Tanggapan Terhadap Film Hijab

59 Bukan hanya soal itu, film Hanung juga dianggap memojokkan dunia pesantren lantaran menggambarkan pendidikan itu sebagai lembaga yang kolot, ant iperubahan, dan tertutup. PBNU sendiri sampai menyatakan keprihatinan atas film Perempuan Berkalung Sorban. Pesantren dalam film tersebut digambarkan sangat tidak sesuai dengan realitas, sebagai institusi pendidikan agama yang kolot, anti perubahan dan tertutup, kata Sekjen PBNU Endang Turmudi yang dikutip situs resminya. Ia mengaku kecewa, karena sekalinya pesantren dimunculkan dalam film, citranya justru negatif. Meski protes dilayangkan, film tetap ditayangkan dan banyak yang menonton. b. ? Tanda Tanya Tema pluralisme yang dihadirkan Hanung lewat film Tanda Tanya ? justru ditentang sebagian kalangan. Film Tanda Tanya ? sempat heboh karena Front Pembela Islam FPI bersuara keras terhadapnya. FPI menyebut film Tanda Tanya ? menyesatkan, dan mengharamkan umat Islam menontonnya karena berisi ajaran liberal. Namun, Hanung menanggapi santai protes itu. Ia merasa filmnya tidak menyesatkan. Apalagi Tanda Tanya ? diapresiasi di luar negeri. Hanung didukung oleh, salah satunya, Yenny Wahid yang merupakan putri mendiang Gus Dur. Kata Yenny, film Hanung menyampaikan ide-ide pluralisme di Indonesia. Beberapa poin menjadi latar belakang FPI menolak Tanda Tanya ?. Dengan tokoh yang berlatar agama berbeda namun tersimpul menjadi satu 60 konflik, Tanda Tanya ? dianggap menebarkan paham bahwa Islam bukan agama nan suci. Salah satunya, ada tokoh Menuk Revalina S. Temat yang dikisahkan berjilbab namun bekerja di restoran yang menjual babi. Dirilis tahun 2011, film Tanda Tanya ? menampilkan Reva, Reza Rahadian, Agus Kuncoro, Endhita, Rio Dewanto, Glenn Fredly, dan Hengky Solaiman dalam satu panggung. Masing-masing memerankan tokoh dengan karakter yang berbeda, bukan hanya sosoknya tetapi juga agamanya. Hanung memang memfokuskan film Tanda Tanya ? pada toleransi antaragama di Indonesia. Itu terwakili lewat keluarga Hengky dan Rio yang beragama Budha, Reza dan Reva yang beragama Islam, dan Endhita yang beragama Katolik. Masing-masing punya konflik, dan sesekali bersinggungan. Film Tanda Tanya ? bisa tetap beredar, setelah Hanung mendatangi MUI dan beberapa adegan film dipotong. c. Cinta Tapi Beda Dua tahun setelah merilis film Tanda Tanya ?, Hanung kembali memunculkan film yang kontroversial. Kali ini mengisahkan pasangan yang lagi-lagi berbeda agama. Adalah Cahyo Reza Nangin yang menjalin cinta dengan Diana Agni Pratistha, meski berbeda agama dan latar belakang budaya. Cahyo adalah seorang Jawa yang berasal dari keluarga muslim yang taat beribadah. Sementara Diana, mahasiswa jurusan seni tari yang 61 merupakan Katolik taat. Di Jakarta, ia tinggal bersama paman dan bibiya. Sedangkan kedua orangtuanya, menetap di Padang, Sumatera Barat. Cinta Cahyo dan Diana sampai ke ujung pelaminan, namun tidak direstui orang tua kedua belah pihak. Hanung sebenarnya bukan berlaku sebagai sutradara utama dalam film itu, namun namanya tetap ada di poster. Ia sudah memperingatkan produser Raam Punjabi soal bahayanya menyebut nama Hanung untuk film bertema agama. Benar saja. Cinta Tapi Beda memang sempat bertengger di bioskop. Namun hanya beberapa hari. Selanjutnya diprotes. Masyarakat Minangkabau melaporkan Hanung ke Polda Metro Jaya dengan tudingan Pasal 156 KUHP Jo Pasal 4 dan 16 UU. N0. 402008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Hanung dianggap menanamkan kebencian terhadap salah satu suku, etnis, agama, dan golongan dalam wilayah hukum Indonesia, yakni Minangkabau. Mereka tersinggung lantaran masyarakat Minangkabau identik dengan Islam. Hanung mengklarifikasi bahwa pihaknya tak menyebut Diana gadis Minang.Ia hanya digambarkan memakai kalung salib dan makan babi rica-rica. Meski antusiasme terhadap filmnya besar, Hanung akhirnya memutuskan menarik Cinta Tapi Beda. d. Soekarno: Indonesia Merdeka Belum lagi rampung diproduksi, film garapan Hanung yang satu ini sudah menuai kontroversi. Namun, kali ini bukan soal isu agama yang diembuskan dalam film. Melainkan, konflik internal soal bagaimana 62 Hanung mengambil sudut pandang dalam memfilmkan Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno melalui sosok Ario Bayu. Rachmawati Soekarnoputri, putri Bung Karno melayangkan somasi karena merasa produksi film yang digarap Hanung cacat. Ada poin-poin perjanjian yang menurutnya disalahi. Rachma menganggap, sosok Soekarno yang ditampilkan dalam film itu tak sesuai fakta, baik penokohannya maupun alur cerita. Rachma tak setuju tentang bagaimana Soekarno memandang perempuan. Ia digambarkan bermain dengan perempuan yang lebih muda, yakni Fatmawati Tika Bravani, di saat memiliki istri, Inggit Harnasih Maudy Koesnaedy. Soekarno juga digambarkan tunduk pada Jepang, terlihat dari adegan ia ditodong senjata. Bukan hanya itu, Rachma bahkan kurang setuju dengan pemilihan Ario Bayu memerankan sosok ayahnya. Menurutnya, Ario hanya anak muda yang kebanyakan tinggal di luar negeri dan tak tahu sejarah bangsanya sendiri. Rachma menganggap, dengan disalahinya beberapa poin perjanjian, kerja sama dirinya dengan Multivision Pluspun batal. Namun faktanya, Hanung tetap melanjutkan produksi film. Rachma pun melayangkan somasi. Soekarno: Indonesia Merdeka pun sampai dimejahijaukan. 63

D. Produksi Film Hijab

1. Sutradara Film Hijab Setiawan Hanung Bramantyo atau yang biasa kita kenal dengan Hanung Bramantyo lahir di Yogyakarta, 1 Oktober 1970 adalah salah satu sutradara yang berasal dari Indonesia. Ia adalah anak dari pasangan H. Salim Poernomo dan Mulyani. Kiprah Hanung Bramantyo sebagai sutradara film mulai mencuri perhatian publik di tahun 2004 saat menghasilkan film romantis yaitu Brownies. Setelah itu, ia semakin giat menyalurkan karya-karyanya seperti film Catatan Akhir Sekolah, Jomblo, Lentera Merah, Get Married, Ayat-ayat Cinta, Perempuan Berkalung Sorban, hingga Sang Pencerah. Film-film yang ia sutradarai cukup beragam mulai dari film remaja, komedi romantis, drama reliji bahkan horor. Festival Film Indonesia 2005, ia terpilih sebagai Sutradara Terbaik lewat film arahannya yaitu Brownies untuk Piala Citra - film layar lebar. Ia juga dinominasikan sebagai Sutradara Terbaik untuk film televisi cerita lepasnya yaitu Sayekti dan Hanafi, akan tetapi yang mendapatkan penghargaan adalah Guntur Soehardjanto. Pada Festival Film Indonesia 2007, ia kembali terpilih sebagai Sutradara Terbaik melalui film Get Married. Hanung bisa dikatakan sebagai salah satu sutradara yang aktif memproduksi karya-karya yang bersentuhan dengan nuansa Islam. Sebut saja karyanya yang berjudul Ayat-Ayat Cinta. Film yang diproduksi tahun 64 2008 ini mendapat antusias luar biasa hingga mencapai 3,58 juta penonton. Tidak berhenti di situ, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono SBY dan beberapa pejabat negara turut menonton film tersebut. 9 Hanung Bramantyo ternyata pernah kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia namun ia tidak menyelesaikannya. Setelah itu ia pindah mempelajari dunia film di Jurusan Film Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta IKJ. Pada tahun 2008, film arahan Hanung berjudul Ayat-ayat Cinta 2008 yaitu sebuah film religi yang diangkat dari novel sukses karya Habiburrahman El Shirazy ternyata sukses besar di pasaran. Di dalam film itu, Hanung mengajak Fedi Nuril, Rianti Cartwright, Carissa Putri, Zaskia A Mecca,dan Putri Indonesia 2002, Melanie Putri membintangi film yang juga sukses diputar di Malaysia dan Singapura itu. Pada tahun 2010, Hanung membuat film berjudul Sang Pencerah yang menceritakan tentang pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.Film ini bahkan sempat dinominasikan sebagai film terbaik dalam Festival Film Indonesia 2010. Namun sayang, film bermodal milyaran rupiah itu gagal meraih piala citra karena terjadi perbedaan pandangan antara dewan juri FFI Festival Film Indonesia, yang akhirnya menobatkan film komedi romantis berjudul 3 Hati, 2 Dunia, 1 Cinta sebagai film terbaik. 9 Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia Jakarta: FFTV- IKJ Press, 2013, h. 386. 65 Dari banyaknya karya Hanung, ternyata ia juga mengarahkan film yang berjudul „Tingkling Glass‟ yang berhasil meraih Juara III Bronze 11 th Cairo International Film Festival CIFF 10 Category TV Program di Mesir. Terkait kehidupan pribadinya, Hanung pernah menikah dengan Yanesthi Hardini dan dikaruniai seorang putra bernama Barmastya Bhumi Brawijaya namun bercerai. Ia kemudian menikah lagi dengan aktris Zaskia Adya Mecca dan dikarunia dua orang putri bernama Kana Sybilla Bramantyo dan Kala Madali Bramantyo. a. Karya-Karya Hanung Bramantyo Hanung Bramantyo sebagai sutradara film Indonesia sudah banyak menghasilkan banyak karya. Berikut ini merupakan karya-karya Hanung Bramantyo adalah sebagai berikut: 1. Film Pendek 1. When 2003 2. JK 2009 2. Film Televisi 1. Sayekti dan Hanafi 2005 3. Film Layar Lebar 1. Topeng Kekasih 2000 10 Festival Film Internasional Kairo bahasa Arab: جر م ةره ق لا ي ئ ن ي س لا ي ل د لا adalah sebuah festival film tahunan yang diadakan diKairo, Mesir. Acara tersebut didirikan pada 1976 dan merupakan festival film internasional pertama yang diadakan di dunia Arab. Acara tersebut diadakan setiap tahun sejak pembentukannya., kecuali pada tahun 2011 dan 2013, ketika acara tersebut dibatalkan karena keterbatasan biaya dan ketidakstabilan politik.Daily News Egypt,The trouble with the Cairo International Film Festival. Diakses tanggal 18 Juli 2016, Pukul 13.00 WIB 66 2. Gelas-Gelas Berdenting 2001 3. Brownies 2004 4. Catatan Akhir Sekolah 2005 5. Jomblo 2006 6. Lentera Merah 2006 7. Kamulah Satu-Satunya 2007 8. Legenda Sundel Bolong 2007 9. Get Married 2007 10. Ayat-Ayat Cinta 2008 11. Doa Yang Mengancam 2008 12. Perempuan Berkalung Sorban 2009 13. Get Married 2 2009 14. Menebus Impian 2010 15. Tendangan dari Langit 2010 16. Sang Pencerah 2010 17. ? tanda Tanya 2011 18. Pengejar Angin 2011 19. Perahu Kertas 2012 20. Cinta Tapi Beda 2012 21. Perahu Kertas 2 2013 22. Gending Sriwijaya 2013 23. Soekarno: Indonesia Merdeka 2013 24. 2014 2014