5 L. savala menempati habitat pada wilayah pesisir dan kebiasaannya
mendekati permukaan perairan pada malam hari. Jenis makanan L.savala meliputi ikan-ikan kecil dan jenis crustacea terutama jenis udang-udangan. Habitat ikan layur
L. savala meliputi perairan laut dan estuari. Berdasarkan tingkah lakunya Ikan layur termasuk dalam jenis benthopelagic. Ikan layur merupakan ikan demersal
yaitu ikan yang habitatnya di dasar perairan 100 m namun memiliki kebiasaan muncul dan mendekati permukaan ketika malam hari Nakamura dan Parin, 1993.
L. savala memiliki wilayah migrasi dan distribusi meliputi India, Sri Lanka, Indonesia, New Guinea dan Samudera Pasifik bagian Barat. Wilayah distribusi
L.savala digambarkan pada Gambar 2.
Sumber : www.fishbase.com
Gambar 2. Wilayah Distribusi Ikan layur L. savala : Wilayah distribusi L. savala
2.2. Alat Tangkap Ikan Layur
Alat tangkap yang beroperasi di perairan wilayah Labuan beragam jenisnnya. Beberapa alat tangkap yang beroperasi adalah cantrang, rampus, purse seine, jaring
insang dan pancing obor. Menurut nelayan setempat alat tangkap yang beroperasi dan menghasilkan tangkapan ikan layur adalah cantrang, rampus dan beberapa jenis
pancing. Berdasarkan data statistik perikanan Unit Pelaksana Teknis UPT PPP Labuan jenis L. savala dihasilkan sebagian besar oleh alat tangkap cantrang dan
jaring rampus.
6 Menurut Ayodhya dan Diniah 1989 dalam Syarif 2009 menyatakan
bahwa biasanya ikan layur ditangkap dengan alat tangkap trawl, cantrang, jaring insang, pancing dan beberapa perangkap seperti bubu dan jermal.
2.3. Distribusi Frekuensi Panjang
Analisis frekuensi panjang dilakukan untuk memisahkan distribusi frekuensi panjang yang kompleks ke dalam sejumlah kelompok ukuran Sparre Venema
1999. Saat ini beberapa metode numerik telah dikembangkan dengan mengkonversi data frekuensi panjang ke dalam komposisi umur Sparre Venema 1999.
Hasil penelitian Ambarwati 2008 memperlihatkan sebaran frekuensi panjang total L. savala yang tidak jauh berbeda yaitu berkisar antara 314
– 935 mm. Kisaran ukuran paling banyak ditemukan pada selang ukuran 634
– 793 mm. Hasil penelitian Deshmukh 2010 diperairan di perairan pesisir Mumbai, India
memperlihatkan sebaran frekuensi panjang berkisar antara 80 – 623 mm. Penelitian
Syarif 2009 memperlihatkan selang ukuran panjang ikan layur antara 555 – 935
mm.
2.4. Pertumbuhan
Pertumbuhan sering didefinisikan dalam dinamika populasi ikan sebagai perubahan panjang atau berat dari suatu hewan selama waktu tertentu, tetapi dapat
juga didefinisikan sebagai peningkatan biomassa suatu populasi yang dihasilkan oleh akumulasi bahan-bahan dari dalam lingkungannya Aziz, 1989. Menurut
Effendie 2002 pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar. Faktor dalam umumnya lebih sukar untuk dikontrol. Faktor dalam meliputi keturunan, jenis
kelamin, umur, dan penyakit. Adapun faktor luar meliputi makanan dan suhu perairan. Beberapa model telah digunakan untuk menduga parameter pertumbuhan
L
∞
, K dan t dengan menggunakan rumus matematik sederhana. Menurut King
2007 Model Von Bertalanffy merupakan model yang sangat memungkinkan untuk digunakan karena model ini sangat umum digunakan dalam studi populasi terutama
terhadap spesies perikanan laut. Syarif 2009 mengungkapkan bahwa nilai K sebesar 0,56 dan L
∞
sebesar 1348 mm, sedangkan penelitian Desmukh 2010 menghasilkan nilai K sebesar 0,87
dan L
∞
sebesar 688 mm. Menurut Lagler 1970 dalam Syarif 2010 bahwa ikan
7 dengan nilai K relatif besar umumnya memliki panjang relatif pendek. Beverton and
Holt 1956 in Desmukh 2005 juga mengungkapkan bahwa koefosien pertumbuhan K berbanding terbalik terhadap panjang asimtotik L
∞
. 2.5.
Pengkajian Stok Ikan
Pengkajian stok merupakan upaya memperoleh nilai referensi reference point terkait sumberdaya ikan yang dihasilkan melalui estimasi menggunakan
model dan prosedur ilmiah yang disepakati guna menggambarkan dua komponen utama pengkajian stok yaitu status sumberdaya dan pemanfaatannya Widodo dan
Suadi, 2006. Status sumberdaya ikan dapat terlihat dengan mengestimasi parameter pertumbuhan dan laju mortalitas sumberdaya ikan, sedangkan tingkat pemanfaatan
dapat dilihhat berdasarkan analisis surplus produksi Sparre dan Venema, 1999. Pengkajian stok meliputi penggunaan berbagai penghitungan statistik dan matematik
untuk membuat prediksi kuantitatif mengenai reaksi populasi ikan terhadap kebijakan pengelolaan yang diterapkan. Pengkajian stok yang utuh dan lengkap
mencakup aspek yang jauh lebih luas dari batasan biologi. Hal yang paling utama dan terpenting dalam pengkajian stok adalah pemahaman terhadap dinamika dari
sumberdaya perikanan. Melalui pemahaman ini akan menyadarkan kita bahwa perikanan merupakan kesatuan yang dinamis yang akan bereaksi terhadap berbagai
regulasi atau bentuk pengelolaan dan terhadap berbagai faktor ekstrinsik dari waktu ke waktu Widodo dan Suadi, 2006.
Kondisi stok ikan layur di beberapa perairan sudah mengalami penurunan dan over eksploitasi. Hal ini dibuktikan dari beberapa hasil penelitian terkait ikan
layur di perairan Pesisir Mumbai, India oleh Desmukh 2005 2010 menunjukkan hasil yang menggambarkan stok ikan layur sudah mengalami overeksploitasi. Selain
itu di Teluk Palabuhanratu juga sudah mengalami over eksploitasi Syarif, 2009.
2.6. Mortalitas dan Laju Eksploitasi