Biaya Produksi Kokon
Rp 000,-kg 24,31
43,84 32,55
Benang Rp 000,-kg
393,94 193,88
368,92 Kain
Rp 000,-lembar 143,94
197,34 303,44
Pendapatan Rp Jutatahun
28,08 239,66
53,92 73,00
209,10 0,29
4,06 1,70
Keuntungan Rp Jutatahun
5,62 73,21
-10,46 12,98
-0,58 0,24
-0,92 Break Event Point
kgtahun 119,35
2647,15 481,50
68,35 826,07
233,84 6,14
27,02 Investasi
Rp Jutatahun 169,74
465,88 81,22
193,98 52,78
8,00 20,00
ROI 3,31
15,71 -12,88
6,69 -1,09
2,98 -4,58
sebesar -1,09, sedangkan usaha pemintalan benang Koko memiliki nilai ROI yang positif yaitu sebesar 2,98. Nilai tersebut menunjukkan bahwa petani ulat di
Kabupaten Garut mengalami kerugian, sementara usaha pemintalan memperoleh keuntungan. Hal ini disebabkan pemintalan benang Koko merupakan satu-satunya
pemintalan yang ada di Kabupaten Garut, sehingga petani ulat hanya dapat menjual kokonnya sesuai harga yang ditwarkan oleh pemintalan ini.
Usaha persuteraan alam di Kabupaten Enrekang menunjukkan hal yang sebaliknya dimana nilai ROI yang dimiliki petani ulat KUB Sinar Buntu Kurung
bernilai positif yaitu sebesar 15,71, sedangkan usaha pemintalan UPT Tekstil Enrekang bernilai negatif yaitu sebesar -12,88. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa petani ulat di Kabupaten Enrekang mempunyai kemampuan memperoleh laba yang cukup besar bila dibandingkan dengan petani ulat di Kabupaten Garut.
Selain itu nilai ROI yang negatif pada usaha pemintalan disebabkan karena usaha pemintalan berproduksi jauh dibawah kapasitas optimumnya. Besarnya jumlah
investasi yang dikeluarkan untuk peralatan pemintalan tidak diikuti dengan tingkat produksi optimum, UPT Tekstil Enrekang hanya berproduksi 12,97 dari
kapasitas pemintalan. Usaha persuteraan alam secara terintegrasi di Kebun Cibidin Kabupaten
Sukabumi hanya sampai pada tahap produksi benang, sedangkan di Kabupaten Polewali Mandar sampai pada tahap produksi kain. Pada tahun 2004 Kebun
Wanatani Sutera Cibidin memiliki nilai ROI yang negatif yaitu sebesar -4,58. Hal ini disebabkan karena produksi pemintalan yang rendah, yaitu hanya sebesar
10 dari kapasitas terpasang, selain itu usaha pemintalan benang di Kebun Cibidin juga mengalami kesulitan dalam memasarkan benangnya. Hal yang
sebaliknya terjadi pada petani sutera di Kabupaten Polewali Mandar, walaupun tidak begitu besar tetapi petani mampu memperoleh keuntungan.
5.2 Analisis Break Even Point