Analisis Naratif Konflik Identitas Peran Muslimah Dalam Keluarga (Analisis Naratif Pada Film Hijab Karya Hanung Bramantyo)

18 Ketiga, narasi menurut Levi-Strauss. Levi-Strauss setidaknya menggunakan dua konsep penting dari pemikiran Saussure; 1 Konsep perbedaan diferensiasi. Menurut Saussure, yang membedakan satu kata dengan kata lain adalah diferensiasi sistematis yang ada antara setiap kata dengan kata- kata yang lain. Kata “paku” misalnya dibedakan menurut suaranya dengan “baku” atau “daku”, namun secara konseptual kata tersebut dibedakan dengan “sekrup”, “mur”, “pasak” dan sebagainya, dan 2 Konsep tentang sintagmatik dan paradigmatik. Kata-kata mempunyai relasi dengan kata lain sehingga membentuk suatu pengertian melalui hubungan asosiatif paradigmatik dan hubungan sintagmatik. 11 Hubungan sintagmatik adalah hubungan antara satu tanda dengan tanda lain dalam suatu kesatuan linier. Sementara hubungan paradigmatik adalah relasi antara tanda-tanda dalam suatu paradigma kesamaan umum: unit-unit memiliki kesamaan karakteristik yang menentukan keanggotaannya dalam paradigma tersebut. 12 Keempat, narasi Joseph Campbell, yang kaitannya membahas narasi dengan mitos.Campbell menyatakan mitos memiliki 4 fungsi utama: Fungsi mistis, menafsirkan kekaguman atas alam semesta. Fungsi kosmologis, menjelaskan bentuk alam semesta. Fungsi sosiologis, mendukung dan mengesahkan tata tertib sosial tertentu. Fungsi pendagogis, bagaiamana menjalani hidup sebagai manusia dalam keadaan apapun. 13 11 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 162-163 12 Heddy Shri Ahimsa-Putra, Strukturalisme Levi-Strauss: Mitos dan Karya Sastra Yogyakarta: Galang Press, 2001, h. 41-42. 13 Braston and Stafford, The Medi a Student‟s Book, h. 33. 19

1. Beberapa Bentuk Khusus Narasi

a. Autobiografi dan Biografi Dalam penelitian narasi terdapat beberapa bentuk khusus narasi yaitu, pengertian autobiografi dan biografi. Perbedaan terletak pada masalah naratornya pengisahnya, yaitu siapa yang berkisah dalam bentuk wacana ini. Pengisah dalam autobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisah dalam biografi adalah orang lain. 14 Sasaran utama autobiografi dan biografi adalah menyajikan atau mengemukakan peristiwa-peristiwa yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari seluruh pengalaman pribadi yang kaya-raya itu bagi pembaca dan anggota masyarakat lainnya. b. Anekdot dan Insiden Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, biasanya mengenai orang- orang penting atau terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. 15 Anekdot yang menjadi bagian dari narasi yang lebih luas, sama sekali tidak menunjang gerak umum dari narasi. Namun, perhatian sentral yang dibuatnya dapat menambah daya tarik bagi latar belakang dan suasana secara keseluruhan. c. Sketsa Sketsa adalah suatu bentuk wacana yang singkat yang selalu dikategorikan dalam tulisan naratif, walaupun kenyataannya unsur perbuatan 14 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Jakarta: PT. Gramedia, 1986, h.141. 15 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,h. 65. 20 atau tindakan yang berlangsung dalam suatu unit waktu itu tidak menonjol atau kurang sekali diungkapkan. 16 d. Profil Bentuk wacana ini adalah suatu wacana modern yang berusaha menggabungkan narasi, deskripsi dan eksposisi yang dijalin dalam bermacam- macam proporsi. 17 Dalam istilah Gorys Keraf 2007, profil memperlihatkan ciri-ciri utama dari seorang tokoh yang dideskripsikan berdasarkan suatu kerangka yang telah digariskan sebelumnya.

2. Sekilas tentang Tvzetan Todorov

Tvzetan Todorov, lahir 1 Maret 1939 di Sofia Bulgaria. Ia seorang filsuf dan kritikus budaya. Dia tinggal di Perancis sejak 1963 dan sekarang tinggal di sana bersama istrinya Nancy Huston dan dua anak mereka. Ia menulis buku dan esai tentang teori sastra, berpikir sejarah dan budaya teori. 18 Dua karya Todorov pada semiotika adalah Teori Simbol dan Interpretasi. Teorinya mendefinisikan hubungan antara sejarah, wacana dan ucapan, dan mengusulkan definisi simbolisme bahasa didasarkan pada pembedaan ia membuat antara bahasa dan wacana. Todorov juga mendefinisikan perbedaan antara tanda dan simbol, yang didasarkan pada makna langsung teks dan konten langsung masing-masing. 19 16 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h.143. 17 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h.143-144. 18 Tvzetan Todorov, Tata Sastra Jakarta Jakarta: IKAPI, 1985, h. 21 19 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46. 21

3. Teori Narasi Menurut Tvzetan Todorov

Tvezetan Todorov memiliki gagasan menarik mengenai struktur dari suatu narasi. Karena ia melihat teks mempunyai susunan atau struktur tertentu. Pembuat teks disadari atau tidak menyusun teks ke dalam tahapan atau struktur tersebut, sebaliknya khalayak juga akan membaca narasi berdasarkan tahapan atau struktur tersebut. Bagi Todorov, narasi adalah apa yang dikatakan, karenanya mempunyai urutan kronologis, motif dan plot, dan hubungan sebab akibat dari suatu peristiwa. 20 Setiap narasi memiliki sebuah plot atau alur yang didasarkan pada kesinambungan peristiwa dalam narasi, yaitu dalam hubungan sebab akibat. Ada bagian yang mengawali narasi, ada bagian yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari peristiwa awal, dan ada bagian yang mengakhiri narasi itu. Alurlah yang menandai kapan sebuah narasi itu dimulai dan kapan berakhir. 21 Menurut Todorov, pada bagian awal ada interaksi situasi dasar dan kemudian di tengah menimbulkan konflik dan pada akhirnya biasanya akan berakhir bahagia. Alur ditandai oleh puncak atau klimaks dari perbuatan dramatis dalam rentang laju narasi. Secara skematis alur dapat digambarkan sebagai berikut. 22 20 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46-47. 21 Braston and Stafford, The Media Student‟s Book, h. 36. 22 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, h. 145. 22 Awal tengah akhir Gambar 2.1: Gambar diagram alur film. Gorys Keraf menyatakan “Argumentasi dan Narasi” Banyak pendapat dan kritikan mengenai pembagian waktu dalam sebuah cerita, tetapi kritikan tidak bisa meniadakan pembagian waktu itu. Misalnya, ada pendapat yang mengatakan, bahwa sebenarnya apa yang disebut “penyelesaian” itu sebenarnya tidak ada, karena akhir dari suatu kejadian atau peristiwa akan menjadi awal dari kejadian yang lain, atau akhir dari tragedi itu merupakan sebuah diskusi, yang pada gilirannya menjadi bagian pendahuluan dari kisah berikutnya. 23 Sebab itu, narasi harus diberi batasan yang lebih jelas, yaitu rangkaian tindakan yang terdiri atas tahap-tahap yang penting dalam sebuah struktur yang terikat oleh waktu. Di mana waktu dibagi menjadi tiga waktu, yaitu bagian awal atau pendahuluan, bagian tengah atau perkembangan, dan bagian akhir atau bagian peleraian. Berikut rincian dari ketiga bagian tadi sebagai berikut:

a. Alur Cerita Awal

Narasi umumnya diawali dari situasi normal, ketertiban dan keseimbangan. 24 Dalam narasi tentang superhero, umumnya diawali oleh 23 Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 146. 24 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 47 23 kondisi kota yang damai, kerajaan yang makmur, dan seterusnya. Atau narasi tentang keluarga, diawali dengan kondisi keluarga yang harmonis dan bahagia. Suatu perbuatan atau tindakan tidak akan muncul begitu saja dari kehampaan. Perbuatan itu lahir dari suatu situasi. Situasi itu harus mengandung sistem-sistem yang mudah meledak atau mampu meledakan. Setiap saat situasi dapat menghasilkan suatu perubahan yang dapat membawa akibat atau perkembangan lebih lanjut di masa depan. Ada situasi yang sederhana, tetapi ada juga situasi yang kompleks. Kesederhanaan dan kekompleksannya tergantung dari mata yang berbeda. Kompleks tidaknya situasi dapat diukur dari kaitan-kaitan antara satu faktor dengan faktor yang lain. Dapat diukur dari jumlah faktornya, dan dapat pula diukur dari akibat- akibat yang ditimbulkannya serta rangkaian-rangkaian kejadian selanjutnya. 25 Jadi bagian pendahuluan menyajikan situasi dasar yang harus memungkinkan pembaca atau penonton memahami adegan-adegan selanjutnya. 26 Bagian pendahuluan menentukan daya tarik dan selera pembaca atau penonton terhadap bagian-bagian berikutnya, maka penulis harus menggarapnya dengan sungguh-sungguh secara seni. Bagian pendahuluan harus merupakan seni tersendiri yang berusaha menjaring minat dan perhatian pembaca atau penonton. 25 Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 150-151. 26 Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, h.56. 24

b. Alur Cerita Tengah

Bagian atau struktur kedua dari narasi adalah adanya gangguan distruption. 27 Ini bisa berupa tindakan atau adanya tokoh yang merusak keharmonisan, keseimbangan, atau keteraturan. Kehidupan yang normal dan tertib, setelah adanya tokoh atau tindakan tertentu berubah menjadi tidak teratur. Bagian perkembangan adalah bagian batang tubuh yang utama dari seluruh tindak-tanduk para tokoh. Bagian ini merupakan rangkaian dari tahap-tahap membentuk seluruh proses narasi. Bagian ini mencakup adegan- adegan yang berusaha meningkatkan ketegangan, atau menggawatkan komplikasi yang berkembang dari situasi asli. 28 Bagian tubuh cerita sudah melepaskan dirinya dari situasi umum atau situasi awal, dan sudah mulai memasuki tahap konkritisasi. 29 Konkritisasi diungkapkan dengan menguraikan secara terperinci peranan semua sistem narasi, perbuatan atau tindak-tanduk tokoh-tokoh, interelasi antara tokoh- tokoh dan tindakan mereka yang menimbulkan benturan kepentingan. Konflik yang ada hanya dapat dimengerti dan dipahami dengan baik, jika situasi awal dalam bagian pendahuluan sudah disajikan secara jelas.

c. Alur Cerita Akhir

Tahap ini adalah babak terakhir dari suatu narasi. Kekacauan yang muncul pada babak dua, berhasil diselesaikan sehingga keteraturan bisa 27 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46. 28 Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 153. 29 Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, h. 56. 25 dipulihkan kembali. 30 Akhir suatu cerita bukan hanya menjadi titik yang menjadi pertanda berakhirnya suatu tindakan. Lebih tepat jika dikatakan, bahwa akhir dari perbuatan merupakan titik di mana tenaga-tenaga atau kekuatan-kekuatan yang diemban dalam situasi yang tercipta sejak semula membersit keluar dan menemukan pemecahannya. 31 Bila seorang pembuat film ingin membuat sebuah cerita, ia menganggap bagian akhir cerita sebagai titik di mana perbuatan dan tindak- tanduk dalam seluruh narasi itu memperoleh maknanya yang bulat dan penuh. 32 Bagian ini merupakan titik di mana para penonton terangsang untuk melihat seluruh makna cerita. Bagian ini sekaligus merupakan titik di mana struktur dan makna memperoleh fungsi sepenuhnya. Dengan kata lain, bagian penutup merupakan titik di mana penonton sepenuhnya merasa, bahwa struktur dan makna sebenarnya merupakan sistem dari persoalan yang sama. Nama teknis bagian terakhir dari suatu narasi disebut juga peleraian atau denouement. 33 Dalam bagian ini akhirnya konflik dapat diatasi dan diselesaikan. Namun demikian tidak selalu terjadi, bahwa bagian peleraian benar-benar memecahkan masalah yang dihadapi. Pada bagian ini dalam pengertian alur, dalam peleraian tetap dicapai akhir dari rangkaian tindakan. Bahwa akhir dari tindakan ini menjadi awal dari persoalan berikutnya dan 30 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 48. 31 Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 154. 32 Branston and Stafford, The Media Student‟s Book, h. 56. 33 Gorys, Argumentasi dan Narasi, h. 155. 26 itu merupakan alur dari peristiwa berikutnya. Secara sederhana skema pembagian tiga waktu alur cerita dalam narasi dapat digambarkan sebagai berikut. 34 Ekuilibrium Gangguan Ekuilibrium keseimbangan kekacauan keseimbangan Gambar 2.2: Gambar skema pembagian tiga waktu dalam narasi. Eriyanto menyatakan “Analisis Naratif” Pembagian waktu dalam narasi diawali dari sebuah keteraturan. Keteraturan tersebut kemudian berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari seorang tokoh. Narasi diakhiri dengan kembalinya keteraturan. 35 Sejumlah ahli memodifikasi struktur narasi Todorov tersebut, misalnya yang dilakukan oleh Nick Lacey dan Gillespie. Lacey dan Gillespie memodifikasi struktur narasi tersebut menjadi lima bagian. 36 Lacey Gillespie Kondisi keseimbangan dan keteraturan Ekposisi, kondisi awal Gangguan distruption terhadap Keseimbangan Gangguan, kekacauan Kesadaran terjadi gangguan Komplikasi, kekacauan makin Besar Upaya untuk memperbaiki gangguan Klimaks, konflik memuncak Pemulihan menuju keseimbangan Penyelesaian dan akhir 34 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46 35 Eriyanto, Analisis Naratif, h. 46 36 Nick Lacey dan Gillespie memodifikasi untuk tahapan antara gangguan ke ekuilibrium. Tahapan yang ditambahkan misalnya gangguan yang makin meningkat, kesadaran akan terjadinya gangguan dan klimaks gangguan memuncak. Bagian penting lain yang ditambahkan adalah adanya upaya untuk menyelesaikan gangguan. 27 Gambar 2.3: Gambar tabel Perbandingan struktur narasi menurut sejumlah ahli. Eriyanto menyatakan “analisis naratif”

B. Film

Film merupakan karya seni yang diproduksi secara kreatif dan mengandung suatu nilai baik positif maupun negatif, sehingga mengandung suatu makna yang sempurna. Namun, terkadang makna yang terkandung dalam film tersebut itu kurang disadari oleh para penonton pada umumnya. Makna yang terkandung dalam suatu film, kita dapat melihat dari sistem-sistem pembentuk film itu sendiri. Seperti apa yang digambarkan oleh Thompson and Bordwell 37 sebagai berikut: Film form Interacts with Formal system Stylistic system Non-narrative Narrative Patterned and significant use of techniques: Categorical Mise en scene Rhetorical Cinematography Abstract Editing Associational Sound Gambar 2.4: Gambar bagan sistem-sistem dalam film Thompson Brodwell menyatakan dalam “Film Art and Introduction”. 37 David Bordwell and Kristin Thompson, Film Art and Introduction, Fourth Edition Singapore: McGraw-Hill Companies Inc, 2006, h. 118. 28 Bagan 2.1 di atas merupakan unsur-unsur pembentuk film yang pada dasarnya dapat dikelompokan menjadi dua bagian yaitu sistem formal dan sistem gaya stylistic. Sistem formal mencakup film dalam sistem naratif cerita dan non naratif non cerita. Film naratif merupakan kategori film yang memiliki-rangkaian suatu sebab-akibat yang terjadi dalam sewaktu-waktu. Kemudian, film non naratif, sebaliknya merupakan kategori film yang tidak memiliki susunan cerita tertentu, seperti film dokumentasi, film experimentasi, dan sebagainya. 38 Namun, penulis tidak menggunakan unsur sistem non-naratif ini, karena film yang diteliti ini adalah masuk kategori naratif. Suatu film baik formal atau gaya biasanya memiliki cerita dramatik, yaitu memiliki problem- problem yang kuat dan menarik. Sistem gaya stylistic atau bisa disebut dengan unsur sinematis terdiri atas empat macam sistem sinematis pembangun film, yakni mise en scene, cinematography, editing, dan sound. Mise en scene merupakan segala hal yang terletak di depan kamera yang akan diambil gambarnya dalam sebuah produksi film. Mise en scene terdiri atas empat aspek utama yaitu: Setting latar, kostum dan tata rias wajah make-up, pencahayaan lighting, dan pelakonan acting. 39 Cinematography merupakan hal-hal yang dilakukan para pekerja film berkaitan dengan kamera dan stok roll film mereka. Dalam hal ini bisa dikatakan para pekerja film menggambar apa yang terjadi di luar kamera 38 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005, h. 48-49. 39 Marselli Sumarno, Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 121. 29 menjadi sebuah satuan cerita secara utuh melalui alat kamera. Cinematography terdiri atas aspek pengambilan gambar shot, framing setiap adegan, dan durasi duration adegan. 40 Editing merupakan tahap pemilihan shot-shot yang telah diambil dipilih, diolah dan dirangkai sehingga menjadi suatu film yang utuh. 41 Dalam tahap editing, shot merupakan materi utama dalam proses editing. Berdasarkan aspeknya, editing dibagi menjadi dua jenis yaitu: dialog, musik, efek suara. Sound merupakan aspek sinematis yang tak kalah pentingnya dengan aspek lain. Melalui sound adegan yang terekam dengan kamera akan terasa lebih hidup dan nyata. Sound memiliki beberapa aspek yaitu: dialog, musik dan efek suara. 42 Namun, penulis tidak menggunakan sistem gaya stylistic dalam penelitian ini sebagai alat analisis. Selain itu, dalam sistem gaya stylistic peneliti merasa adanya keterbatasan untuk menganalisis sistem gaya ini. Tidak hanya itu, hal ini dikarenakan dalam penelitian ini lebih kepada analisis narasi film Hijab.

1. Jenis dan Klasifikasi Film

a. Jenis-jenis film Bordwell and Thompson 2010 secara umum membagi jenis film menjadi tiga jenis, yakni: dokumenter nyata, fiksi rekaan, dan eksperimental abstrak. Pembagian ini didasarkan atas cara bertuturnya 40 Marseli,Dasar-Dasar Apresiasi Film, h. 168. 41 Himawan Pratista, Memahami Film Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008, h. 123. 42 Marseli, Dasar-Dasar Apresiasi Film,h. 272. 30 yakni, naratif cerita dan non-naratif non cerita. 43 Film fiksi memiliki struktur naratif yang jelas sementara film dokumenter dan eksperimental