Film Konflik Identitas Peran Muslimah Dalam Keluarga (Analisis Naratif Pada Film Hijab Karya Hanung Bramantyo)

30 yakni, naratif cerita dan non-naratif non cerita. 43 Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas sementara film dokumenter dan eksperimental tidak memiliki struktur naratif. Film dokumenter yang memiliki konsep realism nyata berada di kutub yang berlawanan dengan film eksperimental yang memiliki konsep formalism abstrak. Berikut penjelasan jenis-jenis film. Film Dokumenter adalah film yang menyajikan cerita nyata dan dilakukan pada lokasi yang sesungguhnya. 44 Istilah “dokumenter” pertama digunakan dalam resensi film „Moana‟ 1926 oleh Robert Flaherty, ditulis oleh “The Moviegoer”, nama samaran John Grierson, di New York Sun pada tanggal 8 Februari 1926. 45 Definisi menarik diungkapkan Bordwell dan Kristin. Menurutnya, bahwa inti dari film dokumenter adalah untuk menyajikan informasi yang faktual tentang dunia di luar film itu sendiri. Bedanya dengan fiksi adalah dalam pembuatannya tidak ada rekayasa baik dari tokohnya manusia, ruang tempat, waktu dan peristiwa. 46 Dengan demikian, film dokumenter bisa dikatakan sebagai sebuah film yang menyajikan fakta berhubungan dengan orang-orang, tokoh, 43 David Bordwell and Kristin Thompson, Film Art : An Introduction.9 th ed New York: McGraw-Hill, 2010, h. 56-57. 44 Heru Effendy, Mari Membuat Film: Paduan Menjadi Produser Jakarta: Erlangga, 2009, h. 3. 45 Ann Curthoys and Marilyn Lake, Connected worlds: history in transnational perspectiveCanberra : ANU E Press, 2005, h. 57. 46 David Bordwell and Kristin Thompson, Film Art: An Introduction 5 th ed New York: McGraw-Hill, 1997, h. 109. 31 peristiwa, dan lokasi yang nyata. Selain itu film dokumenter juga dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, politik propaganda, dan lain-lainnya. Gaya dan bentuk film dokumenter memang lebih memiliki kebebasan dalam bereksperimen meskipun isi ceritanya tetap berdasarkan sebuah peristiwa nyata apa adanya. Ketika teknologi audio-visual berkembang salah satunya muncul televisi, maka gaya dokumenter pun ikut berkembang dalam berbagai macam gaya dan bentuk. Karena produksi program televisi bertujuan komersial seperti halnya barang dagangan, para dokumentaris pun mencoba segala macam cara sehingga ada pula yang mengesampingkan metode dasar bertutur film dokumenter. Anton Mabruri 2009 membagi jenis dokumenter menjadi 3 kategori. Pertama, film dokumenter. Umumnya film dokumenter berdurasi panjang dan diputar di bioskop atau pada festival. Film dokumenter lebih bebas menggunakan semua type shot, serta tidak ada unsur rekayasa dalam pembuatannya, seperti tempat, peristiwa, tokoh dan lain sebagianya. Kedua, dokumenter televisi. Dokumenter ini menggunakan tema atau topik tertentu. Disuguhkan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi kadang dengan voice over 47 , menggunakan wawancara, juga ilustrasi musik sebagai penunjang gambar visual. Ketiga, dokumenter seri televisi. Format ini 47 Voice Over VO adalah suara dari announcer atau penyiar untuk mendukung isi cerita namun tidak tampak di layar televisi. VO biasanya digunakan untuk kebutuhan jurnalistik di televisi maupun radio. 32 merupakan suguhan dokumenter berdurasi panjang, dibagi dalam beberapa sub tema atau episodeseri. Umumnya tema program dokumenter seri adalah mengenai sejarah, ilmu pengetahuan, potret, yang terkadang dikemas dengan menggunakan gaya bertutur perbandingan dan kontradiksi. 48 Heru Effendi 2009 menambahkan dokudrama sebagai salah salah satu jenis dokumenter. Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Selain itu, dalam proses produksinya dokudrama membutuhkan pengadegan. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap jadi pakem pegangan. 49 Di dalam bukunya, Dokumenter dari Ide sampai Produksi, Gerzon R Ayawalia 2008 menyebutkan ada empat alasan yang menerangkan bahwa film dokumenter adalah film nonfiksi: Pertama, setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Bila pada film fiksi latar belakang setting 50 adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus spontan otentik dengan situasi dan kondisi asli apa adanya. Kedua, yang dituturkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata realita, sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan imajinatif. Bila film 48 Anton Mabruri KN, Penulisan Naskah Televisi: Format Acara Nondrama, News Sport Depok: Mind 8 Publishing House, 2009, h. 64-68. 49 Heru Effendi, Mari Membuat Film: Paduan Menjadi Produser, h. 3. 50 Setting merupakan istilah dalam produksi film untuk konstruksi panggung suara atau eksterior yang dibangun untuk memunculkan hal yang diperlukan cerita, misalnya sebuah kantor, dapur, rumah, kastil, atau medan pertempuran. 33 dokumenter memiliki interpretasi kreatif, maka dalam film fiksi yang dimiliki adalah interpretasi imajinatif. Ketiga, sebagai sebuah film nonfiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya, dan Keempat, apabila struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi pemaparan. 51 Film Fiksi, adalah adalah sebuah genre film yang mengisahkan cerita fiktif maupun narasi. 52 Dengan demikian, film fiksi merupakan rekaan di luar kejadian nyata, terkait oleh plot, dan memiliki konsep pengadegan yang telah dirancang sejak awal. Marseli Sumarno 1996 menjelasakan bahwa film cerita merupakan film yang dibuat atau diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Kebanyakan atau pada umumnya film cerita bersifat komersial. Pengertian komersial diartikan bahwa film dipertontonkan di bioskop dengan harga karcis tertentu. Artinya, untuk menonton film itu di gedung bioskop, penonton harus membeli karcis terlebih dulu. Demikian pula bila ditayangkan di televisi, penayangannya didukung dengan sponsor iklan tertentu pula. 53 Fiksi drama diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. 51 Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter: dari Ide sampaiProduksi Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2008, h. 56-57. 52 Bordwell and Thompson, Film Art: An Introduction 5 th ed. h, 89. 53 Marseli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 112. 34 Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan scene. Adegan-adegan scene-scene tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasikhalayal para kreatornya. Contoh: Drama Percintaan love story, Tragedi, Horor, Komedi, Legenda, Aksi action, dan sebagainya. 54 Film drama merupakan salah satu senjata paling efektif untuk menembakan gagasan untuk membentuk karakter suatu bangsa. Sebagaimana sifatnya yaitu influence mempengaruhi. Namun, sayangnya beberapa sineas di tanah air umumnya menjadikan film sebatas komoditas belaka, mereka berebut ruang untuk bisa hadir di tengah keluarga. Film Indonesia dewasa ini dibuat oleh para produser betul-betul semata-mata sebagai alat hiburan dalam arti yang tidak selalu sehat. Produsen film kita menampakan diri terutama sebagai pedagang impian merchant of dreams, dalam posisi demikian si produser memang tidak memijakan kakinya di bumi Indonesia sebab mimpi yang indah toh senantiasa berkisah mengenai dunia yang tidak selalu kita kenal. 55 Tentu saja masih banyak ragam keluhan yang dilemparkan para penonton ke alamat film Indonesia, dalam bidang cerita maupun cara menyajikannya. Berbagai macam dan ragam keluhan dan kecaman tersebut, 54 Naratama, Menjadi Sutradara Televisi Jakarta: Duta Wacana University Press, 1992 dalam Anton Mabruri KN, Penulisan Naskah Televisi: Format Acara Nondrama, News Sport Depok: Mind 8 Publishing House, 2009, h. 94-95. 55 Salim Said, Profil Dunia Film IndonesiaJakarta: Grafiti Pers, 1982, h. 3. 35 jika dicoba mencari intinya, maka yang akan muncul adalah ciri umum kebanyakan film Indonesia dewasa ini. Secara singkat ciri-ciri tersebut bisa dirumuskan sebagai berikut: Cerita umumnya tidak jalan lantaran disusun dari ramuan-ramuan yang diajukan oleh para produser, karena pada mulanya memang adalah ramuan, unsur-unsurnya seks, kemewahan, kekerasan, kesedihan yang berlebihan, sering kali lebih menonjol secara tersendiri. 56 Film Eksperimental, adalah film yang berstruktur namun tidak berplot. Film ini tidak bercerita tentang apapun anti-naratif dan semua adegannya menentang logika sebab akibat anti-rasionalitas. 57 Film eksperimental adalah film yang tidak dibuat dengan kaidah- kaidah film yang lazim. Tujuannya untuk mencari carapengungkapan- pengungkapan baru lewat film. Film eksperimental ini merupakan film yang lahir dari tradisi menonton televisi dan dalam perkembangan lebih lanjut disebut sebagai video art. Pada masa-masa inilah lahir dengan subur karya-karya film eksperimental. Nama-nama seperti Gatot Prakosa, Henri Darmawan, Hadi Purnomo, muncul sebagai penggerak di kalangannya. Juga keterlibatan seniman seperti Sardono W. Kusumo dari seni tari menambah khasanah film eksperimental pada saat itu dengan kolaborasi personalnya menggunakan medium 8 mm. 56 Salim Said, Profil Dunia Film Indonesia, h. 5. 57 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 4-8. 36 Perguliran wacana video art sebagai sesuatu yang baru di Indonesia mendapatkan respon yang baik namun masih pada sebatas sebuah respon atas teknologi yang sophisticated. Dalam program pameran sinema elektronik pada pekan sinema alternatif tersebut diputarkan beberapa karya video art dari Jerman dan Amerika Selatan. Pada masa pemerintahan Soeharto, kekuatan ekonomi serta politik dipusatkan di Jakarta hingga saat ini. Distribusi informasi serta teknologi serta komponen lainnya tidak hadir secara merata di Indonesia. Bioskop hanya boleh dihadiri oleh kalangan masyarakat yang mampu. Pun wacana film pendek 58 , film alternatif, atau video art kemudian hanya berputar pada lingkaran kecil dan terbatas. Dia tidak benar-benar meng-Indonesia film secara keseluruhan atau film eksperimental dan video art secara spesifik direspon dan digagas oleh kalangan terbatas ini. Nama Krisna Murti sebagai salah satu pionir video art di Indonesia yang sampai saat ini masih aktif berkarya dengan video adalah satu peninggalan dari sejarah tersebut. 59 Pada tahun 2003, untuk pertama kalinya Ruangrupa 60 www.ruangrupa.org mengadakan festival video yang diberi nama „OK. Video: Jakarta Internasional Video Art Festival‟ kini menjadi OK. Video: 58 Film pendek adalah salah satu bentuk film paling sederhana, yang secara teknis film pendek memiliki durasi dibawah 50 menit. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. 59 Gerzon R. Ayawaila, DKK. Penyemaian Industri Perfilman Indonesia: Produksi, Distribusi dan Eksibisi Film Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2013 h. 99-104. 60 Ruangrupa adalah organisasi seni rupa kontemporer yang didirikan pada tahun 2000 oleh sekelompok seniman di Jakarta. Sebagai organisasi nirlaba, ruangrupa bergiat mendorong kemajuan gagasan seni rupa dalam konteks urban dan lingkup luas kebudayaan melalui pameran, festival, laboraturium seni rupa, lokakarya, penelitian, serta penerbitan buku, majalah, dan jurnal online. Ruangrupa.org 37 Jakarta Internasional Video Festival dengan menawarkan wacana “baru” karya visual melalui medium video. Sebuah respon atas fenomena penggunaan medium video yang semakin massif di masyarakat Indonesia. Ini adalah festival dua tahunan.Tahun 2005, Ruangruapa menyelenggarakan „OK.Video‟ untuk kedua kalinya dengan tema „SUBVERSION‟ sebuah tanggapan atas fenomena pembajakan yang terjadi di Indonesia serta persoalan copyright secara luas. Festival ini mendapatkan respon yang cukup luar biasa, baik dari masyarakat Indonesia maupun Internasional dan menjadi salah satu festival penting di Indonesia. 61 Film eksperimental merupakan film yang sangat menekankan ekspresi personal paling dalam dari pembuatannya. Karya-karya dari film ini nyaris semuanya abstrak, tentu saja hal ini berkaitan dengan kemunculannya yaitu oleh Hans Richter, Walter Ruttman, Louise, Salvador Dali, dan seniman lainnya yang menjadi pita seluloid ini hanya sebagai pengganti kanvasnya. Seniman-seniman itu juga lebih banyak merupakan seniman dari aliran dadaisme, surealisme, ataupun impresionisme. Sehingga film-film dari tipe pada waktu itu jarang sekali menjadi konsumsi publik karena sangat sulit dimengerti dan cenderung tidak bercerita. 62 b. Klasifikasi Film Menurut Himawan Pratista dalam buku Memahami Film, metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasi film adalah 61 Gerzon R. Ayawaila, DKK. Penyemaian Industri Perfilman Indonesia, h. 99-104. 62 Himawa Pratista, Memahami Film Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, h. 65-69 38 berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama sebagai berikut. 63 Drama, merupakan tema yang mengetengahkan aspek-aspek human interest, sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang menimpah tokoh dalam adegan tersebut. Tema ini pula bisa dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya. Jika kejadiannya tersebut di sekitar keluarga, maka disebut dengan drama keluarga. Film drama sering dinominasikan untuk penghargaan film, lebih sering dari genre film lainnya. Action , Pada istilah ini action sering kali berkaitan dengan adegan berkelahi, bertengkar, dan tembak-menembak. Sehingga, tema ini bisa dikatakan sebagai film yang berisi “pertarungan” atau “perkelahian” fisik yang dilakukan oleh peran protagonis dengan antagonis. Film action dikenal berkat adanya aksi aksi laga yang seru di dalamnya. Film action juga menghadirkan satu atau banyak tokoh yang bertindak sebagai pahlawan yang harus menghadapi tantangan dengan disertai dengan baku hantam, perkelahian, kekerasan, aksi pengejaran, baku tembak polisi dan aksi aksi lainnya. Dalam film action juga terdapat villain berupa teroris, perampok, psikopat, penjahat atau mafia gangster yang menjadi tokoh antagonis utama dalam film. 63 Himawa Pratista, Memahami Film, h. 111-116 39 Komedi, merupakan tema yang sebaiknya bisa dibedakan dengan lawakan. Sebab, jika dalam lawakan biasanya yang berperan adalah para pelawak. Dalam komedi itu tidak dilakonkan oleh para pelawak, melainkan pemain film biasa saja. Inti dari tema komedi selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak. Biasanya juga, film yang berkaitan dengan komedi ini merupakan suatu sindiran pada fenomena sosial atau kejadian tertentu yang sedang terjadi. Salah satu grup lawak paling legendaris, Warkop Prambors kemudian berubah nama menjadi Warkop DKI, merajai film komedi slapstick. 64 Selain film-film trio Warkop DKI, seri komedi lain yang muncul adalah Kabayan. Tokoh ini diangkat dari cerita rakyat Jawa Barat yang terkenal dengan keluguan, kelucuan sekaligus sindiran moralnya. 65 Begitu populernya genre komedi sehingga beragam sub-genre film jenis ini menjadi popular dan dinikmati penggemarnya. Horor, merupakanfilm menawarkan suasana yang menakutkan, menyeramkan, dan membuat penontonnya merinding, itulah yang disebut dengan film horor. Suasana horor dalam film itu bisa dibuat dengan caraanimasi, special effect, atau bisa langsung diperankan oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut. Film jenis ini seringkali dianggap „benar-benar‟ 64 Slapstick adalah jenis komedi fisik yang mudah dicerna dan bermain dalam lingkup yang luas dan mencakup tiga hal utama yaitu derita, celaka dan aniaya. Komedi Slapstick biasanya lebih mengandalkan kelucuan gerak adegan ketimbang dialog atau monolog yang dibangun pemainnya. 65 Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia Jakarta: FFTV- IKJ Press, 2013 h. 282-283. 40 menampilkan budaya nasional karena kerap menampilkan legenda, hantu lokal cerita rakyat, dan kekuatan supranatural. 66 Tragedi, Pada tema ini, tragedi menitikberatkan pada nasib manusia. Jika sebuah film dengan akhir cerita sang tokoh selamat dari kekerasan, perampokan atau bencana alam dan lainnya, bisa disebut dengan tragedi. DramaAction, merupakan gabungan dari dua tema, yaitu: drama dan action. Pada tema drama-action ini biasanya menyuguhkan suasana drama dan juga adegan- adegan berupa “pertengkaran fisik” untuk menandainya, dapat dilihat dengan cara melihat alur cerita film. Biasanya film dimulai dengan suasana drama lalu setelah itu alur meluncur dengan menyuguhkan suasana tegang, biasanya berupa pertengkaran-pertengkaran. Komedi Tragis, suasana komedi biasanya ditonjolkan terlebih dahulu, kemudian menyusul dengan adegan-adegan yang tragis. Suasana yang dibangun memang getir, sehingga penonton terbawa adegan emosinya dalam suasana tragis, akan tetapi terbungkus dalam suasana komedi. Komedi Horor, sama dengan seperti komedi tragis. Suasana komedi horor juga merupakan gabungan antara tema komedi dan horor. Biasanya film dengan tema ini menampilkan film horor yang berkembang, kemudian diplesetkan menjadi komedi. Menariknya, film horor Indonesia juga biasanya menampilkan lelucon yang menakutkan, misalnya, makhluk halus yang menakuti seseorang atau sekelompok orang. Reaksi orang yang ketakutan ini 66 Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 279. 41 membuat kelucuan yang disukai penonton. Kadang juga diceritakan tentang orang yang salah mengenali hantu dikira manusia atau sebaliknya. Parodi , merupakan duplikasi dari tema film tertentu. Tetapi diplesetkan, sehingga ketika film parodi ditanyangkan, para penonton akan melihat suatu adegan film tersebut dengan tersenyum dan tertawa. Penonton berbuat demikian tidak sekedar karena film yang ditanyangkan itu lucu, tetapi karena adegan yang ditonton pernah muncul di film-film sebelumnya. Tertentunya para penikmat film parodi akan paham kalau sering menonton film, sebab parodi selalu mengulang adegan film yang lain dengan pendekatan komedi. Jadi, tema parodi itu berdimensi duplikasi film yang sudah ada, kemudian dikomedikan. Garin Nurgroho dan Dyna Herlina S menambahkan film Erotis sebagai salah satu jenis film. Film erotis atau film berbau seks terutama soft porn agaknya film sepanjang zaman dalam industri film Indonesia. Film jenis ini meramaikan saat masa keemasan sekaligus menjadi penopang di saat kehancuran terdalam. Seksualitas membubuhkan objek, tentu saja perempuan yang paling sering dijadikan objek tersebut. Perempuan masih dianggap sebagai magnet yang mampu menarik penonton ke bioskop. 67 Film seks kadang dipadukan dengan komedi, biasanya dengan kehadiran para perempuan pemeran pendukung di film komedi yang berpakaian minim. Film-film Warkop yang telah diproduksi sejak 1970-an, di awal 1990-an semakin massive menempatkan perempuan seksi sebagai 67 Garin dan Dyna, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 283. 42 teman para pelawak. Tidak hanya pada film komedi, para hantu di film horor juga tampil makin seksi, salah satunya film Si Manis Jembatan Ancol 1994. 68 Adapun film Hijab masuk pada kategori film drama, karena aktor dan aktrisnya berkisar pada cerita keluarga. Film garapan Hanung Bramantyo yang dirilis 15 Januari 2015 tersebut bercerita tentang empat wanita yang mengadu peruntungan di dunia bisnis busana muslimah. Beragam konflik indentitas peran muslimah dalam sebuah keluarga juga dihadirkan dalam film berdurasi 100 menit ini. Meskipun judul film tersebut terkesan bernuansa nuansa islami, tetapi dalam alur ceritanya film Hijab lebih menggambarkan konflik identitas seorang muslimah terkait hak dan kewajibannya. Belakang isu tersebut berkembang dan seakan menjadi „tren‟ baru di kalangan perempuan, bersamaan dengan populernya arus pemikiran baru. Dasar asumsi yang dipakai adalah doktrin Jhon Lock tentang natural right hak asasi manusia, bahwa setiap manusia mempunyai hak asasi yaitu hak untuk hidup, mendapatkan kebebasan, dan hak untuk mencari kebahagiaan. Namun dalam perjalanan sejarahnya di barat, pemenuhan HAM ini dianggap lebih dirasakan oleh kaum pria. 69 Salah satu bagian di film Hijab yang menggambarkan konflik identitas adalah terkait pernyataan Mike Lucock Gamal yang mengatakan larangan 68 Garin dan Dyna, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 287. 69 Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender Bandung: Mizan, 1999, h. 118 43 haram bekerja kepada istrinya Zaskia Adya Mecca Sari dan menekankan kewajiban istri seperti mencuci pakaian, masak, mengurus anak dan rumah. Timbul kerancuan dalam konflik tersebut terkait identitas dan peran seorang muslimah dalam keluarga. Salah satu kritik utama Islam terhadap feminisme Barat adalah kecenderungan kepada sekularisme. 70 Menurut teologi feminisme Islam, konsep hak-hak asasi manusia yang tidak berlandaskan visi transendental 71 merupakan hal yang tragis. Sehubungan dengan itu mereka berpandangan bahwa gerakan perempuan Islam harus berpegang pada paradigma Islam agar tidak menjadi sekuler. Fatima Merniss 1998 dan Issa J. Boullata 1989 secara terpisah menegaskan bahwa perempuan Islam harus mengembangkan program-program feminismenya dengan menggunakan kerangka acuan Islami. 72                        Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya, dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”QS al-Baqarah [2]: 228 70 Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan, serta berpendirian bahwa paham agama tidak dimasukan dalam urusan politik, negara, atau institusi publik. 71 Transendental merupakan sikap yang menonjolkan hal-hal yg bersifat kerohanian. 72 Riant Nugroho, Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di Indonesia Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 86. 44 Ayat ini menetapkan bahwa wanita mempunyai hak sebagaimana mereka mempunyai kewajiban. Ini berarti setiap hak wanita diimbangi dengan hak laki-laki. Dengan demikian maka hak mereka seimbang. Dan yang dimaksud dengan keseimbangan di sini bukanlah kesamaan wujud sesuatu dan karakternya, tetapi yang dimaksud adalah bahwa hak-hak antara mereka itu saling mengganti dan melengkapi. Maka tidak ada suatu pekerjaan yang dilakukan oleh wanita untuk suaminya melainkan si suami juga harus melakukan suatu perbuatan yang seimbang untuknya. 73

C. Peran Istri Menurut Pandangan Islam

1. Peran Istri Meliputi Hak dan Kewajiban Konsep hak pada dasarnya sama, bahwa pria dan wanita sama dalam segala sesuatu. Wanita mempunyai hak seperti yang dimiliki pria, dan wanita mempunyai kewajiban seperti kewajiban pria. Kemudian bahwa laki- laki dilebihi dengan satu derajat, yaitu sebagai pemimpin yang telah ditetapkan dalam fitrahnya. Dalam hal ini bukan berarti keluar dari konsep persamaan yang telah disamakan dalam hak dan kewajiban, sebab setiap tambahan hak diimbangi dengan tambahan serupa dalam kewajiban. 74 Sebagaimana dalam Al- Qur‟an juga telah menentukan hak istri dari suaminya, yaitu persamaan dalam hak dan kewajiban, sesuai dengan surat Al Baqarah ayat 228 : 73 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita Jakarta: Gema Insani Press, 2013, h. 136. 74 Muhammad Albar, Wanita dalam Timbangan Islam Jakarta: Daar Al-Muslim, Beirut, 2009, h. 18. 45                        Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya, dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” QS Al Baqarah [2]: 228 Ayat di atas menyebutkan bahwa hak yang dimiliki istri seimbang dengan kewajiban yang harus ditunaikan istri dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh istri itu adalah hak suami. Dengan demikian, kalimat „walahunna mistlu ladzi „alaihinna‟ sebenarnya ingin menunjukan bahwa hak yang dimiliki istri itu seimbang dengan hak yang dimiliki suami. Kemudian, dengan adanya kalimat „walirrijali „alaihinna darojat‟ yang oleh para mufasir dipahami dengan kelebihan „tanggung jawabkewajiban‟ bukan kelebihan „kemuliaan‟, menunjukan ada satu kewajiban yang dibebankan kepada suami tetapi tidak dibebani kepada istri. Karena dalam logika keadilan “Di mana ada kewajiban, di situ ada hak”, maka secara otomatis suami memiliki satu kelebihan hak yang tidak dimiliki oleh istri. 75 Dalam hubungan suami istri dalam rumah tangga, suami mempunyai hak dan begitu pula istri mempunyai hak. Di balik itu suami mempunyai beberapa kewajiban dan begitu pula istri mempunyai kewajiban. 76 Demikian pula kaum wanita mempunyai hak atas suami mereka, dan tidak akan berlanjut kehidupan suami istri di atas keadilan yang diperintahkan Allah, 75 Mesraini, Membangun Keluarga Sakinah Jakarta: Makmur Abadi Press, 2010, h. 71. 76 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Jakarta: Prenada Media, 2007, h. 160. 46 kecuali setiap suami dan istri memenuhi hak-hak di antara mereka. Adapun hak-hak istri adalah sebagai berikut: 77 1 Hak istri yang bersifat materi meliputi: a. Hak mengenai harta: mahar maskawin dan nafkah. Sebagaimana firman Allah surat An- Nissa‟ ayat 4:                 Artinya: “Berikanlah Mahar kepada perempuan yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian maskawin itu dengan senag hati, maka makanlah ambillah pemberian itu sebagai makanan yang sedap lagi baik akibatnya”. QS An-Nisaa‟ [4]: 4 Dalam mendapatkan nafkah sebagaimana firman Allah surat Al Baqarah ayat 233:                          . Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian para ibu dengan cara yang ma‟ruf”. QS Al Baqarah [2]: 233 2 Hak-hak istri yang bersifat non materi: a. Hak mendapat perlakuan yang baik dari suami. Sebagaimana firman Allah dalam surat An- Nisaa‟ ayat 19: 77 Abu Musa Abdurrahim, Kitab Cinta Berjalan Jakarta: Gema Insani, 2011, h. 233. 47                                       Artinya: “Dan bergaullah dengan mereka istri dengan cara yang patut. Kemudia bila kau tak menyukai mereka maka bersabarlah karena mungkin kau tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”. QS An-Nisaa‟ [4]: 19 Kewajiban istri terhadap suami tidak berdasarkan paradigma lama, di mana posisi wanita lemah sehingga bisa diperlakukan sewenang-wenang oleh pria suami. Sebaliknya cara melihat wanita tetap berdasarkan pada pengakuan atas harkat dan martabat wanita yang mulia, selaras dengan hak-hak yang harus diterima dari suaminya, kewajiban istripun tidak terlepas dari upaya yang bersangkutan mendukung terciptanya kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. 78 b. Agar suami menjaga dan memelihara istrinya. Maksudnya ialah menjaga kehormatan istri, tidak menyia- nyiakan, agar selalu melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat 6: 78 Hasbi Indra, Potret Wanita Sholehah Jakarta: Penamadani, 2004, h. 188.