Dinamika Pengembangan Kurikulum Keagamaan Pesantren al-Hamidiyah

14. Wartel 15. Koperasi dan Waserba 16. Kantin Putra dan Putri 17. Ruang Makan Santri Putra dan Santri Putri 18. Ruang Kelas yang memadai dan representatif.

B. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Keagamaan di Pesantren al-Hamidiyah

1. Dinamika Pengembangan Kurikulum Keagamaan Pesantren al-Hamidiyah

Secara kelembagaan Pesantren al-Hamidiyah dalam pengembangan pendidikannya mengalami beberapa tahapan, yaitu: Tahap I : Tahap persiapan dan membuka pesantren 1976-1988 Tahap II : Tahap konsolidasi untuk mempertahankan keberlangsungan hidup pesantren 1988-1993 Tahap III : Tahap persiapan untuk melakukan pengembangan pesantren secara berencana 1994-1996 Tahap IV : Tahap pengembangan pesantren secara berencana Fase 1 : 1996-2000 Fase 2 : 2001-2005 Fase 3 : 2006-2010 Tahap V : Tahap Pembangunan lanjut 2011 dan seterusnya Tahapan-tahapan tersebut di atas juga berpengaruh pada pengembagan dibidang kurikulum keagamaan, setidaknya telah menjalani pengembangan kurikulum keagamaan sebanyak tiga kali, pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan tuntutan dan keadaan. Pengembangan Kurikulum Keagamaan Pesantren al-Hamidiyah dikembangkan berdasarkan prinsip fleksibelitas, prinsip fleksibelitas pada kurikulum menurut Widyastono 2014: 38 artinya kurikulum memungkinkan penyesuaian-penyesuaian dengan karakter peserta didik, karakteristik sekolah, serta kondisi dan potensi daerah. Kaitannya prinsip fleksibelitas pada pengembangan kurikulum keagamaan Pesantren al-Hamidiyah yakni menyesuaikan kemampuan santri dan karakteristik pesantren. Tabel 4.1 Perkembangan Kurikulum Pesantren al-Hamidiyah dari Periode ke Periode Periode Sumber kurikulum Sifat Keterangan 1988-2002 Departemen Agama Kepesantrenan Formal Non Formal - Kurikulum Depag dan Kurikulum Kepesantrenan berjalan dalam satu kesatuan - Evaluasi pembelajaran menyatu 2002-2014 Departemen Agama Kajian Islam Sistem Marhalah Formal Non Formal - Kurikulum Depag dan KepesantrenanKajian Islam Berjalan secara Mandiri - Santri di tes pada awal masuk dan dikelompokkan berdasarkan kemamampuan - Evaluasi pembelajaran secara mandiri 2014- Sekarang Departemen Agama Kajian Islam Sistem Tingkat Pendidikan Formal Non Formal - Kurikulum Depag dan KepesantrenanKajian Islam berjalan Secara Mandiri - Santri dikelompokkan sesuai tingkat pendidikan di madrasah formal - Evaluasi pembelajaran secara mandiri Sumber: Kepala Kajian Islam Pesantren al-Hamidiyah 2016 Data di atas menunjukkan adanya pengembangan kurikulum dari periode ke periode. Pengembangan tersebut berupa pengembangan sistem kurikulum itu sendiri. Pengembangan kurikulum dengan jalan efisiensi, dari sistem yang menyatu antara kurikulum Depag pemerintah dengan kurikulum kepesantrenan menjadi kurikulum yang terpisah. Langkah tersebut dilakukan agar kurikulum kepeantrenan yang dikembangkan dapat berjalan beriringan dengan porsi yang seimbang dengan kurikulum yang dikembangk oleh madrasah formal. Berikut ini uraian tentang dinamika perkembangan kurikulum keagamaankepesantrenan Pesantren al-Hamidiyah: a. Tahap Awal Kurikulum Pesantren al-Hamidiyah Pada awal keberadaannya pada tahap sebelum tahap pengembangan pesantren secara berencana, sebagaimana menurut Abdul Rasyid Marhali, Lc selaku Kepala Kajian Islam dan sebagai salah satu alumni Madrasah Aliyah Pesantren al-Hamidiyah yang kemudian melanjutkan pendidikannya ke luar negeri, yaitu Baghdad University, berasarkan wawancara pada 18 November 2016, menurutnya pengembangan kurikulum Keagamaankepesantrenan Pesantren al-Hamidiyah sempat melaksanakan kurikulum yang menyatu antara kurikulum Madrasah dengan kepesantrenan dengan sistem pembelajaran dan ujian evaluasi yang menyatupula. Pelaksanaan kurikulum ini berlangsung sejak awal berdiri yaitu pada tahun 1988-2002. Pada tahapan ini kurikulum dan pembelajaran madrasah formal dan kepesantrenan berjalan dalam satu kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran. Materi-materi terdiri dari materi-materi umum dan keagamaan yang sesuai kurikulum pemerintah dan materi- materi keagamaankepesantrenan yang bersumber pada kitab-kitab karangan ulama klasik atau kitab kuning. Metode pembelajaran juga masih sederhana seperti, metode sorogan, bandongan dan ceramah. Evaluasi hasil pembelajaran juga menyatu dalam bentuk laporan hasil belajar yang disatukan semua antara materi-materi kemadrasahan dengan materi- materi kepesantrenan. Pada saat awal berdiri, pesantren menerima murid pertama 150 siswa untuk Madrasah Aliyah, dan 120 untuk Madrasah Tsanawiyah. Dari jumlah tersebut, 75 santri putra dan 40 santri putri bermukim di asrama, sedang lainnya pulang pergi. Kemudian jumlah santri kian bertambah, menurut Abdul Rasyid Marhali, Lc selaku Kepala Kajian Islam dan juga sebagai alumni Pesantren al-Hamidiyah berasarkan wawancara pribadi pada 18 November 2016, menurutnya jumlah santri diperkirakan bertambah hingga berjumlah ribuan, namun kebanyakan pada saat itu santri yang tidak bermukin di asrama melainkan pulang pergi. Pada perkembangan kurikulum tahap pertama ini, tidak ditemukan dokumen- dokumen yang terkait dengan kurikulum keagamaan, penulis berasumsi hal tersebut disebabkan tahap awal ini merupakan tahap persiapan dan membuka pesantren, tahap konsolidasi untuk mempertahankan keberlangsungan hidup pesantren, dan tahap persiapan untuk melakukan pengembangan. Oleh karena itu, tidak banyak dokumen yang tersimpan karena bergantinya beberapa kepengurusan yang menyebabkan tercecernya beberapa dokumen. Ketidakadaan dokumen-dokumen tersebut juga menandakan bahwa pada tahapan ini sistem administrasi dan manajemen yang dilakukaan secara terbatas dan kemungkinan kurikulum berjalan dengan konsep yang sederhana, dengan kata lain Pesantren al-Hamidiyah pada tahapan ini sedang mencari jadi diri yang sesuai antara tujuan awal pendiri dengan perkembangan kemampuan santri pada saat itu. b. Tahap Pengembangan Kurikulum Sistem Marhalah Pengembangan kurikulum dengan sistem Marhalah Kajian Islam mulai tahun 2002-2014. Sistem Marhalah pada kurikulum kepesantrenan ini, struktur dan pelaksanaan pembelajarannya dipisahkan antara kurikulum madrasah formal dengan kurikulum keagamaankepesantrenan yang biasa disebut dengan Kajian Islam. Pelaksanaan program Kajian Islam agar mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan kurikulum Kajian Islam sistem marhalah, maka dilaksanakan sistem dari yang paling mudah menuju tingkatan yang paling sulit yaitu marhalah Ula, Wusta Alif, Wust a Ba‟, Ulya Alif, Ulya Ba‟, dan Ulya Jim, santri di tes kemampuan akademik bidang keagamaan kemudian pengelompokan santri berdasarkan hasil mapping dalam jangka waktu pembelajaran 6 tahun. Dalam hal ini kemungkinan bercampurnya santri, antara santri yang belajar pada madrasah formal tingkat Aliyah dengan santri tingkat Tsanawiyah menjadi satu kelompokkelas di kelas Kajian Islam tergantung hasil tes awal masuk. Profil Pesantren al-Hamdiyah Pada tahap kedua ini, kurikulum keagamaan mulai terlihat seperti kurikulum sekolahmadrasah pada umumnya. Tahap pengembangan ini telah dibuat struktur program kegiatan yang terdiri dari materi-materi keagamaankepesantrean yang dikelompokkan berdasarkan jenis kajian seperti, al- Qur‟an, Hadits, Tauhid, Akhlak, Fiqh, Bahasa Arab, dan Tarikh. Metode pembelajaran yang digunakan juga mulai bervariatif, dengan menambahkan metode-metode dalam pembelajaran bahasa Arab seperti metode mubasyarah. Evaluasi pembelajaran juga mulai di buat beberapa kriteria-kriteria standar penilaian, kenaikan kelas, dan kelulusan. Pada tahap mengembangan ini, sebagai temuan data terdapat beberapa buku pedoman yang dibuat oleh pengelola pesantren seperti, buku pedoman umum, pedoman santri, dan pedoman pendidikan dan pengajaran pesantren al-Hamidiyah yang diterbitkan mulai 17 Juli 2000. Buku tersebut berisi berbagai ketentuan yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan digunakan hingga sekarang. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara administratif Pesantren al-Hamidiyah sudah melakukan pengembangan. Pada tahapan ini juga, kurikulum keagamaankepesantrenan mulai terlihat upaya-upaya pengembangan terkait dengan komponen-komponen kurikulum. Pengembangan pesantren tahap kedua ini, pihak pengelola pesantren selain mengubah dan mengembangkan kurikulum pembelajarannya, juga mengeluarkan kebijakan baru sebagaimana menurut Abdul Rasyid Marhali, Lc selaku Kepala Kajian Islam dan sebagai salah satu alumni Madrasah Aliyah Pesantren al-Hamidiyah, berasarkan wawancara pada 18 November 2016 mengungkapkan bahwa Pesantren al-Hamidiyah pada merubah kebijakan bahwa seluruh santri diwajibkan tinggal di asrama. Hal tersebut merupakan upaya pesantren untuk meningkatkan kualitas pendidikannya dan agar lebih mudah dalam pengawasan pada seluruh santri. Kebijakan tersebut mempengaruhi perkembangan jumlah santri, pada saat itu sempat terjadi kegoncangan, jumlah santri mengalami penurunan yang sangat banyak. Namun, seiring berjalannya waktu pengurus Yayasan, dewan pengasuh dan para guru berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dan melengkapi sarana prasarana yang dibutuhkan, dari sini jumlah santri terus bertambah dan minat masyarakat untuk menitipkan putra putrinya belajar keagamaan di Pesantren al- Hamidiyah kian mengalami kemajuan. Bertambahnya minat masyarakat untuk menitipkan putra putrinya belajar keagaamaan di Pesantren al-Hamidiyah, tidak semata-mata dimanfaatkan kepercayaan masyarakat tersebut. Pesantren al-Hamidiyah lebih mementingkan kualitas dari pada kuantitas, dalam artian dalam menampung jumlah santri disesuaikan dengan kemampuan daya tampung pesantren baik dari segi sarana prasarana maupun jumlah guru. Sehubungan dengan hal tersebut pihak Yayasan Islam al-Hamidiyah memberikan alternatif lain bagi masyarakat yang masih ingin menitipkan putra putrinya belajar di bawah naungan yayasan yang sama dengan membuka kelas pada Kelompok Bermain dan TK, TPQ, SDIT, SMP dan Perguruan Tinggi, yang dimana tidak mewajibkan santri atau peserta didik untuk mukim atau tinggal di asrama. Namun, masih dalam tujuan yang hampir sama dalam bentuk sistem yang berbeda yakni melestarikan dakwah dan pendidikan Islam. Terlihat pada beberapa kegiatan keagamaan seluruh unit bergabung pada satu acara. Sehubungan dengan hal tersebut penelitian ini hanya berfokus pada unit yang berhubungan langsung dengan pesantren yakni Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah al-Hamidiyah saja. Perubahan dan perkembangan jumlah santri Pesantren al-Hamidiyah dapat terlihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Daftar Perkembangan Santri MTsMA Putra dan Putri Pesantren al-Hamidiyah 2000-2014 No. Tahun Pembelajaran Santri MTs Santri MA Jumlah Santri 1 2000-2001 555 465 1.020 2 2001-2002 550 465 1.015 3 2002-2003 425 199 624 4 2003-2004 340 178 518 5 2004-2005 338 161 499 6 2005-2006 323 147 470 7 2006-2007 380 153 533 8 2007-2008 351 190 541 9 2008-2009 295 188 483 10 2009-2010 352 190 541 11 2010-2011 297 189 484 12 2011-2012 300 180 480 13 2012-2013 345 203 548 14 2013-2014 353 222 575 Sumber: Tata Usaha MTsMA Pesantren al-Hamidiyah c. Tahap Pengembangan Kurikulum Keagamaan dengan Sistem Jenjang dan Tingkat Pendidikan Pada perkembangan selanjutnya kurikulum kepesantrenan Kajian Islam diterapkan dengan sistem berdasarkan Jenjang dan Tingkat Pendidikan di madrasah formal mulai tahun 2014 hingga sekarang, yaitu Madrasah Tsanawiyah kelas VII, VIII dan IX, dan Madrasah Aliyah kelas X, XI dan XII Program IPAIPS yang dibedakan antara alumni santri Pesantren al-Hamidiyah dengan non alumni dengan memberikan tambahan materi dasar dalam pembelajaran al- Qur‟an dan program PAI atau Keagamaan, dibedakan dari mulai kurikulum dan Asramanya. Pada santri program keagamaan kini mulai tahun 2016 dipisahkan asrama, ruang belajar serta kurikulumnya dari santri program IPAIPS. Khususnya untuk santri Madrasah Aliyah program Keagamaan kelas X dan XI, sedangkan kelas XII masih menyatu dalam struktur kurikulum Kajian Islam. Hal ini disebabkan santri kelas XII meneruskan program kurikulum sebelumnya. Sedangkan santri kelas X dan XI sudah mulai mengikuti pembelajaran kurikulum yang baru yang terpadu pada kurikulum Madrasah Aliyah program Keagamaan Kementrian Agama RI. Santri program keagamaan memiliki kurikulum diluar kurikulum Kajian Islam, kurikulum program keagamaan melaksanakan program pendidikan terpadu antara pendidikan pagi dengan malam dijadikan satu berdasarkan kurikulum Kementrian Agama RI, tidak seperti kurikulum yang diterapkan pada kajian Islam dengan kurikulum Madrasah formal yang terstruktur secara mandiri. Kurikulum yang digunakan program keagamaan Madrasah Aliyah al-Hamidiyah menurut Suyatno, S.Si, M.Pd selaku Kepala MA al-Hamidiyah dan Jauhari, Lc selaku Kordinator pelaksana, yaitu mengikuti ketentuan dari Kementrian Agama RI kemudian ditambah dengan pendalaman kemampuan bahasa Arab dan bahasa pengatar pada pelajaran agama juga menggunakan bahasa Arab serta pendidikan melalui asrama. Sedangkan, pada santri MTs dan MA program IPAIPS berada pada pengawasan dan melaksanakan kurikulum kepesantrenan atau Kajian Islam dan Asrama. Kurikulum pada tahapan Sistem Jenjang dan Tingkat Pendidikan tersebut, tidak banyak perubahan dari kurikulum sebelumnya. Berubahan terlihat pada bobot pada materi yang diberikan dan perincian pada beberapa sub materi, seperti materi al- Qur‟an pada sistem marhalah terbagi menjadi dua sub pokok pelajaran Qira‟ah dan tahfidz dengan bobot jam belajar masing-masing 3, sedangkan pada sistem tingkat materi al- Qur‟an terbagi menjadi TahqiqTahfidz dengan bobot jam belajar 6, Bin NadarTilawah, dan Tajwid dengan bobot jam belajar masing-masing 2. Perubahan tersebut pada tahapan sistem kurikulum ini lebih konsen pembelajaran al- Qur‟an pada TahqiqTahfidz. Pembahasan lebih rinci terkait pengembangan kurikulum keagamaan dapat terlihat pada upaya-upaya pengembangan komponen-komponen kurikulum Pesantren al-Hamidiyah pada pembahasanan selanjutnya. Perbedaan antara sistem marhalah dan sistem tingkat pendidikan tersebut di atas, terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan kurikulum pada sistem marhalah, yakni memudahkan santri dalam pelaksanaan pembelajaran ketingkat selanjutnya, karena santri dapat menyesuaikan tingkat kemampuannya sesuai dengan kurikulum mata pelajaran yang diterapkan. Namun, disisi lain karena bercampurnya tingkat usia maka mempengaruhi psikologi perkembangan santri yang berbeda-beda tingkat usia sehingga terkadang menimbulkan kendala dalam pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan, kelebihan kurikulum pada sistem Tingkat Pendidikan adalah memudahkan proses pembelajaran karena terdapat tingkat usia yang sama, sehingga memudahkan guru dalam menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan psikologi santri yang sama pada jenjang usia. Kelemahan pada sistem ini adalah terdapat kendala bagi santri tingkat Madrasah Aliyah yang masih rendah pengetahuan keagamaannya. Oleh karena itu, pengelola membedakan materi dan metode pembelajaran antara santri yang berasal dari lulusan tingkat MTs al- Hamidiyah alumni dengan santri lulusan luar Pesantren al-Hamidiyah non alumni dengan memberikan tambahan materi namun pada kelas dan jenjang pendidikan yang sama. Perubahan kurikulum dengan system tingkat pendidikan ini juga mempengaruhi perkembangan jumlah santri. Perubahan dan perkembangan jumlah santri Tingkat MTs dan MA baik putra dan putri Pesantren al-Hamidiyah dapat terlihat pada tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Daftar Perkembangan Jumlah Santri MTsMA Putra dan Putri Pesantren al-Hamidiyah Tahun Pembelajaran 2014-2016 NO. TAHUN PEMBELAJARAN SANTRI MTS SANTRI MA JUMLAH SANTRI 1 2014-2015 373 231 604 2 2015-2016 387 231 618 3 2016-2017 417 267 684 Sumber: Tata Usaha MTsMA Pesantren al-Hamidiyah Hal lain yang berpengaruh terhadap kebijakan pengembangan kurikulum, yaitu lulusan yang berminat untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi pada bidang keagamaan khususnya. Pasang surut santri untuk melanjutkan pada bidang keagamaan dipengaruhi kebijakan pemerintah yang mana pada perkembangannnya mengharuskan tingkat Madrasah Aliyah untuk membuka jurusanprogram. Pesantren al-Hamidiyah yang semula hanya ada jurusanprogram keagamaan kemudian pada perkembangannya membuka dua jurusan yakni jurusan IPA dan IPS. Dari sini minat santri malah lebih banyak tertarik untuk masuk pada program IPA dan IPS dibandingkan Program PAI. Hal ini juga berpengaruh juga pada santri untuk melanjutkan pendidikan pada program di luar keagamaan. Namun, saat ini pihak pesantren berupaya untuk menarik minat santri untuk lebih banyak memilih program keagamaan dengan memberikan fasilitas pendukung yakni memiliki asrama tersendiri, dengan program-program yang lebih menekankan pada keilmuan agama, upaya tersebut bertujuan agar dapat mencapai tujuan awal pendiri yakni pelestarian kegiatan pendidikan dan dakwah serta kaderisasi calon ulama. 2. Upaya-upaya Pengembangan Komponen Kurikulum Pesantren al-Hamidiyah a. Komponen Tujuan Kurikulum Tujuan kurikulum tidak terlepas dari tujuan pendidikan itu sendiri. Bagi pendiri Pesantren al-Hamidiyah, tujuan dari pendidikan yang dicita-citakan pada awal mula pendirian pesantren sangatlah sederhana, yaitu untuk mewujudkan keinginan yang besar dalam menangani pengembangan dan pelestarian kegiatan pendidikan dan dakwah. Tujuan awal tersebut terus disempurnakan sesuai dengan tuntutan dan keadaan. Ketika santri kian bertambah maka tujuan pesantren ini kian berkembang. Sebagaimana terdapat dalam buku pedoman umum Pesantren al-Hamidiyah 2000: 23, tujuan pendidikan Pesantren al- Hamidiyah adalah menghasilkan manusia muslim yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan sehat jasmani dan rohani, mempunyai kepribadian yang mantap dan mandiri, serta memiliki kesadaran dan tanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat guna mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat, selain itu menghasilkan calon atau kaderisasi ulama yang mampu mengembangkan ajaran Islam ala Ahlu al- Sunnah wal Jama‟ah dan melakukan dakwah Islamiyah ditengah masyarakat. Tujuan Pesantren al-Hamidiyah kian berkembang disesuaikan berdasarkan perkembangan pendidikan unit lain yang merupakan bagian dari sistem pendidikan terpadu yakni antara pesantren dengan madrasah formal baik MTs maupun MA al- Hamidiyah program IPA dan IPS yang menerapkan pengetahuan keagamaan dan umum. Oleh karena itu, menurut Drs. Eridian Patrio Putra, Wakamad dan Kabid. Pendidikan dan Pengajaran, berdasarkan hasil wawancara pada 14 Maret 2016, tujuan dari pendidikan Pesantren al-Hamidiyah selain mereproduksikaderisasi calon ulama juga unggul dalam pengetahuan umum intelektual. Namun, upaya untuk terus melahirkan calon ulama dapat terlihat pada santri Madrasah Aliyah program Keagamaan, kurikulum yang diterapkan lebih banyak menekankan pelajaran keagamaan dengan banyak pelajaran yang bersumber dari kitab-kitab kuning ulama klasik dan menekankan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar dalam pembelajaran khususnya pelajaran keagamaan. Dengan kata lain, tujuan dari Pesantren al-Hamidiyah yakni mereproduksikaderisasi calon ulama-intelektual atau intelektual-ulama, ulama yang memiliki keilmuan agama dan keilmuan non agama dan intelektual yang paham ilmu keagamaan. Hal ini disesuaikan dengan perkembangan zaman. Tujuan pesantren tersebut, baik ulama-intelektual maupun intelektual ulama, kedua-duanya mencerminkan adanya keutamaan ilmu. Penegasan tentang betapa utamanya ilmu yang dilandasi dengan iman yang kuat disebutkan dalam firman Allah, sebagai berikut: …         … “…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” QS. al- Mujadilah 58: 11 Tujuan pesantren secara struktural diuraikan lebih rinci disesuaikan dengan visi dan misinya sebagaimana terdapat dalam brosur penerimaan santri baru tahun pembelajaran 20162017 diantaranya adalah: 1 Mendidik santri yang memiliki iman yang kuat dan kepercayaan yang mantap terhadap kebenaran seluruh ajaran Islam yang diwahyukan Allah SWT, kepada Nabi Muhammad SAW. 2 Mendidik santri agar beriman, berakhlak mulia, beramal salih, cakap, serta memiliki kesadaran dan tanggung jawab atas kesejahteraan umat manusia dan masa depan negara Republik Indonesia. 3 Mendidik santri agar mampu berpikir rasional dilandasi dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan dan tekhnologi dan mampu menjabarkan pada agama Islam sehingga dapat mengembangkan prikehidupan masyarakat. 4 Mendidik santri agar memiliki kemampuan menuangkan buah pikirannya yang rasional, metodologi yang tepat dan mampu menuliskan sebagai karya tulis, laporan penelitian atau kajiaan telaah yang berguna bagi upaya peningkatan kualitas dan pengembangan ilmu dakwahnya. 5 Tercapainya kehidupan baik di dalam maupun di luar pesantren berciri khas Islam dan nilai-nilai kepesantrenan. Sedangkan, tujuan-tujuan kurikulum tercermin pada masing-masing bidang studi yang diajarkan, Kurikulum kepesantrenankeagamaan Pesantren al-Hamidiyah biasa disebut dengan Kajian Islam. Program pembelajaran Kajian Islam merupakan bagian dari realisasi visi, misi dan tujuan yang telah diterapkan oleh Pesantren al Hamidiyah. Oleh karena itu, secara umum tujuan kurikulum program Kajian Islam tercermin pada masing- masing bidang studimateri pelajaran sebagaimana terdapat pada profil Pesantren al- Hamidiyah diantaranya meliputi : 1 Al-Quran : a Mengerahkan santri kepada kemampuan membaca al-Qur‟an sesuai dengan kaidah-kaidah bacaan. b Mendorong santri untuk membiasakan membaca al-Qur‟an secara baik dan benar dan menjadikannya sebagai suatu kebutuhan. c Mengarahkan santri untuk menghafal surat-surat dan ayat-ayat pilihan 2 TauhidAqidah Tauhid : a Menanamkan dan meningkatkan keyakinan bertauhid kepada Allah SWT, baik tauhid uluhiyyah, tauhid rububiyyah maupun tauhid ubudiyyah. b Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada santri agar menghayati dan meyakini rukun iman serta menjadikannya sebagai landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari baik dalam hubungannya dengan Allah SWT, dengan sesama manusia maupun dengan alam sekitar. c Memberikan dasar utama dalam pembentukan kepribadian manusia sehingga menjadi manusia-manusia yang beriman sesuai dengan aqidah ahlussunnah wal Jamaah. 3 Akhlak: a Memberikan pengetahuan dan bimbingan kepada para santri agar menghayati dan meyakini akhlak Islam sebagai landasan perilaku dalam kehidupan sehari- hari. b Memberikan dasar utama dalam pembentukan pribadi muslim dengan mengarahkan santri menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur. 4 Fiqih: a Mendorong, membimbing, mengembangkan, dan membina santri untuk mengetahui, memahami, dan menghayati hukum Islam agar dapat diamalkan dan dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari hari. b Memberikan bekal kepada santri agar lebih mampu memahami ajaran Islam dalam aspek hukum. 5 Hadits: a Mendorong, membimbing dan membina kemampuan para santri dalam membaca kitab kitab hadis serta dalam memahami arti dan pokok kandungannya sehingga dapat meningkatkan ilmu , iman dan takwa kepada Allah SWT. b Melatih para santri dalam memahami menghafal dan mengamalkan Hadits-hadits Nabi SAW. 6 Ilmu Hadits: Memberikan bekal ilmu kepada para santri untuk memahami Hadits-hadis Nabi SAW sebagai sumber kedua ajaran Islam sesudah al- Qur‟an, serta menseleksi Hadits-hadits yang sahih, dari Hadits Nabi yang daif, maud u‟ dan lain-lain. 7 T a f s i r: a Mengarahkan santri kepada pemahaman dan penghayatan terhadap isi dan kandungan al- Qur‟an yang kemudian diharapkan dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. b Melatih para santri untuk memahami ayat-ayat al-Qur‟an pilihan. 8 Ilmu Tafsir: Memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada para santri untuk memahami ayat-ayat al- Qur‟an sebagai wahyu dan sumber utama ajaran Islam yang mencakup bahan kajian tentang pokok pokok ilmu tafsir. 9 Usul Fiqh : Memberikan bekal kepada para santri agar lebih mampu memahami metodologi istimbat hukum Islam serta mempraktekkan metode istimbat tersebut untuk menggali hukum hukum Islam tentang masalah masalah kontemporer dari nas al- Qur‟an, al- Sunnah, Ijma‟ dan fatwa sahabat. 10 Bahasa Arab : a Memberikan bekal kemampuan berbahasa Arab kepada para santri untuk memahami dan mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan Islam dan ajaran Islam serta mengembangkan hubungan antar bangsa dan negara negara Islam. b Memberikan pengetahuan dan kemampuan berbahasa Arab baik secara pasif maupun aktif untuk memahami ajaran agama Islam yang asli dari sumber pokoknya. c Memberikan dasar-dasar bahasa Arab sebagai bekal untuk pengembangan lebih lanjut di pendidikan tinggi. d Pelajaran bahasa Arab meliputi keterampilan membaca menyimak, berbicara, mengungkapkan dan menulis dalam bahasa Arab yang diajarkan secara terpadu, unsur-unsur berbahasa seperti tata bahasa, kosakata, pelafalan, dan ejaan diajarkan sebagai dasar untuk menunjang kelima keterampilan tersebut. b. Komponen MateriIsi Kurikulum Pada dasarnya kurikulum Pendidikan Pesantren al-Hamidiyah memadukan antara kurikulum pemerintah dan kurikulum yang disusun oleh Pimpinan dan Pendiri Pesantren al-Hamidiyah. Kedua macam kurikulum tersebut diintegrasikan sehingga menjadi kurikulum terpadu. Oleh karena itu, para santri harus menempuh seluruh kurikulum tersebut tanpa membeda-bedakan kedua kurikulum tersebut. Kurikulum yang disusun merupakan perluasan terhadap materi-materi pelajaran agama yang bersumber dari teks-teks kitab klasik, di samping pengembangan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Hal ini dimaksudkan agar para lulusan Pesantren al-Hamidiyah memiliki keunggulan-keunggulan dibanding lembaga pendidikan lain, khususnya dalam dalam kemampuan untuk mengakses kitab-kitab kuning dan berkomuikasi dengan bahasa Arab dan Inggris yang sangat diperlukan bagi ulama, da‟i dan muballigh pada era modern. Pesantren al-Hamidiyah menerapkan Sistem Pendidikan Integral Terpadu yaitu sistem pendidikan yang menyatukan seluruh aktivitas yang berhubungan dengan proses pendidikan dan pengajaran termasuk didalamnya proses belajar mengajar untuk menghasilkan santrisiswa yang berkualitas dan berwawasan luas serta mampu menjawab tuntutan zaman. Satuan unit pendidikan yang secara integral terpadu dengan pesantren al- Hamidiyah adalah Madrasah Tsanawiyah MTs al-Hamidiyah dan Madrasah Aliyah MA al-Hamidiyah. Adapun pelaksanaan pendidikan madrasah dengan kepesantrenan secara struktur berkembang mandiri yakni antara madrasah dengan kepesantrenan melaksanakan kurikulum sesuai ketentuan kurikulum masing-masing kecuali untuk Madrasah Aliyah program Keagaman. Namun, secara tidak langsung ada keterkaitan dalam artian Pesantren al-Hamidiyah memadukan pendidikan formal melalui madrasah, pendidikan non formal melalui pesantren dan masjid, dan pendidikan informal melalui asrama, selama 24 jam seluruh aktivitas pendidikan dilaksanakan. Pendidikan formal madrasah dan non formal kepesantrenankajian Islam dilaksanakan dengan tujuan memberikan pengetahuan secara akademik dan pendidikan informal yakni melalui asrama dengan tujuan pembentukan karakter dan akhlak mulia. Wawancara dengan Drs. Eridian Patrio Putra, Wakamad dan Kabid. Pendidikan dan Pengajaran, 14 Maret 2016 Mutu pendidikan pada dasarnya tidak terlepas dari kurikulum yang digunakan dan dilaksanakan oleh sebuah institusi pendidikan. Pesantren mempunyai ciri khas tersendiri dalam dunia pendidikan yaitu pendidikan yang memberikan pengetahuan dan nilai-nilai keagamaan. Pesantren al-Hamidiyah mengembangkan kurikulum kombinasi yang memadukan kurikulum pesantren salafiyah dan modern yang lazim dikenal dengan sistem salafiyah asriyah. Sebagai sebuah lembaga pendidikan, Pesantren al-Hamidiyah memiliki nilai-nilai dasar yang menjadi landasan, sebagaimana tertuang dalam buku pedoman umum Pesantren al-Hamidiyah 2000: 9-12 diantaranya, yaitu: 1 Nilai-nilai dasar agama, meliputi: bidang Aqidah mengikuti faham Ahlussunnah wal Jama‟ah; bidang Syari‟ah atau Fiqh mengikuti salah satu dari Madzhab Empat al- Madzahib al- Arba‟ah, yaitu Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi‟i dan Hambali; bidang Tasawuf atau Akhlak mengikuti faham transenden mystical yang dikembangkan oleh Imam al-Ghazali dan al-Junaidi. 2 Nilai-nilai Pendidikan didasarkan pada : a Landasan Filosofi, yaitu bertujuan mendidik para santri agar menjadi calon atau kader „ulama warasah al-anbiya‟ yang akan memperjuangkan tegaknya ajaran Islam ala Ahlussunnah wal Jama‟ah, sesuai dengan firman Allah SWT, yaitu:            “…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” QS. al-Fatir 35: 28 b Landasan Psikologis, yaitu dengan memahami keadaan psikologis santri serta dapat memberikan situasi-situasi belajar yang tepat kepada mereka agar mereka dapat mengembangkan bakat dan minatnya sebagai kader ulama warasah al- anbiya. c Landasan Sosiologis, yaitu para santri dikenalkan dan didik norma-norma dan adat istiadat masyarakat dan santri harus berusaha menyumbangkan derma baktinya untuk memajukan masyarakat. Kurikulum kepesantrenan Kajian Islam Pesantren al-Hamidiyah dilaksanakan diluar jam madrasah formal yang dimulai dari waktu Subuh dan dilanjutkan setelah ba‟da Ashar dan selesai hingga pukul 21.00 yang dilaksanakan mulai hari Senin hingga Ahad. Tabel 4.4 JADWAL KEGIATAN SANTRI KAJIAN ISLAM PESANTREN AL-HAMIDIYAH TAHUN PEMBELAJARAN 20162017 WAKTU KEGIATAN 04.00-05.45 Bangun pagi, shalat subuh berjama‟ah, durus al-lughah, takhtimantabarukan 05.45-07.00 Mandi, sarapan pagi, dan persiapan masuk kelas 07.00-09.40 KBM 09.40-10.00 Istirahat KBM dan Shalat Duha 10.00-12.00 KBM 12.00-13.20 S alat Zuhur berjama‟ah dan makan siang 13.20-14.40 KBM 14.40-15.15 S alat Ashar berjama‟ah 15.15-18.00 Program Bahasa, KKI, mandi dan persiapan salat maghrib 18.00-18.30 S alat Maghrib berjama‟ah dan wiridzikir 18.30-19.00 Makan malam 19.00-19.40 S alat Isya berjama‟ah dan wiridzikir 19.40-21.00 KKI 21.00-22.00 Belajar mandiri 22.00-04.00 Istirahattidur dan salat tahajud Keterangan: 1. KBM adalah Kegiatan Belajar Mengajar di Madrasah 2. KKI adalah Kegiatan Kajian Islam Sumber: Kepala Kajian Islam Pesantren al-Hamidiyah Deskripsi gambaran rutinitas santri sebagai berikut; Pukul 04.00-05.45 seluruh santri dibangunkan dari tidur dan langsung menuju masjid untuk melaksanakan salat Subuh berjama‟ah dilanjutkan dengan pemberian kosa kata baru bahasa atau muhâdatsah durus al-Lughah bagi santri kelas VII dan kelas X IPAIPS, sedangkan santri kelas VIII, IX, XI dan XII IPAIPSPAI mengikuti takhtiman tabarukan Kajian Kitab Salaf. Dan kegiatan ini berakhir pada pukul 06.00. Pukul 05.45-07.00 seluruh santri melaksanakan mandi dan sarapan pagi. Pada pukul 06.45 bel berbunyi sebagai tanda masuk kelas dan seluruh santri harus bergegas mengosongkan asrama menuju ruang kelas masing-masing. Pukul 07.00-12.00 kegiatan belajar mengajar termin pertama dilaksanakan, pada termin ini dilaksanakan dua kali istirahat yaitu pada pukul 08.30-09.00 dan pukul 10.30-10-45. Pukul 12.00-13.20 kegiatan belajar mengajar termin pertama selesai, dilanjutkan salat Zuhur berjama‟ah. Setelah itu seluruh santri makan siang dan istirahat. Dan pukul 13.20 bel berbunyi tanda masuk kelas untuk termin kedua. Pukul 13.20-14.40 seluruh santri harus berada diruang kelas masing-masing untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar termin kedua. Pukul 14.40-15.15 setelah keluar dari ruang kelas dan pulang ke asrama, santri langsung menuju masjid untuk salat As ar berjama‟ah. Selanjutnya pukul 15.15-18.00 seluruh santri melaksanakan kegiatan bahasa untuk santri MTs kelas VII dan MA kelas X IPAIPS, sedangkan santri VIII, IX, XI, dan XII melaksanakan kegiatan mengaji al- Qur‟an tahqiqtahfidz dan Kajian Kitab Salaf di kelas masing-masing. dilanjutkan mandi dan persiapan salat Maghrib. Pukul 18.00-18.30 santri melaksanakan sa lat Maghrib berjama‟ah dan wirid. Pukul 18.30-19.00 makan malam dan 19.00-19.40 s alat Isya berjama‟ah dan wirid. Pukul 19.40- 21.00 seluruh santri mengikuti Kegiatan Kajian Islam di kelas masing-masing. 21.00- 22.00 belajar mandiri, mengulangi materi pelajaran yang dipelajari dan mempersiapkan materi untuk keesokan harinya, selain belajar di depan asrama masing-masing diadakan juga pengulangan materi-materi yang dianggap kurang oleh guru bidang studi masing- masing. Dan pada pukul 22.00 bel tanda belajar malam berakhir, santri istirahattidur dan kemudian harus bangun esok hari pada pukul 04.00. Kegiantan santri mulai pagi hingga malam terbagi pada tiga kelompok kegiatan yang dibawah kordinator masing-masing, yakni Kegiatan di Madrasah dibawah pengawasan Kepala Madrasah dan guru-guru madrasah, Kegiatan Kajian Islam dan Asrama dibawah pengawasan Kepala Kajian Islam dan Asrama yang dibantu oleh guru- guru Kajian Islam beserta Koordinator Asrama. Semua rangkaian kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan sebagai upaya Pesantren al-Hamidiyah, yang tidak hanya memberikan pendidikan akademik baik berupa pelajaran umum dan keagamaan, namun pendidikan karakter yang terbagun berdasarkan pengalaman bersama guru dan teman, baik di sekolahmadrasah ataupun di Asrama. Semua kegiatan tersebut menjadi kesatuan dalam kurikulum Pesantren al-Hamidiyah, namun berjalan dibawah pengawasan masing-masing unit tersebut. Upaya pengembangan komponen materiisi kurikulum yang dilakukan oleh Pesantren al-Hamidiyah dilakukan sebagai upaya untuk mencapai tujuan Pesantren al- Hamidiyah. Pada awal mula pelaksanaan pembelajaran, materiisi yang diajarkan belum terformat secara profesional dan pada perkembangannya materiisi pelajaran dibuat secara baik dan dibuat struktur berupa nama-nama kitab yang digunakan berdasarkan tingkat kelas santri. Pada struktur program Kajian Islam sistem marhalah, yakni berupa tingkatan dari yang paling mudah menuju tingkatan yang paling sulit yaitu marhalah Ula, Wusta Alif, Wust a Ba‟, Ulya Alif, Ulya Ba‟, dan Ulya Jim. Santri di tes kemampuan akademik bidang keagamaan kemudian pengelompokan santri berdasarkan hasil mapping dalam jangka waktu pembelajaran 6 tahun. Kemudian, pada perkembangan selanjutnya menggunakan sistem tingkat pendidikan yang disesuaikan dengan kelas dan tingkatan pada madrasah formal. Perbedaan pada sistem yang digunakan terdapat sedikit perubahan disesuaikan berdasarkan tingkat perkembangan kemampuan santri. Pada sistem marhalah materi pembelajaran dibagi menjadi delapan bagian mata pelajaran dengan pengelompokkan menggunakan istilah, yaitu al- Qur‟an, Hadits, Tauhid, akhlak, fiqih, bahasa Arab, muhadârah dan tarikh. Sedangkan pada sistem berdasarkan tingkat pendidikan mata pelajaran dibagi menjadi empat, yaitu bahasa Arab, al- Qur‟an, kitab salaf dan muhadârah. Adapun kitab-kitab yang digunakan pada sistem marhalah di antaranya adalah: 1 Al-Qur‟an : Qira‟ah dan Tahfidz 2 Hadits : Bulugh al-Marâm dan Baiquni 3 Tauhid : Hujjah Ahlu Sunnah dan Husn al-Hamidîyyah 4 Akhlak : Ta‟lim al-Muta‟lim dan Nasaih al-„Ibâd 5 Fiqh : Fâth al-Qarîb dan Fâth al- Mu‟în 6 Bahasa Arab : Muhâdasah, al-„Imritî, Alfiyah, al-Amtsilah al-Tasrifiyyah, dan Nadzam al-Maqsûd 7 Tarikh : Khulasah Nurul Yaqin Sedangkan, pada sistem tingkat pendidikan kitab-kitabsumber materi yang digunakan diantaranya adalah: 1 Bahasa Arab : Durus al-Lughah, Muthala‟ah Haditsah, Imla‟, Nahwu, Saraf, dan Imritî 2 Al-Qur‟an : TahqiqTahfidz, Bin NadarTilawah, dan Tajwid 3 Kitab Salaf : Ta‟lim al-Muta‟limAkhlak lil Banin-Banat, Matan Taqrîb, Jawahir al-Kalamiyah, Khulashah Nur al-Yaqin, Fath al-Qarîb, al-Tibyan, Bulugh al-Marâm, Baiquniyah, Husn al-Hamîdîyyah, Nasaih al-Ibad, Fath al- Mu‟în dan Mabadi Awaliyah Perbedaan materi-materi yang terdapat pada pelaksanaan pembelajaran Kajian Islam sistem marhalah dan sistem tingkat pendidikan dapat terlihat pada tabel 4.5 dan 4.6. perubahan tersebut disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan santri dan perkembangan kondisi pesantren. Tabel 4.5 Struktur Program KepesantrenanKajian Islam Pesantren al-Hamidiyah NO. 1 MATA PELAJARAN MARHALAH JML WUST O BA’ ULYA BA’ ULYA JIM A B C D AL- QUR’AN a. Qira‟ah 3 3 3 3 3 3 18 b. Tahfidz al-Qur‟an 3 3 3 3 3 3 18 c. Ulum al-Qur‟an 2 HADITS a. Tahfidz - Arbain Nawawi - Bulugh al-Marâm 2 2 2 2 2 2 12 b. Jawahir al-Bukhari c. Ilmu Hadits Baiquni 2 2 4 3 TAUHID a. Aqidah al-Awam b. Hujjah Ahlu Sunnah 2 2 2 2 8 c. Husn al-Hamîdîyyah 2 2 4 4 AKHLAQ a. Akhlaq lil Banînlil Banât b. Ta‟lim al-Muta‟alim 2 2 2 2 8 c. Usfuriyah d. Nasailul „Ibad 2 2 4 5 FIQIH a. Safinah al-Najah b. Taqrib c. Fath al-Qarîb 2 2 2 2 2 10 d. Fath al-Mu‟în 2 2 e. Al-Waraqat Usul Fiqh 6 BAHASA ARAB a. Muhadatsah 2 2 2 2 2 2 12 b. MahfudatTahsin Khithabah c. Imla‟ d. Nahwu: - Jurmiyah - Imritî 2 2 2 2 8 - Al-fiyah 2 2 4 e. Saraf: - Al-Amtsilah al- Tasrifiyyah 2 2 2 2 8 - Nadam Maqsûd 2 2 4 - Al-fiyah Ibn al- Malik f. Balaghah Al- Wadihah 7 MUHADARAH 8 TARIKH a. Khulasah Nur al- Yaqin 2 2 2 2 8 b. Madarij al-Su‟ud JUMLAH 22 22 22 22 22 22 132 Sumber: Kepala Kajian Islam Pesantren al-Hamidiyah Tabel 4.6 Distribusi Jam Pelajaran Kajian Islam Pesantren al-Hamidiyah Tahun Pembelajaran 20162017 NO MATA PELAJARAN TINGKAT PENDIDIKAN MADRASAH TSANAWIYAH VII VIII IX JM L A B C D E A B C D A B C D E BAHASA ARAB 1 Durus al-Lughah 6 6 6 6 6 4 4 4 4 4 4 4 4 4 66 2 Mut ala‟ah Haditsah 1 1 1 1 1 - - - - - - - - - 5 3 Imla‟ 1 1 1 1 1 - - - - - - - - - 5 4 Nahwu - - - - - 3 3 3 3 4 4 4 4 4 32 5 Saraf - - - - - 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 6 Imritî - - - - - - - - - - - - - - - AL- QUR’AN 1 TahqiqTahfidz 6 6 6 6 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 48 2 Bin NadarTilawah 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 3 Tajwid 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 23 KITAB SALAF 1 Ta‟lim. MAkhlak lil Banîn-Banât 2 2 2 2 2 - - - - - - - - - 10 2 Matan Taqrib - - - - - 2 2 2 2 - - - - - 8 3 Jawahir al- Kalamiyyah - - - - - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 4 Khulashah Nur al-Yaqîn - - - - - 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 5 Fath al-Qarib - - - - - - - - - 2 2 2 2 2 10 6 Al-Tibyan - - - - - - - - - - - - - - - 7 Bulugh al-Marâm - - - - - - - - - - - - - - - 8 Baiquniyah - - - - - - - - - - - - - - - 9 Husn al- Hamîdîyyah - - - - - - - - - - - - - - - 10 Nas aihul „Ibad - - - - - - - - - - - - - - - 11 Fath al- Mu‟în - - - - - - - - - - - - - - - 12 Mabadi Awaliyah - - - - - - - - - - - - - - - MUHADARAH 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 28 JUMLAH 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 22 308 TINGKAT PENDIDIKAN NO MATA PELAJARAN MADRASAH ALIYAH JM L X IPA-IPS XI IPA-IPS XI IPA- IPS XII PAI Alumni Non Alumni PA PI PA PI PA PI PA PI 1 Durus al-Lughah 6 6 6 6 2 2 2 2 2 34 2 Mut ala‟ah Haditsah 1 1 1 1 - - - - - 4 3 Imla‟ 1 1 1 1 - - - - - 4 4 Nahwu - - - - 3 3 3 3 3 15 5 Saraf - - - - 3 3 3 3 3 15 6 Imritî - - - - 2 2 2 2 2 10 AL- QUR’AN 1 TahqiqTahfidz 6 6 6 6 2 2 1 1 1 31 2 Bin Nadar Tilawah 2 2 2 2 2 2 1 1 1 15 3 Tajwid 2 2 2 2 - - - - - 8 KITAB SALAF 1 Ta‟lim. MAkhlak lil Banîn-Banât - - - - - - - - - - 2 Matan Taqrib - - - - - - - - - 3 Jawahir al- Kalamiyah - - - - - - - - - - 4 Khulasah Nur al- Yaqin - - - - - - - - - - 5 Fath al-Qarib - - - - - - - - - - 6 Al-Tibyan - - - - - - - - 1 1 7 Bulugh al-Marâm 2 2 2 2 2 2 2 2 1 17 8 Baiquniyyah - - - - - - - - 1 1 9 Husn al- Hamîdiyyah - - - 1 1 2 2 1 7 10 Nasaihul Ibad - - - 1 1 2 2 1 7 11 Fath al- Mu‟în - - - - 2 2 2 2 2 10 12 Mabadi Awaliyah - - - - - - 1 1 MUHADARAH 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 JUMLAH 22 22 22 22 22 22 22 22 22 198 Sumber: Kepala Kajian Islam Pesantren al-Hamidiyah Dari kedua struktur dan distribusi jam pelajaran pada tabel di atas, perbedaan yang paling menonjol dari sistem marhalah dengan sistem tingkat pendidikan, yaitu pada materi pelajaran al- Qur‟an, Nahwu dan Saraf. Perbedaan terlihat pada sistem marhalah materi pelajaran al- Qur‟an memiliki bobot yang sama antara tiap tingkatan dan pada materi pelajaran Nahwu dan saraf diberikan pada setiap tingkatan. Sedangkan, pada sistem tingkat pendidikan materi pelajaran al- Qur‟an, bobotnya lebih banyak pada tingkat MTs kelas VII dan materi pelajaran Nahwu dan Saraf tidak diberikan. Penambahan bobot jumlah pembelajaran al- Qur‟an dimaksudkan agar santri dapat membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar seperti diungkapkan oleh Drs. KH. Zainuddin Ma‟sum selaku Mustasyar Pesantren al-Hamidiyah sebagaimana hasil wawancara pribadi pada penelitian pendahuluan 14 Maret 2016, beliau mengungkapkan santri harus dapat membaca al- Qur‟an dengan baik dan benar terlebih dahulu sebelum mempelajari materi-materi pembelajaran yang lain, selain itu kemampuan santri dalam membaca al- Qur‟an juga dijadikan salah satu pertimbangan dalam kenaikan kelas. Selain mendata kitab-kitab salaf dalam materiisi kurikulum Kajian Islam juga memiliki rencana pembelajaran kitab salaf dan target pencapaian pembelajaran pembelajaran al- Qur‟an, tilawah dan tahfidz yang dibedakan antara target hafalan alumni alumni MTs Pesantren al-Hamidiyah dan non alumni pada kelas X untuk tahun ajar 2016-2017 adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Rencana Pembelajaran Kitab Salaf Kajian Islam Pesantren al-Hamididyah Tahun Pembelajaran 20162017 No. KELAS DAFTAR KITAB SALAF 1. VII Ta‟lim al-Muta‟alim 2. VIII a. Matan Taqrîb b. Jawahir al-Kalamiyyah c. Khulasah Nur al-Yaqin 3. IX a. Jawahir al-Kalamiyyah b. Khulasah Nur al-Yaqin c. Fath al-Qarîb 4. X, XI, XII IPAIPS a. Bulugh al-Marâm b. Husn al-Hamîdîyyah c. Nasaihul „Ibad d. Fath al-Mu‟în 5. XII PAI a. „Ulum al-Qur‟an b. Bulugh al-Marâm c. Baiquniyah d. Husn al-Hamîdîyyah e. Nasaihul „Ibad f. Fath al-Mu‟în Sumber: Buku Laporan Hasil Rapat Kerja Kajian Islam dan Asrama 2016: 5 Tabel 4.8 Target Pencapaian Pembelajaran al- Qur’an Tilawah dan Tahfidz Tahun Pembelajaran 20162017 No Semester Kelas VII VIII IX X XI XII 1 Ganjil Q.S. al- Fatihah sd al- Bayyinah Tahqiq dan Tahfidz Q.S. at- Tariq sd al- Mutaffifin Tahqiq dan Tahfizh Q.S. Yasin dan ar- Rahman Tahfizh Q.S al- Fatihah sd Al- „Ala Tahqiq dan Tahfizh Non Alumni Q.S al- Baqarah Juz 1 bagi Alumni Q.S. al- Baqarah Juz 2 Tahfidz Q.S. al- Baqarah Juz 3 Tahfidz 2 Genap Q.S. al- Qadar sd al- „Ala Tahqiq dan Tahfizh Q.S. al- Infithar sd al- Naba‟ Tahqiq dan Tahfizh Q.S. al- Waqiah Q.S. al- Thariq sd al- Naba‟ Tahqiq dan Tahfizh Non Alumni. Dan Q.S. al- Baqarah Juz 2 bagi Alumni Q.S. al- Baqarah Juz 2 Tahfidz Q.S. al- Baqarah Juz 3 Tahfidz Sumber: Buku Laporan Hasil Rapat Kerja Kajian Islam dan Asrama 2016:3 Selain Pembelajaran al- Qur‟an dan kitab salaf Kajian Islam pesantren al- Hamidiyah juga mengembangkan pendidikan bahasa Arab dalam kurikulumnya. Pelajaran bahasa Arab meliputi: membaca, menyimak, praktik berbicara muhadastah, mengungkapkan dan menulis dalam bahasa Arab imla‟ yang diajarkan secara terpadu, melalui metode-metode mutakhir, yaitu mengadopsi metode verbal kitab Durus al-Lughah al-Arabiyah dari Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo, dengan unsur-unsur ilmu alat kaidah bahasa Arab seperti ilmu tata bahasa Arab nahwu dan saraf, pengayaan mufradat pembendaharaan kosa kata, pelafalan dan ejaan imla‟ yang diajarkan dari dasar agar tercapainya keterampilan bahasa Arab. Berikut ini batasan-batasan pelajaran yang harus ditempuh santri dalam pelajaran bahasa Arab. Tabel 4.9 Target Pencapaian Pembelajaran Bahasa Arab Tahun Pembelajaran 20162017 PELAJARAN KELAS KETERANGAN DURUS AL-LUGHAH 7 Juz 1 25 bab 8 9 Juz 2 14 bab 10 Juz 1 25 bab + Tamrinat Juz 1 11 12 Tamrinat Juz 2 3 MUT ALA‟AH HADITSAH 7 Jilid 1 2 10 Qiraan Rasyidah Juz 1 IMLA‟ 7 Mutalaah Haditsah Jilid 2 10 Qiraan Rasyidah Jilid 1 NAHWU 8 9 Nahwu Jilid 1 11 12 Nahwu Jilid 2 SARAF 8 9 Al-Amtsilah al-Tasrifiyah 11 12 Qawaid al-Sarfiyah MUHADATSAH 7 Muhadatsah Yaumiyah Jilid 1 + Mahfuzat + Imla 8 Muhadatsah Yaumiyah Jilid 2 Muhadatsah Malam 9 Muhadatsah Yaumiyah Jilid 3 Muhadatsah Malam 10 11 Sumber: Buku Laporan Hasil Rapat Kerja Kajian Islam dan Asrama 2016: 15 Selain target pencapaian dan jenis-jenis kitab salaf, Pesantren al-Hamidiyah juga membuat silabus untuk memudahkan guru akan batasan-batasan pelajaran dan mengetahui tujuan pencapaian akan masing-masing pelajaran. Berikut ini contoh dari silabus dalam pembelajaran kitab-kitab kuning salaf. Tabel 4.10 Silabus Kajian Islam Pesantren al-Hamidiyah Kelas VIII Pelajaran Tauhid Waktu 21 x 45 Menit Sumber Kitab Jawahir al-Kalamiyyah Tujuan Pembelajaran: 1. Santri memahami arti aqidah Islamiyah 2. Santri memahami dengan terinci sifat-sifat yang wajib bagi Allah 3. Santri dapat memahami dan menjelaskan terkait sifat-sifat musybihat 4. Santri dapat mengenal dan memahami malaikat dan peranannya 5. Santri dapat mengetahui cara mengimani terhadap kitab-kitab samawi 6. Santri dapat memahami secara terinci seputar iman terhadap Rasul-rasul Allah SWT Semester Genap Semester Ganjil روبزلاب داقتعإا ةيفيك 1 ةيماسإا ةديقعلا عم 1 ليجإا داقتعإا ةيفيك 2 اامإ ااب فا إا ةيفيك 2 فارقلاب داقتعإا ةيفيك 3 اا دوجولاب داقتعإا ةيفيك لعت 3 تازجع ا مظعأ فارقلا 4 اا تاذ ةفلاخم داقتعإا ةيفيك 4 لسرلاب فا إا 5 اا ؿاعفأب داقتعإا ةيفيك 5 ءايبنأا ددع 6 سف ب ـايقب داقتعإا ةيفيك 6 تازجع ا ام 7 اا ةايح داقتعإا ةيفيك 7 ءايبنأا ؽدص لع تازجع ا ةلاد جك 8 اا ملعب داقتعإا ةيفيك 8 ءايبنأا ؽدص لع تازجع ا ةلاد جك 9 اا ةردقب داقتعإا ةيفيك 9 رحسلاك تازجع ا نب ؽرفلا 10 اا رصبب داقتعإا ةيفيك 10 UTS 11 UTS 11 ةماركلاك تازجع ا نب ؽرفلا 12 اعت اا قح ي ةليحتس ا تافصلا 12 اا قح ي ةبجاولا تافصلا 13 اعت اا قح ي زاو ا 13 اا قح ي ةليحس ا تافصلا 14 ءاوتسإاب دار ا 14 لا ةرجشلا نم ـاسلا يلع ـدأ لكأ ذا ع ه 15 اا قح ي ديلاب دار ا 15 لا ةرجشلا نم ـاسلا يلع ـدأ لكأ ذا ع ه 16 ؿوقن م أيش تبثن فيك يف فيكلا ؿوه 16 ءايبنأا قح ي زاو ا تافص 17 ةكئا اب فا إا 17 ءايبنأل ضارمأا ؽو ي ةمك ا 18 ةكئا ا فئاظك 18 ةصا ا 19 اا بتكب فا إا 19 ةصا ا 20 ةروتلا قح ي ءاملعلا داقتعإ فيك فأا ةدوجو ا 20 UAS 21 UAS 21 Sumber: Buku Laporan Hasil Rapat Kerja Kajian Islam dan Asrama 2016: 9 Tabel. 4.11 Silabus Kajian Islam Pesantren al-Hamidiyah Kelas IX Pelajaran Tauhid Waktu 21 x 45 Menit Sumber Kitab Jawahir al-Kalamiyyah Tujuan Pembelajaran: 1. Santri memahami keistimewaan Nabi Muhammad SAW 2. Santri memahami mukjizat Nabi Muhammad SAW 3. Santri dapat mengetahui sirah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW 4. Santri dapat mengetahui cara mengimani hari akhir 5. Santri dapat memahami seputar alam barzah 6. Santri dapat memahami secara terinci seputar iman terhadap qada dan qadar Semester Genap Semester Ganjil ي لا ةجرد ولا غلبي ل 1 نع ملسك يلع اا لص ا يبن زايتمإ ءايبنأا رئاس 1 فكدهتجا نمك دهتجا ام 2 فامزلا رخأ ي ؿز ي سيع فأ 2 لئاس ا ضعب ي فكدهتجا فلتخإ م 3 ـاسلاك ةاصلا يلع ا يبن تازجعم 3 ةعاسلا طارشأام 4 ـاسلاك ةاصلا يلع ا يبن ةرس 4 ديعسلا نم 5 رخأا ـويلاب فا إا 5 6 ردقلا ؿاؤسب داقتعإا 6 7 مع ي كأ بذعي م ؿأسي تام نم لك 7 8 داسجأا رشح داقتعإا 8 9 طارصلاب داقتعإا 9 10 باس ا دعب عئاطلا نمؤ ا مكح 10 11 UTS 11 12 داقتعإا ردقلاك ءاضقلاب 12 13 لاعفأ عيم لع روبجم فاسنإ لك 13 14 لقعلاب اعت تاذ ي ملكتلا زو ل 14 15 رصبلاب اا ةيؤر نكم ل 15 16 نعلا رثؤت فيك 16 17 جارع اك ءارسإا ام 17 18 ءاعدلا عف ي ل 18 UAS 19 UAS 19 Sumber: Buku Laporan Hasil Rapat Kerja Kajian Islam dan Asrama 2016: 10 c. Komponen Strategi Metode Pembelajaran Sebagaimana telah disebutkan pada pembahasan di atas, pesantren al-Hamidiyah menerapkan sistem pendidikan pesantren kombinasi, yaitu memadukan kurikulum pesantren salaf dan modern yang lazim dikenal dengan sistem salafiyah asriyah. Adapun metode yang digunakan adalah mengadopsi dari keduanya. Diantara ciri-ciri kemoderenan Pesantren al-Hamidiyah sebagaimana tercatat dalam buku pedoman umum Pesantren al- Hamidiyah 2000: 7 adalah sebagai berikut: 1 Disiplin ilmu yang dikembangkan di pesantren al-Hamidiyah tidak terbatas pada ilmu- ilmu agama yang bersumber dari kitab kuning al-kutub al-salafiyah, tetapi juga “ilmu-ilmu umum” yang dikembangkan oleh sekolah-sekolah umum. 2 Sistem pendidikannya tidak lagi menekankan hafalan terhadap materi-materi keilmuan klasik yang terkesan verbalistik, tetapi lebih banyak menggunakan penalaran terhadap materi-materi keilmuan yang relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat. 3 Metode pengajarannya dilakukan dalam bentuk klasikal madrasahsekolah, meskipun tidak meninggalkan sama sekali metode sorogan, bandongan atau wetonan yang menjadi ciri khas pesantren salafiyah. 4 Menerapkan manajemen modern dengan ciri-ciri kemoderenan seperti, rasional, keterbukaan, perencanaan yang matang, memperhatikan proses dan tidak hanya berorientasi pada tujuan, serta tidak nepotism family oriented. Meskipun demikian, sesuai dengan prinsip al-muhafad atu „ala al-qadim al salih wa al-akhdzu bi al-aslah, Pesantren al-Hamidiyah tetap mempertahankan beberapa ciri khas pesantren salaf yang dinilai masih relevan hingga kini di antaranya, yaitu: 1 Pengkajian terhadap kitab-kitab salaf, baik dalam disiplin „ulum al-Qur‟an, „ulum al- Hadits, Fiqh beserta Usul Fiqh, Aqidah, Akhlak maupun ilmu-ilmu bantu seperti, Nahwu, Saraf, dan balaghah. 2 Metode sorogan tutorial mentorship. 3 Metode Wetonan Bandongan. 4 Mewajibkan para santri untuk salat berjama‟ah, melakukan salat sunnah, qiam al-lail, dzikir sesudah salat, membaca rawi diba dan barzanji, istighasah, tahlil, dan melaksanakan puasa sunnah. 5 Lebih menekankan pendidikan dalam arti pembentukan kepribadian muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, dan tidak sekedar pengajaran yang lebih menekankan pada pengembangan kecerdasan para santri dengan membekali ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, berorientasi pada to be, bukan sekedar to have. Pesantren al-Hamidiyah juga menerapkan strategi pembelajaran bahasa Arab, strategi pembelajaran bahasa Arab Pesantren al-Hamidiyah mengadopsi strategi dan metode dari lembaga pendidikan dan pesantren-pesantren yang terbukti efektif keberhasilannya dalam bidang bahasa Arab baik dalam dan luar negeri, secara garis besar sebagaimana terdapat dalam Buku Laporan Hasil Rapat Kerja Kajian Islam dan Asrama 2016: 12 adalah sebagai berikut: 1 Diciptakan lingkungan berbahasa Arab, dimana santri ditempatkan pada situasi terpojok, sehingga tidak ada pilihan lain bagi mereka selain menggunakan bahasa Arab. Program ini didukung oleh semua komponen di Pesantren al-Hamidiyah. Penggeraknya adalah musyrif asrama dan native speaker. 2 Dalam menjelaskan teori, atau makna kalimat, digunakan metode mubasyarah, mana guru menggindari penggunaan bahasa Indonesia bahasa non Arab, misalnya menunjukkan langsung pada benda yang dimaksud. 3 Penguasaan mufradat dan ungkapan dengan cara dihafal, proses pembinaannya melalui kegiatan mufradat pada waktu Subuh yang dibimbing oleh guru secara klasikal, dan kegiatan tamrin penguasaan mufradat serta hiwar yang dilakkan dilapangan dengan menekankan keaktifan santri. ba‟da SubuhAshar. 4 Membuat tempelan-tempelan yang berisi mufradat, hiwar atau ungkapan berbahasa Arab yang diganti secara periodik. 5 Membuat klub bahasa Arab, yang dimotori oleh santri yang dianggap mampu. Adapun program kegiatan bahasa, yaitu: a Hari Bahasa : Senin, Selasa, dan Rabu b Mahkamah Bahasa : Malam Kamis dan Jum‟at c Muhadatsah : Malam Rabu dan Jum‟at Pagi d Lab. Bahasa : Disesuaikan e Program Semester : Mengadakan lomba pidato bahasa, mengadakan debat bahasa, mengadakan madding bahasa, mengadakan pensi bahasa, dan mengadakan cerdas cermat bahasa. f Program Tahunan : Mengadakan studi banding Metode-metode di atas memungkinkan santri menguasai bahasa Arab baik dalam keseharian maupun dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, Pesantren al-Hamidiyah juga menerapkan metode pendidikan yang diterapkan dalam mendidik para santri sebagaimana terdapat dalam buku pedoman umum Pesantren al-Hamidiyah 2000: 26 diantaranya, yaitu: 1 Memberikan keteladanan Uswah al-Hasanah, yaitu memberikan contoh keteladanan dari segala perbuatan sehari-hari sesuai dengan ajaran Islam dan sesuai dengan panca jiwa pesantren yakni jiwa keikhlasan, jiwa kesederhanaan, jiwa kemandirian, jiwa persaudaraan, dan jiwa kebebasan, baik dari kiai, guru, dan pengasuhpembimbing asrama. 2 Memberikan pengajaran Ta‟lim, yaitu memberikan pengajaran dan pendidikan, bukan hanya sekedar mengajarkan keilmuan akademis namun memberikan pendidikan yang kelak dapat membentuk karakter dan akhlak yang baik bagi santri 3 Memberikan hadiah dan hukuman al-Hadiyyah wa al-„Uqubah, yaitu dengan memberikan penghargaan baik secara lisan atau materi atas prestasi yang diperoleh santri serta memberikan hukuman yang mendidik bagi santri yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan. Selain itu, ada juga metode pembinaan santri agar santri tidak hanya unggul dalam bidang akademik, namun juga unggul dalam kepribadian pembentukan karakter dan akhlak mulia. Menurut Hidayat M. Idris selaku Kepala MTs sebagaimana terdapat pada Warta al-Hamidiyah 2016: 16, salah satu program unggulan pendidikan MTs dan termasuk salah satu program Pesantren al-Hamidiyah adalah pembentukan akhlaq al- karimah, yaitu penerapan nilai-nilai Islam, budi pekertikesopanan, nilai etikaestetika, nilai kepribadian dan kebangsaan. Menurutnya, pengembangan Pesantren al-Hamidiyah agar menjadi lebih baik adalah pengembangan yang didasari oleh nilai-nilai Islami atau akhlaq al-karimah untuk menuju keunggulan akademik. Selain pembentukan karakter dan akhlak mulia, diterapkan juga metode keterampilan dalam bidang keagamaan, seperti Kegiatan Sibghah Ma‟hadiyah, Muhadarah, dan KPM Kegiatan Pengabdian Masyarakat: 1 Kegiatan Sibghah Ma‟hadiyah: a Membiasakan santri selalu membaca al-Qur‟an dengan khatam di bawah bimbingan seorang guru atau kakak senior dari Ikatan Santri Pesantren al- Hamidiyah ISPAH atau Ta‟mir masjid asisten b Kegiatan takhtiman dilakukan perkelas c Waktunya dilakukan ba‟da asar, dengan durasi 30 menit d Target-target pembacaan al-Qur‟an, yaitu: - Kelas VIII dan kelas IX: semester ganjil juz 1-15 dan semester genap juz 16- 30 Minimum bacaan al- Qur‟an sebanyak 2 halaman per-hari - Kelas XI dan XII: semester ganjil juz 1-30 dan semester genap juz 1-30 Minimum bacaan al- Qur‟an sebanyak 4 halaman per-hari e Khusus hari Jum‟at santri dibekali materi taharah dan ibadah, untuk praktek ibadahnya dilaksanakan pertriwulan. 2 Program dari Sibghah Ma‟hadiyah adalah: a Semester ganjil: - Praktek wudu - Praktek Salat - Praktek bacaan tahlil - Praktek menjadi imam tahlil b Semester genap: - Praktek bacaan Ratibul Haddad - Do‟a salat tahajud - Do‟a salat Duha c Tabarukan wajib diikuti kelas VIII-XII putra atau putri, waktunya ba‟da salat subuh dengan durasi 40 menit. d Pelatihan pengurusan jenazah bagi putra dan putrid setahun sekali e Pembekalan bagi santri putra dan putri tentang fiqh kewanitaan Haid, Nifas, dan Istihadah f Dzikir sesudah salat fardu, wajib diikuti oleh semua santri dengan harapan mereka hafal bacaan dzikir tersebut dengan berpegang pada pedoman buku dzikir yang diterbitkan oleh Pesantren al-Hamidiyah. 3 Muhadarah: dilaksanakan pada hari Sabtu pagi pukul 07.00-08.20 WIB dengan alokasi waktu 2 jam dan dibimbing oleh guru yang ditunjuk oleh Kepala Kajian Islam dan Asrama. 4 KPM Kegiatan Pengabdian Masyarakat a KPM dilaksanakan satu tahun sekali bagi seluruh santri setelah UAS ganjil. b Peserta KPM dikelompokkan terlebih dahulu secara khusus sesuai minat dan bakat santri, yaitu: Ceramah, MC, Qori, Do‟a, Salawat dan mendapatkan bimbingan dari seorang ustadz. c Setelah mendapatkan pelatihan dibentuk satu kelompok Muhadarah dengan susunan MC 2 orang, 2 orang penceramah, 4 orang pembaca salawat, qari dan saritilawah, dan doa 1 orang dalam bimbingan seorang ustadz, kelompok muhad arah akan terjun ke masyarakat di Majlis Ta‟lim, Masjid, Musalah di sekitar wilayah Jabodetabek dengan terlebih dahulu menyebarkan form kesediaan. Buku Laporan Hasil Rapat Kerja Kajian Islam dan Asrama, 2016: 17-18 Ada pula, program pembinaan santri Pesantren al-Hamidiyah dalam bidang keagamaan yang terpadu dengan kegiatan madrasah formal diantaranya sebagai berikut: 1 Menyisipkan jiwa agama pada setiap mata pelajaran dengan mengintegrasikan bidang IMTAQ dan IPTEK 2 Salawat Nabi, doa, zikir, tadarus al-Qur‟an, dan Salat Duha 3 Salat berjama‟ah 4 Pelatihan Salat Jenazah 5 Pelatihan Imam Salat Rawatib, Tarawih, Idul Fitri dan Idul Adha 6 Pelatihan Bilal Salat Jum‟at, Tarawih, Idul Fitri, dan Idul Adha 7 Pelatihan Kultum dan Khatib 8 Kegiatan Qurban dan Bakti Sosial 9 Peringatan Hari Besar Islam PHBI 10 Tahfidz al-Qur‟an 11 Muhadarah Dalam proses pembelajan para guru diberikan panduan proses pembelajaran kajian Islam hal ini dimaksudkan agar guru lebih mudah dan terarah dalam menyampaikan materi-materi pembelajaran sebagaimana terdapat dalam Buku Laporan Hasil Rapat Kerja Kajian Islam dan Asrama 2016: 6-7 meliputi: 1 Perencanaan Proses Pembelajaran: a Guru mempersiapkan materi pembelajaran sebelum mengajar b Guru datang tepat waktu c Masing-masing guru memiliki silabus materi yang akan diajarkan d Membuat RPP e Membawa absensi 2 Pelaksanaan Proses Pembelajaran a Mengawali KBM dengan membaca do‟a: tawasul kepada muallif dan sahib al- ma‟had b Meriview pelajaran sebelumnya baik dengan tanya jawab atau membaca bersama-sama lalaran c Menyampaikan materi sesuai dengan silabus d Menyimpulkan materi ajar sebelum menutup KBM baik dengan tanya jawab atau ringkasan e Menutup KBM dengan do‟a yang seragam 3 Pelaksanaan Pembelajaran a Mengadakan ulangan harian minimal dua kali b Guru melakukan analisa hasil ulangan santri c Mengadakan remedial bagi santri yang tidak mengikuti ulangan harian dan yang mendapatkan nilai di bawah KKM d Pelaksanaan remedial disesuaikan dengan waktunya 4 Pengawasan Proses Pembelajaran a Supervisi pembelajaran oleh kepala Kajian Islam b Supervisi administrasi oleh kepala Kajian Islam c Laporan bulanan absensi siswa d Memberikan teguran dan sanksi terhadap santri yang tidak masuk kelas e Mengadakan rapat bulanan dalam mengevaluasi capaian silabus meteri ajar Panduan proses pembelajaran kajian Islam tersebut dipatuhi dan diterapkan oleh para ustadzustadzah, baik sebelum atau sedang berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran. Sebagaimana hasil pengamatan pada pelaksanaan pembelajaran di kelas, terlihat ustadzustadzah mempersiapkan materi yang akan disampaikan dan masing-masing dari mereka terlihat memiliki silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran RPP yang sudah disusun sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, selain itu mereka juga melengkapi administrasi pendukung pembelajaran seperti absensi. Pada proses pelaksanaan pembelajaran, berdasarkan hasil pengamatan, diawali dengan membaca do ‟a yang telah ditentukan, secara bersama-sama kemudian ustadzustadzah meriview pelajaran sebelumnya dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada santri, setelah proses tanya- jawab tersebut, kemudian para santri membaca bersama-sama materi biasa disebut pada lingkungan pesantren dengan “lalaran”. Pesantren al-Hamidiyah juga mengembangkan metode pembelajarannya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Metode ini dilakukan dengan memanfaat komputer dan internet, hal ini terlihat dari beberapa kegiatan pembelajaran dan pelatihan- pelatihan, seperti pelatihan internet sebagai wahana syi ‟ar digital dari santri Madrasah Aliyah dan tampil langsung didepan kamera baik sebagai MC atau sebagai penceramah di salah satu stasiun TV Indonesia. Upaya ini dilakukan agar santri dapat mempelajari praktek langsung dalam melakukan syi‟ar Islam kelak di hadapan masyarakat. Sebagaimana terlihat pada gambar-gambar di bawah ini: Gambar 4.1 Pelatihan Internet Pesantren al-Hamidiyah Sumber: Dokumentasi Pesantren al-Hamidiyah Gambar 4.2 Syuting Live di Stasiun TV Sumber: Dokumentasi Pesantren al-Hamidiyah d. Komponen Evaluasi Kurikulum Upaya pengembangan komponen evaluasi kurikulum yang dilakukan oleh Pesantren al-Hamidiyah, yakni dengan mengevaluasi seluruh kegiatan. Pada kegiatan pembelajaran Kajian Islam dibagi menjadi tiga bagian, yaitu evaluasi pembelajaran al- Qur‟an, evaluasi pembelajaran kitab salaf, dan evaluasi pembelajaran Bahasa Arab. Adapun langkah-langkah yang dilakukan diantaranya, yaitu: 1 Evaluasi Penilaian Hasil Pembelajaran al-Qur‟an sebagaimana terdapat dalam Buku Laporan Hasil Rapat Kerja Kajian Islam dan Asrama 2016: 3 a Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM: Bagi santri yang belum mahir dalam membaca al- Qur‟an nilai KKM 60 dan bagi santri yang sudah mahir nilai KKM 70. b Prosedur Penilaian Hasil Belajar: Melakukan ulangan harian minimal 3X, Ulangan Tengah Semester UTS dan Ulangan Akhir Semester UAS c Teknik dan Instrumen Penilaian Hasil belajar: bagi santri yang kurang lancar dan kurang benar bacaannya rentang nilainya adalah 40-50, santri yang lancar tapi kurang benar bacannya rentang nilainya adalah 60-70, dan santri yang lancar dan benar bacaannya rentang nilainya adalah 80-90 d Penentuan Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan Diputuskan berdasarkan hasil rapat guru dan disahkan oleh ketua dan disetujui oleh pemimpin atau kepala kajian Islam. 2 Evaluasi Penilaian Hasil Pembelajaran Kitab Salaf sebagaimana terdapat dalam Buku Laporan Hasil Rapat Kerja Kajian Islam dan Asrama 2016: 7-8 a Menentukan KKM: membuat daftar Kriteria Ketuntasan Minimal KKM b Prosedur Penilaian Hasil belajar: - Mengadakan ulangan harianLembar Kerja Santri LKS baik tertulis maupun praktek - Mengadakan evaluasi belajar UTS dan UAS baik tertulis maupun praktek - Mendeteksimemeriksa kitab-kitab santri pada setiap bulan c Teknik dan instrument penilaian hasil belajar - Menentukan persen untuk hasil belajar harian, UTS maupun UAS harian 30, UTS 30 dan UAS 40 - Masing-masing ustadz menentukan instrument penilaian sesuai dengan mata pelajarankitab yang diampu baik tulis maupun praktek d Menentukan Kriteria kenaikan kelas dan kelulusan: seorang santri dapat dinyatakan naik kelas kajian Islam apabila: - Nilai rata-rata mencapai 60 - Nilai pelajaran al-Qur‟an dan bahasa Arab mencapai minimal 60 - Santri tidak dapat memenuhi kriteria tersebut di atas maka yang bersangkutan tidak naik kelas kajian Islam dan diberi kesempatan yang mengulang sekali lagi di kelas yang sama e Pelaporan hasil penilaian rapot - Memastikan santri mengambil rapot kajian Islam - Nilai hasil ujian diserahkan kepada panitia seminggu setelah ujian 3 Evaluasi Penilaian Hasil Pembelajaran Bahasa Arab dengan membuat format penilaian dan menentukan Kriteria Ketuntasan Minimum atau KKM santri sebagaimana terdapat dalam Buku Laporan Hasil Rapat Kerja Kajian Islam dan Asrama 2016: 13 a Format penilaian lisaninteraktif untuk ulangan harian dan semester b Format penilaian tertulislatihan soal tulisan untuk ulangan harian dan semester c Format penilaian daftar nilai harianbulanansemester Tabel 4.12 DAFTAR KKM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB KAJIAN ISLAM PESANTREN AL-HAMIDIYAH NO. MATERI KKM 1 DURUS AL-LUGHAH 6,5 2 MUTALAAH 6,6 3 IMLA‟ 6,6 4 NAHWU 6,5 5 SARAF 6,3 6 MUHADATSAH 6,6 7 TAMRINAT 6,5 8 MAHFUZAT 6,6 Sumber: Buku Laporan Hasil Rapat Kerja Kajian Islam dan Asrama 2016:14 Tabel di atas menunjukkan bahwa santri dalam pembelajaran bahasa Arab nilai- nilai minimal yang telah ditentukan tersebut harus dicapai, kemudian apabila nilai santri kurang dari batas nilai tersebut maka santri akan diberikan kesempatan untuk melakukan remedial dan apabila setelah dilakukan remedial nilai masih belum mencukupi maka santri tidak naik kelas dan diberikan kesempatan untuk mengulang sekali lagi di kelas yang sama. Hal ini kemungkinan terjadi pada pelaksanaan pembelajaran sistem marhalah, terlihat pada ketentuan sistem penempatan kelas yang disesuaikan dengan kemampuan santri. Namun, hal ini jarang terjadi pada sistem tingkat kelas, pada system ini santri diupayakan untuk mencapai nilai ketuntasan dengan memberikan pembelajaran tambahan dan kesempatan remedial bagi santri yang belum mencapai nilai KKM dan terlihat juga berdasarkan rekap nilai yang dimiliki guru rata-rata santri adalah mencapai nilai ketuntasan dan naik kelas.

C. Analisis Pengembangan Kurikulum KeagamaanKajian Islam Pesantren al-

Hamidiyah Kurikulum yang digunakan pada Pesantren Al-Hamidiyah adalah seluruh pengalaman belajar santri yang terdiri dari beberapa materi keagamaan yang bersumber pada al- Qur‟an dan Hadits ditambah dengan kitab-kitab salafkuning dan pengalaman- pengalaman belajar lain berupa praktek-praktek dari teori-teori yang diajarkan dan praktek kehidupan bermasyarakat, baik sesama teman di asrama ataupun terhadap para guru dan pembimbingpengawas asrama. Jadi, dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan santri adalah pengalaman belajaran yang seluruhnya merupakan bagian dari kurikulum itu sendiri. Kurikulum sebagai pengalaman belajar juga diungkapkan oleh beberapa ahli. Menurut Arifin, 2013: 5 kurikulum diartikan sebagai semua kegiatan dan pengalaman belajar serta “segala sesuatu” yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik, baik di sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Segala sesuatu yang dimaksud di sini merupakan hidden curriculum kurikulum tersembunyi, misalnya fasilitas sekolah, lingkungan yang aman, suasana keakraban, kerja sama yang harmonis dan sebagainya yang dinilai turut mendukung keberhasilan pendidikan. Pengertian kurikulum tersebut hampir sama dengan pendapat Dewey‟s sebagaimana dikutip oleh Ornstein dan Hunkins 2009: 10, yaitu “curriculum is all the experiences children have under the guidance of teachers”. Pesantren al-Hamidiyah dalam mengembangkan dan merubah kurikulum keagamaannya mempertimbangkan beberapa hal yang berkaitan dengan kurikulum, baik landasan kurikulum, prinsip kurikulum, komponen-komponen kurikulum, dan pendekatan kurikulum, model pengembangan kurikulum itu sendiri.

1. Landasan Filosofi, Psikologi, Sosiologi, dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan