Film Konflik Identitas Peran Muslimah Dalam Keluarga (Analisis Naratif Pada Film Hijab Karya Hanung Bramantyo)
30
yakni, naratif cerita dan non-naratif non cerita.
43
Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas sementara film dokumenter dan eksperimental
tidak memiliki struktur naratif. Film dokumenter yang memiliki konsep realism nyata berada di kutub yang berlawanan dengan film
eksperimental yang memiliki konsep formalism abstrak. Berikut penjelasan jenis-jenis film.
Film Dokumenter adalah film yang menyajikan cerita nyata dan
dilakukan pada lokasi yang sesungguhnya.
44
Istilah “dokumenter” pertama digunakan dalam resensi film
„Moana‟ 1926 oleh Robert Flaherty, ditulis oleh “The Moviegoer”, nama samaran John Grierson, di New York
Sun pada tanggal 8 Februari 1926.
45
Definisi menarik diungkapkan Bordwell dan Kristin. Menurutnya, bahwa inti dari film dokumenter adalah untuk menyajikan informasi yang
faktual tentang dunia di luar film itu sendiri. Bedanya dengan fiksi adalah dalam pembuatannya tidak ada rekayasa baik dari tokohnya manusia,
ruang tempat, waktu dan peristiwa.
46
Dengan demikian, film dokumenter bisa dikatakan sebagai sebuah film yang menyajikan fakta berhubungan dengan orang-orang, tokoh,
43
David Bordwell and Kristin Thompson, Film Art : An Introduction.9
th
ed New York: McGraw-Hill, 2010, h. 56-57.
44
Heru Effendy, Mari Membuat Film: Paduan Menjadi Produser Jakarta: Erlangga, 2009, h. 3.
45
Ann Curthoys and Marilyn Lake, Connected worlds: history in transnational perspectiveCanberra : ANU E Press, 2005, h. 57.
46
David Bordwell and Kristin Thompson, Film Art: An Introduction 5
th
ed New York: McGraw-Hill, 1997, h. 109.
31
peristiwa, dan lokasi yang nyata. Selain itu film dokumenter juga dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau
berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, politik propaganda, dan lain-lainnya.
Gaya dan bentuk film dokumenter memang lebih memiliki kebebasan dalam bereksperimen meskipun isi ceritanya tetap berdasarkan
sebuah peristiwa nyata apa adanya. Ketika teknologi audio-visual berkembang salah satunya muncul televisi, maka gaya dokumenter pun ikut
berkembang dalam berbagai macam gaya dan bentuk. Karena produksi program televisi bertujuan komersial seperti halnya barang dagangan, para
dokumentaris pun mencoba segala macam cara sehingga ada pula yang mengesampingkan metode dasar bertutur film dokumenter.
Anton Mabruri 2009 membagi jenis dokumenter menjadi 3 kategori. Pertama, film dokumenter. Umumnya film dokumenter berdurasi
panjang dan diputar di bioskop atau pada festival. Film dokumenter lebih bebas menggunakan semua type shot, serta tidak ada unsur rekayasa dalam
pembuatannya, seperti tempat, peristiwa, tokoh dan lain sebagianya. Kedua, dokumenter televisi. Dokumenter ini menggunakan tema atau topik tertentu.
Disuguhkan dengan gaya bercerita, menggunakan narasi kadang dengan voice over
47
, menggunakan wawancara, juga ilustrasi musik sebagai penunjang gambar visual. Ketiga, dokumenter seri televisi. Format ini
47
Voice Over VO adalah suara dari announcer atau penyiar untuk mendukung isi cerita namun tidak tampak di layar televisi. VO biasanya digunakan untuk kebutuhan jurnalistik di televisi
maupun radio.
32
merupakan suguhan dokumenter berdurasi panjang, dibagi dalam beberapa sub tema atau episodeseri. Umumnya tema program dokumenter seri
adalah mengenai sejarah, ilmu pengetahuan, potret, yang terkadang dikemas dengan menggunakan gaya bertutur perbandingan dan kontradiksi.
48
Heru Effendi 2009 menambahkan dokudrama sebagai salah salah satu jenis
dokumenter. Dalam dokudrama, terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Selain itu, dalam
proses produksinya dokudrama membutuhkan pengadegan. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama
biasanya tak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap jadi pakem pegangan.
49
Di dalam bukunya, Dokumenter dari Ide sampai Produksi, Gerzon R Ayawalia 2008 menyebutkan ada empat alasan yang menerangkan bahwa
film dokumenter adalah film nonfiksi: Pertama, setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa interpretasi
imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Bila pada film fiksi latar belakang setting
50
adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus spontan otentik dengan situasi dan kondisi asli apa adanya. Kedua, yang dituturkan
dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata realita, sedangkan pada film fiksi isi cerita berdasarkan karangan imajinatif. Bila film
48
Anton Mabruri KN, Penulisan Naskah Televisi: Format Acara Nondrama, News Sport Depok: Mind 8 Publishing House, 2009, h. 64-68.
49
Heru Effendi, Mari Membuat Film: Paduan Menjadi Produser, h. 3.
50
Setting merupakan istilah dalam produksi film untuk konstruksi panggung suara atau eksterior yang dibangun untuk memunculkan hal yang diperlukan cerita, misalnya sebuah kantor,
dapur, rumah, kastil, atau medan pertempuran.
33
dokumenter memiliki interpretasi kreatif, maka dalam film fiksi yang dimiliki adalah interpretasi imajinatif. Ketiga, sebagai sebuah film nonfiksi,
sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya, dan Keempat, apabila struktur cerita
pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi pemaparan.
51
Film Fiksi, adalah adalah sebuah genre film yang mengisahkan
cerita fiktif maupun narasi.
52
Dengan demikian, film fiksi merupakan rekaan di luar kejadian nyata, terkait oleh plot, dan memiliki konsep
pengadegan yang telah dirancang sejak awal. Marseli Sumarno 1996 menjelasakan bahwa film cerita merupakan
film yang dibuat atau diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang dan dimainkan oleh aktor dan aktris. Kebanyakan atau pada umumnya film
cerita bersifat komersial. Pengertian komersial diartikan bahwa film dipertontonkan di bioskop dengan harga karcis tertentu. Artinya, untuk
menonton film itu di gedung bioskop, penonton harus membeli karcis terlebih dulu. Demikian pula bila ditayangkan di televisi, penayangannya
didukung dengan sponsor iklan tertentu pula.
53
Fiksi drama diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang.
51
Gerzon R. Ayawaila, Dokumenter: dari Ide sampaiProduksi Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2008, h. 56-57.
52
Bordwell and Thompson, Film Art: An Introduction 5
th
ed. h, 89.
53
Marseli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 112.
34
Format yang digunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan scene.
Adegan-adegan scene-scene tersebut akan menggabungkan antara realitas kenyataan hidup dengan fiksi atau imajinasikhalayal para kreatornya.
Contoh: Drama Percintaan love story, Tragedi, Horor, Komedi, Legenda, Aksi action, dan sebagainya.
54
Film drama merupakan salah satu senjata paling efektif untuk menembakan gagasan untuk membentuk karakter suatu bangsa.
Sebagaimana sifatnya yaitu influence mempengaruhi. Namun, sayangnya beberapa sineas di tanah air umumnya menjadikan film sebatas komoditas
belaka, mereka berebut ruang untuk bisa hadir di tengah keluarga. Film Indonesia dewasa ini dibuat oleh para produser betul-betul semata-mata
sebagai alat hiburan dalam arti yang tidak selalu sehat. Produsen film kita menampakan diri terutama sebagai pedagang impian merchant of dreams,
dalam posisi demikian si produser memang tidak memijakan kakinya di bumi Indonesia sebab mimpi yang indah toh senantiasa berkisah mengenai
dunia yang tidak selalu kita kenal.
55
Tentu saja masih banyak ragam keluhan yang dilemparkan para penonton ke alamat film Indonesia, dalam bidang cerita maupun cara
menyajikannya. Berbagai macam dan ragam keluhan dan kecaman tersebut,
54
Naratama, Menjadi Sutradara Televisi Jakarta: Duta Wacana University Press, 1992 dalam Anton Mabruri KN, Penulisan Naskah Televisi: Format Acara Nondrama, News Sport
Depok: Mind 8 Publishing House, 2009, h. 94-95.
55
Salim Said, Profil Dunia Film IndonesiaJakarta: Grafiti Pers, 1982, h. 3.
35
jika dicoba mencari intinya, maka yang akan muncul adalah ciri umum kebanyakan film Indonesia dewasa ini. Secara singkat ciri-ciri tersebut bisa
dirumuskan sebagai berikut: Cerita umumnya tidak jalan lantaran disusun dari ramuan-ramuan yang diajukan oleh para produser, karena pada
mulanya memang adalah ramuan, unsur-unsurnya seks, kemewahan, kekerasan, kesedihan yang berlebihan, sering kali lebih menonjol secara
tersendiri.
56
Film Eksperimental, adalah film yang berstruktur namun tidak
berplot. Film ini tidak bercerita tentang apapun anti-naratif dan semua adegannya menentang logika sebab akibat anti-rasionalitas.
57
Film eksperimental adalah film yang tidak dibuat dengan kaidah- kaidah film yang lazim. Tujuannya untuk mencari carapengungkapan-
pengungkapan baru lewat film. Film eksperimental ini merupakan film yang lahir dari tradisi menonton televisi dan dalam perkembangan lebih lanjut
disebut sebagai video art. Pada masa-masa inilah lahir dengan subur karya-karya film
eksperimental. Nama-nama seperti Gatot Prakosa, Henri Darmawan, Hadi Purnomo, muncul sebagai penggerak di kalangannya. Juga keterlibatan
seniman seperti Sardono W. Kusumo dari seni tari menambah khasanah film eksperimental pada saat itu dengan kolaborasi personalnya
menggunakan medium 8 mm.
56
Salim Said, Profil Dunia Film Indonesia, h. 5.
57
Himawan Pratista, Memahami Film, h. 4-8.
36
Perguliran wacana video art sebagai sesuatu yang baru di Indonesia mendapatkan respon yang baik namun masih pada sebatas sebuah respon
atas teknologi yang sophisticated. Dalam program pameran sinema elektronik pada pekan sinema alternatif tersebut diputarkan beberapa karya
video art dari Jerman dan Amerika Selatan. Pada masa pemerintahan Soeharto, kekuatan ekonomi serta politik
dipusatkan di Jakarta hingga saat ini. Distribusi informasi serta teknologi serta komponen lainnya tidak hadir secara merata di Indonesia. Bioskop
hanya boleh dihadiri oleh kalangan masyarakat yang mampu. Pun wacana film pendek
58
, film alternatif, atau video art kemudian hanya berputar pada lingkaran kecil dan terbatas. Dia tidak benar-benar meng-Indonesia film
secara keseluruhan atau film eksperimental dan video art secara spesifik direspon dan digagas oleh kalangan terbatas ini. Nama Krisna Murti sebagai
salah satu pionir video art di Indonesia yang sampai saat ini masih aktif berkarya dengan video adalah satu peninggalan dari sejarah tersebut.
59
Pada tahun
2003, untuk
pertama kalinya
Ruangrupa
60
www.ruangrupa.org mengadakan festival video yang diberi nama „OK.
Video: Jakarta Internasional Video Art Festival‟ kini menjadi OK. Video:
58
Film pendek adalah salah satu bentuk film paling sederhana, yang secara teknis film pendek memiliki durasi dibawah 50 menit. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan
kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi.
59
Gerzon R. Ayawaila, DKK. Penyemaian Industri Perfilman Indonesia: Produksi, Distribusi dan Eksibisi Film Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2013 h. 99-104.
60
Ruangrupa adalah organisasi seni rupa kontemporer yang didirikan pada tahun 2000 oleh sekelompok seniman di Jakarta. Sebagai organisasi nirlaba, ruangrupa bergiat mendorong kemajuan
gagasan seni rupa dalam konteks urban dan lingkup luas kebudayaan melalui pameran, festival, laboraturium seni rupa, lokakarya, penelitian, serta penerbitan buku, majalah, dan jurnal online.
Ruangrupa.org
37
Jakarta Internasional Video Festival dengan menawarkan wacana “baru” karya visual melalui medium video. Sebuah respon atas fenomena
penggunaan medium video yang semakin massif di masyarakat Indonesia. Ini adalah festival dua tahunan.Tahun 2005, Ruangruapa menyelenggarakan
„OK.Video‟ untuk kedua kalinya dengan tema „SUBVERSION‟ sebuah tanggapan atas fenomena pembajakan yang terjadi di Indonesia serta
persoalan copyright secara luas. Festival ini mendapatkan respon yang cukup luar biasa, baik dari masyarakat Indonesia maupun Internasional dan
menjadi salah satu festival penting di Indonesia.
61
Film eksperimental merupakan film yang sangat menekankan ekspresi personal paling dalam dari pembuatannya. Karya-karya dari film
ini nyaris semuanya abstrak, tentu saja hal ini berkaitan dengan kemunculannya yaitu oleh Hans Richter, Walter Ruttman, Louise, Salvador
Dali, dan seniman lainnya yang menjadi pita seluloid ini hanya sebagai pengganti kanvasnya. Seniman-seniman itu juga lebih banyak merupakan
seniman dari aliran dadaisme, surealisme, ataupun impresionisme. Sehingga film-film dari tipe pada waktu itu jarang sekali menjadi konsumsi publik
karena sangat sulit dimengerti dan cenderung tidak bercerita.
62
b. Klasifikasi Film Menurut Himawan Pratista dalam buku Memahami Film, metode
yang paling mudah dan sering digunakan untuk mengklasifikasi film adalah
61
Gerzon R. Ayawaila, DKK. Penyemaian Industri Perfilman Indonesia, h. 99-104.
62
Himawa Pratista, Memahami Film Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, h. 65-69
38
berdasarkan genre, yaitu klasifikasi dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola yang sama sebagai berikut.
63
Drama, merupakan tema yang mengetengahkan aspek-aspek human
interest, sehingga yang dituju adalah perasaan penonton untuk dapat meresapi setiap kejadian yang menimpah tokoh dalam adegan tersebut.
Tema ini pula bisa dikaitkan dengan latar belakang kejadiannya. Jika kejadiannya tersebut di sekitar keluarga, maka disebut dengan drama
keluarga. Film drama sering dinominasikan untuk penghargaan film, lebih sering dari genre film lainnya.
Action , Pada istilah ini action sering kali berkaitan dengan adegan
berkelahi, bertengkar, dan tembak-menembak. Sehingga, tema ini bisa dikatakan sebagai film yang berisi “pertarungan” atau “perkelahian” fisik
yang dilakukan oleh peran protagonis dengan antagonis. Film action dikenal berkat adanya aksi aksi laga yang seru di dalamnya. Film action
juga menghadirkan satu atau banyak tokoh yang bertindak sebagai pahlawan yang harus menghadapi tantangan dengan disertai dengan baku
hantam, perkelahian, kekerasan, aksi pengejaran, baku tembak polisi dan aksi aksi lainnya. Dalam film action juga terdapat villain berupa teroris,
perampok, psikopat, penjahat atau mafia gangster yang menjadi tokoh antagonis utama dalam film.
63
Himawa Pratista, Memahami Film, h. 111-116
39
Komedi, merupakan tema yang sebaiknya bisa dibedakan dengan
lawakan. Sebab, jika dalam lawakan biasanya yang berperan adalah para pelawak. Dalam komedi itu tidak dilakonkan oleh para pelawak, melainkan
pemain film biasa saja. Inti dari tema komedi selalu menawarkan sesuatu yang membuat penontonnya tersenyum bahkan tertawa terbahak-bahak.
Biasanya juga, film yang berkaitan dengan komedi ini merupakan suatu sindiran pada fenomena sosial atau kejadian tertentu yang sedang terjadi.
Salah satu grup lawak paling legendaris, Warkop Prambors kemudian berubah nama menjadi Warkop DKI, merajai film komedi slapstick.
64
Selain film-film trio Warkop DKI, seri komedi lain yang muncul adalah Kabayan. Tokoh ini diangkat dari cerita rakyat Jawa Barat yang terkenal
dengan keluguan, kelucuan sekaligus sindiran moralnya.
65
Begitu populernya genre komedi sehingga beragam sub-genre film jenis ini
menjadi popular dan dinikmati penggemarnya.
Horor, merupakanfilm menawarkan suasana yang menakutkan,
menyeramkan, dan membuat penontonnya merinding, itulah yang disebut dengan film horor. Suasana horor dalam film itu bisa dibuat dengan
caraanimasi, special effect, atau bisa langsung diperankan oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut. Film jenis ini seringkali dianggap „benar-benar‟
64
Slapstick adalah jenis komedi fisik yang mudah dicerna dan bermain dalam lingkup yang luas dan mencakup tiga hal utama yaitu derita, celaka dan aniaya. Komedi Slapstick biasanya lebih
mengandalkan kelucuan gerak adegan ketimbang dialog atau monolog yang dibangun pemainnya.
65
Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia Jakarta: FFTV- IKJ Press, 2013 h. 282-283.
40
menampilkan budaya nasional karena kerap menampilkan legenda, hantu lokal cerita rakyat, dan kekuatan supranatural.
66
Tragedi, Pada tema ini, tragedi menitikberatkan pada nasib manusia.
Jika sebuah film dengan akhir cerita sang tokoh selamat dari kekerasan, perampokan atau bencana alam dan lainnya, bisa disebut dengan tragedi.
DramaAction, merupakan gabungan dari dua tema, yaitu: drama dan
action. Pada tema drama-action ini biasanya menyuguhkan suasana drama dan juga adegan-
adegan berupa “pertengkaran fisik” untuk menandainya, dapat dilihat dengan cara melihat alur cerita film. Biasanya film dimulai
dengan suasana drama lalu setelah itu alur meluncur dengan menyuguhkan suasana tegang, biasanya berupa pertengkaran-pertengkaran.
Komedi Tragis, suasana komedi biasanya ditonjolkan terlebih
dahulu, kemudian menyusul dengan adegan-adegan yang tragis. Suasana yang dibangun memang getir, sehingga penonton terbawa adegan emosinya
dalam suasana tragis, akan tetapi terbungkus dalam suasana komedi.
Komedi Horor, sama dengan seperti komedi tragis. Suasana komedi
horor juga merupakan gabungan antara tema komedi dan horor. Biasanya film dengan tema ini menampilkan film horor yang berkembang, kemudian
diplesetkan menjadi komedi. Menariknya, film horor Indonesia juga biasanya menampilkan
lelucon yang menakutkan, misalnya, makhluk halus yang menakuti seseorang atau sekelompok orang. Reaksi orang yang ketakutan ini
66
Garin Nugroho dan Dyna Herlina S, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 279.
41
membuat kelucuan yang disukai penonton. Kadang juga diceritakan tentang orang yang salah mengenali hantu dikira manusia atau sebaliknya.
Parodi , merupakan duplikasi dari tema film tertentu. Tetapi
diplesetkan, sehingga ketika film parodi ditanyangkan, para penonton akan melihat suatu adegan film tersebut dengan tersenyum dan tertawa. Penonton
berbuat demikian tidak sekedar karena film yang ditanyangkan itu lucu, tetapi karena adegan yang ditonton pernah muncul di film-film sebelumnya.
Tertentunya para penikmat film parodi akan paham kalau sering menonton film, sebab parodi selalu mengulang adegan film yang lain dengan
pendekatan komedi. Jadi, tema parodi itu berdimensi duplikasi film yang sudah ada, kemudian dikomedikan.
Garin Nurgroho dan Dyna Herlina S menambahkan film Erotis
sebagai salah satu jenis film. Film erotis atau film berbau seks terutama soft porn agaknya film sepanjang zaman dalam industri film Indonesia.
Film jenis ini meramaikan saat masa keemasan sekaligus menjadi penopang di saat kehancuran terdalam. Seksualitas membubuhkan objek, tentu saja
perempuan yang paling sering dijadikan objek tersebut. Perempuan masih dianggap sebagai magnet yang mampu menarik penonton ke bioskop.
67
Film seks kadang dipadukan dengan komedi, biasanya dengan kehadiran para perempuan pemeran pendukung di film komedi yang
berpakaian minim. Film-film Warkop yang telah diproduksi sejak 1970-an, di awal 1990-an semakin massive menempatkan perempuan seksi sebagai
67
Garin dan Dyna, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 283.
42
teman para pelawak. Tidak hanya pada film komedi, para hantu di film horor juga tampil makin seksi, salah satunya film Si Manis Jembatan Ancol
1994.
68
Adapun film Hijab masuk pada kategori film drama, karena aktor dan aktrisnya berkisar pada cerita keluarga. Film garapan Hanung Bramantyo
yang dirilis 15 Januari 2015 tersebut bercerita tentang empat wanita yang mengadu peruntungan di dunia bisnis busana muslimah. Beragam konflik
indentitas peran muslimah dalam sebuah keluarga juga dihadirkan dalam film berdurasi 100 menit ini.
Meskipun judul film tersebut terkesan bernuansa nuansa islami, tetapi dalam alur ceritanya film Hijab lebih menggambarkan konflik identitas
seorang muslimah terkait hak dan kewajibannya. Belakang isu tersebut berkembang dan seakan menjadi „tren‟ baru di kalangan perempuan,
bersamaan dengan populernya arus pemikiran baru. Dasar asumsi yang dipakai adalah doktrin Jhon Lock tentang natural right hak asasi manusia,
bahwa setiap manusia mempunyai hak asasi yaitu hak untuk hidup, mendapatkan kebebasan, dan hak untuk mencari kebahagiaan. Namun
dalam perjalanan sejarahnya di barat, pemenuhan HAM ini dianggap lebih dirasakan oleh kaum pria.
69
Salah satu bagian di film Hijab yang menggambarkan konflik identitas adalah terkait pernyataan Mike Lucock Gamal yang mengatakan larangan
68
Garin dan Dyna, Krisis dan Paradoks Film Indonesia, h. 287.
69
Ratna Megawangi, Membiarkan Berbeda? Sudut Pandang Baru tentang Relasi Gender Bandung: Mizan, 1999, h. 118
43
haram bekerja kepada istrinya Zaskia Adya Mecca Sari dan menekankan kewajiban istri seperti mencuci pakaian, masak, mengurus anak dan rumah.
Timbul kerancuan dalam konflik tersebut terkait identitas dan peran seorang muslimah dalam keluarga.
Salah satu kritik utama Islam terhadap feminisme Barat adalah kecenderungan kepada sekularisme.
70
Menurut teologi feminisme Islam, konsep hak-hak asasi manusia yang tidak berlandaskan visi transendental
71
merupakan hal yang tragis. Sehubungan dengan itu mereka berpandangan bahwa gerakan perempuan Islam harus berpegang pada paradigma Islam
agar tidak menjadi sekuler. Fatima Merniss 1998 dan Issa J. Boullata 1989 secara terpisah menegaskan bahwa perempuan Islam harus
mengembangkan program-program feminismenya dengan menggunakan kerangka acuan Islami.
72
Artinya: “Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang makruf. Akan tetapi, para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya, dan Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”QS al-Baqarah [2]: 228
70
Sekularisme atau sekulerisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi harus berdiri terpisah dari agama atau
kepercayaan, serta berpendirian bahwa paham agama tidak dimasukan dalam urusan politik, negara, atau institusi publik.
71
Transendental merupakan sikap yang menonjolkan hal-hal yg bersifat kerohanian.
72
Riant Nugroho, Gender dan Strategi Pengarus-utamaannya di Indonesia Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008, h. 86.
44
Ayat ini menetapkan bahwa wanita mempunyai hak sebagaimana mereka mempunyai kewajiban. Ini berarti setiap hak wanita diimbangi
dengan hak laki-laki. Dengan demikian maka hak mereka seimbang. Dan yang dimaksud dengan keseimbangan di sini bukanlah kesamaan wujud
sesuatu dan karakternya, tetapi yang dimaksud adalah bahwa hak-hak antara mereka itu saling mengganti dan melengkapi. Maka tidak ada suatu
pekerjaan yang dilakukan oleh wanita untuk suaminya melainkan si suami juga harus melakukan suatu perbuatan yang seimbang untuknya.
73