Prinsip Fleksibelitas, Relevansi dan Kontinuitas

2. Prinsip Fleksibelitas, Relevansi dan Kontinuitas

Dalam pengembangan kurikulum dapat dilakukan atas dasar beberapa prinsip pengembangan kurikulum, prinsip tersebut salah satunya adalah prinsip flesibelitas. Menurut Sukmadinata 2012: 151 prinsip fleksibelitas dalam pengembangan kurikulum, yaitu kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Sukiman 2015: 38 menambahkan bahwa fleksibelitas yang dimaksud, yaitu fleksibelitas bagi peserta didik dalam wujud kebebasan dalam memilih program pendidikan, dan fleksibelitas bagi guru adalah dalam bentuk pengembangan program pembelajaran. Pesantren al-Hamidiyah sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya telah melakukan pengembagan kurikulum keagamaannya, langkah tersebut dilakukan berdasarkan prinsip fleksibelitas. Prinsip fleksibelitas ini diwujudkan oleh Pesantren al-Hamidiyah dengan pembuka tiga program jurusan pada Madrasah Aliyah, kaitannya dengan kurikulum keagamaan, yaitu bagi santri yang memilih salah satu program keagamaan berdasarkan minat dan kemampuan, pihak pengelola pesantren memberikan solusi untuk mereka dengan cara memberikan bobot materi yang berbeda- beda, seperti bagi santri yang mimilih program IPAIPS diberikan bobot materi yang lebih ringan dibandingkan dengan santri yang memilih program Keagamaan. Langkah tersebut di atas, dilakukan atas dasar bahwa santri pada kelompok program IPAIPS memiliki beban yang lebih banyak pelajaran non agama yang tentunya akan semakin memberatkan jika diberikan materi keagamaan yang sama beratnya, alasan lain yakni santri pada kelompok program ini memang tidak memiliki orientasi khusus dalam mendalami bidang keagamaan. Sedangkan, pada santri kelompok program keagamaan memang memiliki bakat dan minat untuk ahli dalam bidang keagamaan. Namun, bukan berarti santri program IPAIPS tidak unggul dalam bidang keagamaan, sebagai contoh menurut Kepala Madrasah Aliyah Suyatno, S.Si, M.Pd berdasarkan hasil wawancara pada 18 November 2016, ada juga santri pada kelompok program IPAIPS kemampuannya melebihi santri program keagamaan seperti dalam bidang tahfidz al- Qur‟an. Solusi yang diberikan oleh Pesantren al-Hamidiyah agar santri tetap mendapatkan haknya yakni mendapatkan berbagai keilmuan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan mereka, yakni dengan membekali seluruh santri dengan memberikan teori dan praktek ilmu keagamaan dan umum. Pesantren al-Hamidiyah selain mempertimbangkan pengembangan kurikulum keagamaan berdasarkan prinsip fleksibelitas juga mempertimbangan pengembangan kurikulum berdasarkan prinsip relevansi. Menurut Sukiman 2015: 35, relevansi kurikulum adalah adanya hubungan, kaitan, kesesuaian atau keserasian antar unsur-unsur kurikulum itu sendiri dan antara isi kurikulum dengan tuntutan dan kebutuhan hidup yang ada dimasyarakat. Prinsip relevansi dipertimbangkan berdasarkan tuntutan dan kebutuhan para santri yang pada umumnya akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ke perguruan tinggi yang pada umumnya perguruan tinggi yang menuntut kemampuan bahasa Arab dan tahfidz al- Qur‟an seperti Universitas Islam Negeri dan Universitas luar Negeri KairoMesir. Untuk itu Pesantren al-Hamidiyah memberikan pendalaman ilmu keagamaan dalam bidang tersebut. selain itu juga ditambah dengan materi-materi kitab salaf sebagai ciri dari Pesantren al-Hamidiyah yang bersifat sebagai pesantren kombinasi, yakni salaf modern. Selain prinsip fleksibelitas dan relevansi Pesantren al-Hamidiyah juga mempertimbangkan pengembangan kurikulum keagamaannya berdasarkan prinsip kontinuitas. Prinsip kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menunjukkan adanya saling terkait antara tingkat pendidikan, jenis program pendidikan, dan bidang studi. Menurut Idi 2010: 182 minimal ada dua kesinambungan dalam pengembangan kurikulum ini, yaitu: a. Kesinambungan di antara berbagai tingkat sekolah, dalam hal ini Pesantren al- Hamidiyah menerapkan materi keberlanjutan antara materi yang diberikan pada santri MTs kelas VIII dan kelas IX yang dapat dilihat dari contoh silabus yang ada di atas, walaupun masih menggunakan sumber materi dari kitab salafkuning yang sama, namun dengan materi yang berbeda. Santri kelas VIII diberikan materi untuk mengenal aqidah Islamiyah, sifat-sifat wajib bagi Allah, kemudian mengimani Malaikat, Kitab-kitab dan Rasul-rasul Allah dan pada kelas IX materi berlanjut pada pemahaman keistimewaan Nabi Muhammad SAW, mengetahui lebih jauh sirah perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, mengimani hari akhir, seputar alam barzah dan dapat mengimani terhadap qada dan qadar. Pada masing-masing tingkat kelas tidak terjadi tumpang tindih materi. b. Kesinambungan di antara berbagai bidang studi, dalam hal ini kesinambungan dari bidang studi terlihat pada perbedaan materi yang diberikan pada santri baru kelas VII dengan tingkat kelas lainnya, materi yang diberikan menekankan pembelajaran pada kelompok pembelajaran al- Qur‟an, hal ini dimaksudkan agar santri baru dapat membaca al- Qur‟an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid terlebih dahulu sebelum mempelajari kitab salafkuning dan nahwu saraf pada tingkat selanjutnya dikarenakan materi pembelajaran tersebut membutuhkan kemahiran dalam membaca dan tulis al- Qur‟an dalam bahasa Arab.

3. Komponen-komponen Kurikulum KeagamaanKajian Islam al-Hamidiyah