55
muslimah selangkah lebih baik dan lebih dekat kepada Allah, dan bagaimana peran suami mau pun istri yang seharusnya dapat saling mendukung.
B. Sinopsis Film Hijab
Adegan  diawali  dengan  tiga  orang  muslimah  yang  sedang  membuat video  rekaman  perjalanan  mereka  membangun  bisnis  busana  muslimah.
Mereka memulainya
dengan menceritakan
alasan masing-masing
menggunakan hijab. Hingga akhirnya ketiga muslimah ini memutuskan untuk menikah, lalu menjadi ibu rumah tangga dengan profesi pasangan hidup yang
beragam. Di  tengah  perjalanan  pernikahan,  mereka  berinisiatif  untuk  memiliki
usaha sendiri yang bisa diatur dari rumah. Tujuannya adalah untuk menambah penghasilan  sendiri  dan  membantu  keluarga.  Dari  sana  terciptalah  ide  bisnis
fesyen  muslimah.  Mereka  menjalankan  bisnis  ini  secara  diam-diam,  tanpa sepengetahuan para suami.
Bisnis  tersebut  dikarenakan  pada  saat  arisan  bersama,  Gamal  suami Sari  menyindir  dengan  kalimat  “semua  arisan  ibu-ibu  sebenarnya  arisan
suam i,  karena  duitnya  dari  Suami”.  Karena  perkataan  Gamal  tersebut  Tata
merasa  terusik  yang  kemudian  mengajak  sahabatnya  untuk  menggugat ucapan Gamal dengan cara kembali  menjadi  perempuan mandiri  seperti  saat
mereka masih lajang. Tidak disangka, Sari menyambut dengan antusias. Bia, Tata  dan  Anin  pun  demikian.  Akhirnya  secara  diam-diam  mereka  bekerja
dengan memulai bisnis  fesyen hijab secara online. Bia menjadi  desainernya, Sari yang mengelola keuangan, Tata dan Anin menjadi marketingnya.
56
Pada  mulanya  mereka  membuka  bisnis  secara  online.  Tak  disangka, tanggapan  masyarakat  sangat  bagus.  Setelah  mendapatkan  pinjaman  modal,
kemudian  mereka  memutuskan  untuk  membuka  butik.  Perkembangan  butik pun  semakin  pesat.  Konflik  mulai  memuncak  ketika  para  suami  akhirnya
mengetahui  kesibukan  para  istri.  Adanya  perbedaan  pendapatan  yang  jauh antara suami dan istri turut memicu terjadinya konflik.
C. Tanggapan Terhadap Film Hijab
Setelah ditayangkan serentak di  berbagai  bioskop Tanah Air pada 15 Januari  2015,  film  Hijab  menuai  kontroversi.Salah  satunya  kritik  yang
dilontarkan  Hanum  Rais  pada  akun  media  sosial  medsos  Facebook miliknya.  Penulis  buku  Berjalan  di  Atas  Cahaya  dan  99  Cahaya  di  Langit
Eropa  itu  bahkan  menuding  sang  sutradara  sebagai  anggota  Jaringan  Islam Liberal  atau  JIL.
4
Berikut  pernyataan  Hanum  Rais, “Bagaimana  mungkin
yah,  judulnya  Hijab  tetapi  menyatiri,  mengkomikalisasi  orang  berkerudung jika  tak  boleh  mengatakan  menyinyiri  orang-orang  yang  memakai  hijab
sebagai  transformasi  keterpaksaan,  pemaksaan  kehendak  suami,  atau sekedar fesyen tren, dan mengelak dari realita bahwa sebagian besar orang
berjilbab karena keteguhan hati akan perintah agama bukan yang lain”.
5
4
Jaringan  Islam  Liberal  JIL  adalah  sebuah  pemikiran  yang  sifatnya  liberal,  yang  menurut mereka tidak terpaku dengan teks-teks agama Al Quran dan Hadis, tetapi lebih terikat dengan nilai-
nilai  yang  terkandung  dalam  teks-teks  tersebut.  Dalam  implementasinya  pemikiran  ini  dapat  disebut meninggalkan teks sama sekali, dan hanya menggunakan rasio dan selera belaka. Di Indonesia tokoh
JIL salah satunya Ulil Abshar Abdalla.
5
“Kritik  Film  Hijab  Anak  Amien  Rais  Tuding  Hanung  JIL”,  Merdeka  Online,  22  Januari 2015, diakses pada 14 Juli 2016 dari http:www.merdeka.comperistiwakritik-film-hijab-anak-amien-
rais-tuding-hanung-bramantyo-jil.html,
57
Tidak sampai Hanum Rais, kritik terhadap film ini pun bergulir pada Asmanadia,  penulis novel dan cerpenis Indonesia  yang  karyanya  banyak
diadopsi menjadi film. Asma melalui akun twitternya menkritik sikap Gamal al Rasyid diperankan Mike Lucock suami dari Sari Gumilang Zaskia Adya
Mecca  yang  melarang  istrinya  bekerja,  dan  mengatakan  bahwa  Islam mengharamkan  seorang  istri  bekerja.  Padahal  menurut  Asma,  Siti  Khadijah
yang merupakan Istri Nabi Muhammad SAW adalah seorang pengusaha yang sukses.
6
Namun tidak semua komentar terhadap film tersebut bernada negatif. Komentar positif datang dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
yang  juga  Ketua  Umum  Majelis  Ulama  Indonesia  MUI  Din  Syamsuddin, mengomentari film Hijab karya Hanung Bramantyo yang diputar pada Senin,
19  Januari  2015,  di  Pondok  Indah  Mall,  Jakarta  Selatan.  Film  ini  bagus, dikemas  baik  dengan  memberikan  pesan  moral,  katanya.   Ia  juga
menyatakan Hijab layak  ditonton.  Tergantung  penilainya.  Saya  tahu  Mas Hanung  punya  visi  tentang  seni  film  kontemporer  yang  mengemas  cerita
tentang  masyarakat  Islam,  khususnya  kalangan  menengah-atas  yang  sedang tertarik  dengan  hijab,  kata  Din  Syamsudin.  Ia  sedikit  mengkritik  film  ini
karena pesan agamanya kurang banyak.
7
6
“Inilah Catatan Kritis Asma Nadia Soal Film Hijab Karya Hanung Bramantyo”, Harsindo Online,  27  Januari  2015,  diakses  pada  16  Juli  2016    dari  http:www.harsindo.com201501inilah-
catatan-kritis-asma-nadia-soal-film-hijab-karya-hanungbramantyo.html,
7
“Din Syamsuddin Komentari Film Hijab”, Tempo Online, 20 Januari 2015, diakses pada 16 Juli  2016  dari  https:m.tempo.coreadnews20150120111636184din-syamsuddin-komentari-film-
hijab
58
1. Riwayat Kontroversi Film Hanung Bramantyo
Bukan  hanya  pada  film  Hijab  Hanung  terbelit  isu  kontroversi. Sebelumnya, beberapa filmnya juga pernah diprotes karena alasan agama,
budaya,  maupun  yang  lain.  Berikut  rangkuman CNN  Indonesia tentang riwayat kontroversi film yang dirilis Hanung Bramantyo.
8
a. Perempuan Berkalung Sorban
Saat  belum  banyak  sutradara  mengambil  latar  atau  tema  pesantren untuk  dimasukkan  dalam  film,  Hanung  sudah  mengambil  langkah  itu.
Tahun  2009,  ia  membuat  film Perempuan  Berkalung  Sorban yang berkisah  soal  anak  kiai  terpandang  yang  menikah  dengan  putra  kiai  dari
pesantren  tetangga.  Pernikahan  itu  membawa  petaka.  Sang  putra  kiai, yang  diperankan Reza  Rahadian,  ternyata  bersikap  kasar  terhadap
istrinya,  yang  dimainkan  oleh Revalina  S.  Temat.  Ia  juga  digambarkan suka mabuk-mabukan serta main perempuan.
Hanung  bahkan  telah  berani  memunculkan  isu  poligami  dalam  film itu.Ia  pun  langsung  diprotes.  Penyunting  novel  berjudul  serupa, Hindun
Anisah merasa  Hanung  gagal  menyampaikan  konten  substansial  dari novelnya.  Hanung  justru  menonjolkan  kekerasan  dalam  rumah  tangga.
Sebetulnya,  kata  Hindun  yang  dikutip  situs  resmi  NU,  novel  Perempuan Berkalung  Sorban  menonjolkan  pergulatan  wacana  tentang  teks  agama
Islam, yang berkaitan dengan hubungan lelaki dan perempuan.
8
“Riwayat  Kontroversi  Film-Film  Hanung  Bramantyo”,  CNN  Indonesia,  23  Januari  2015, diakses  pada  16  Juli  2016  dari  http:www.cnnindonesia.comhiburan20150123133015-220-
26838riwayat-kontroversi-film-film-hanung-bramantyo2