7 dengan nilai K relatif besar umumnya memliki panjang relatif pendek. Beverton and
Holt 1956 in Desmukh 2005 juga mengungkapkan bahwa koefosien pertumbuhan K berbanding terbalik terhadap panjang asimtotik L
∞
. 2.5.
Pengkajian Stok Ikan
Pengkajian stok merupakan upaya memperoleh nilai referensi reference point terkait sumberdaya ikan yang dihasilkan melalui estimasi menggunakan
model dan prosedur ilmiah yang disepakati guna menggambarkan dua komponen utama pengkajian stok yaitu status sumberdaya dan pemanfaatannya Widodo dan
Suadi, 2006. Status sumberdaya ikan dapat terlihat dengan mengestimasi parameter pertumbuhan dan laju mortalitas sumberdaya ikan, sedangkan tingkat pemanfaatan
dapat dilihhat berdasarkan analisis surplus produksi Sparre dan Venema, 1999. Pengkajian stok meliputi penggunaan berbagai penghitungan statistik dan matematik
untuk membuat prediksi kuantitatif mengenai reaksi populasi ikan terhadap kebijakan pengelolaan yang diterapkan. Pengkajian stok yang utuh dan lengkap
mencakup aspek yang jauh lebih luas dari batasan biologi. Hal yang paling utama dan terpenting dalam pengkajian stok adalah pemahaman terhadap dinamika dari
sumberdaya perikanan. Melalui pemahaman ini akan menyadarkan kita bahwa perikanan merupakan kesatuan yang dinamis yang akan bereaksi terhadap berbagai
regulasi atau bentuk pengelolaan dan terhadap berbagai faktor ekstrinsik dari waktu ke waktu Widodo dan Suadi, 2006.
Kondisi stok ikan layur di beberapa perairan sudah mengalami penurunan dan over eksploitasi. Hal ini dibuktikan dari beberapa hasil penelitian terkait ikan
layur di perairan Pesisir Mumbai, India oleh Desmukh 2005 2010 menunjukkan hasil yang menggambarkan stok ikan layur sudah mengalami overeksploitasi. Selain
itu di Teluk Palabuhanratu juga sudah mengalami over eksploitasi Syarif, 2009.
2.6. Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Pertumbuhan populasi secara umum mempertimbangkan interaksi antara faktor lingkungan dan sifat-sifat dari stok ikan. Kondisi lingkungan sangat
berpengaruh terhadap kestabilan total stok dalam populasi T.K. Kar and Chakraborty, 2009. Menurut Aziz 1989 mortalitas merupakan jumlah aktual ikan
yang mati pada suatu keadaan tertentu yang tidak ditentukan sebelumnya, tetapi
8 merupakan suatu kejadian yang berpeluang.
Pada suatu stok yang telah dieksploitasi perlu membedakan mortalitas akibat penangkapan dan mortalitas alami. Laju mortalitas
total Z adalah penjumlahan laju mortalitas penangkapan F dan laju mortalitas alami M King 1995. Mortalitas alami adalah mortalitas yang terjadi karena berbagai sebab
selain penangkapan seperti pemangsaan, penyakit, stres pemijahan, kelaparan dan usia tua Sparre Venema 1999.
Laju mortalitas terbesar biasanya dialami oleh ikan layur akibat adanya kegiatan penangkapan. Beberapa penelitian di perairan Teluk Palabuhanratu Indonesia Syarif,
2009 dan Pesisir Mumbai, India Desmukh, 2005 menunjukkan laju mortalitas tertinggi diakibatkan oleh adanya kegiatan penangkapan.
2.7. Model Surplus Produksi
Model produksi surplus telah dikenal dan digunakan lebih dari dari 40 tahun untuk analisis bidang perikanan khusunya model Schaefer 1954. Model surplus
produksi mencakup asumsi bahwa CPUE catch per unit effort dianggap konstan untuk menentukan ukuran stok. Alhasil, effort dapat diterapkan pada perikanan
dalam jangka waktu pendek dan catch akan meningkat dengan rata-rata yang konstan Coppola and Pascoe 1998. Struktur umum model produksi surplus adalah
hubungan yang dinyatakan sebagai berikut:
Ketika produksi lebih besar dibandingkan kematian alamiah, maka stok akan bertambah, sedangkan stok akan berkurang bilamana kematian alami meningkat
Pasinggi, 2011. Model surplus produksi ini dikembangkan untuk menentukan tingkap upaya
optimum, yaitu suatu upaya yang menghasilkan hasil tangkapan maksimum tanpa mempengaruhi produktivitas dan keberadaan stok dalam jangka panjang Sparre dan
Venema 1999. Metode surplus produksi ini dapat diterapkan jika diketahui dengan baik tentang hasil tangkapan berdasarkan spesies, upaya tangkap effort dan hasil
tangkapan per unit upaya catch per unit effort per spesies atau CPUE dalam beberapa tahun Sparre dan Venema 1999. Kelebihan metode surplus produksi ini
adalah tidak banyak memerlukan data, yaitu hanya data hasil tangkapan dan upaya penangkapan atau hasil tangkapan per satuan upaya CPUE.
9 Kegiatan penangkapan ikan layur di perairan Indonesia sudah melebihi
tingkat upaya optimum lestari MSY. Hal ini diperlihatkan oleh hasil penelitian Syarif 2009 di Teluk Palabuhanratu yang merupakan salah satu Pelabuhan
Perikanan Samudera PPS terbesar di Indonesia. Menurut Syarif 2009 kegiatan penangkapan di Teluk Palabuhanratu khususnya pada tahun 2002 dan 2006 melabihi
batas maksimum lestari sehingga sangat berpengaruh terhadap kelestrian sumberdaya ikan layur di Teluk Palabuhanratu.
2.8. Model Bioekonomi Gordon-Schaefer