171 Pengaruh Lingkungan Keluarga, Pendidikan, Dan Sosial Terhadap Jiwa Dan Minat Kewirausahaan Mahasiswa

Pendidikan Orangtua Tingkat pendidikan yang dicapai seseorang akan mempengaruhi dan membentuk cara, pola dan kerangka berpikir, persepsi, pemahaman dan kepribadian. Hal tersebut merupakan suatu kesatuan yang dapat menjadi faktor penentu dalam komunikasi keluarga. Oleh karena itu, meningkatnya pendidikan secara langsung ataupun tidak langsung akan menentukan baik buruknya interaksi antar anggota keluarga Gunarsa Gunarsa 2008. Selain itu, orangtua dengan pendidikan tinggi cenderung lebih mengembangkan diri dan pengetahuannya, lebih terbuka mengikuti perkembangan masyarakat dan informasi, serta sanggup memberikan rangsangan-rangsangan fisik maupun mental sejak dini, mereka juga akan melatih anak-anaknya untuk memiliki sikap sosial yang baik, dan membiasakan untuk hidup disiplin, sehingga anak-anak memiliki sikap atau nilai sosial yang tinggi dibandingkan orangtua berpendidikan rendah Gunarsa Gunarsa 2008. Tabel 11 Sebaran Contoh Menurut Pendidikan Orangtua dan Jenis Kelamin Pendidikan Orangtua Laki-laki Perempuan Total n n n Ayah Tidak Sekolah 10 9.9 6 4.0 16 6.4 SD 12 11.9 9 6.0 21 8.3 SMP 12 11.9 16 10.6 28 11.1 SMA 24 23.8 45 29.8 69 27.4 AkademiDiploma 9 8.9 14 9.3 23 9.1 Perguruan Tinggi 34 33.7 61 40.4 95 37.7 Total 101 100.0 151 100.0 252 100.0 p-value 0.009 Ibu Tidak Sekolah 9 8.9 7 4.6 16 6.3 SD 15 14.8 16 10.6 31 12.3 SMP 11 10.9 14 9.3 25 9.9 SMA 31 30.7 54 35.7 85 33.7 AkademiDiploma 10 9.9 16 10.6 26 10.3 Perguruan Tinggi 25 24.7 44 29.1 69 27.4 Total 101 100.0 151 100.0 252 100.0 P-value 0.040 Keterangan: = berbeda nyata α≤0,05; = berbeda nyata α≤0,10 Pendidikan orangtua contoh berkisar antara tidak sekolah sampai dengan tamat perguruan tinggi. Tingkat pendidikan ayah contoh dalam penelitian ini paling banyak 37.7 adalah lulusan perguruan tinggi, dan sebanyak 27.4 persen menamatkan SMA, hanya terdapat 6.3 persen yang tidak bersekolah, 8.3 persen yang menamatkan SD, 11.1 persen menamatkan SMP, dan 9.1 persen mencapai tingkat akademidiploma Tabel 11. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan p0.01 pendidikan ayah contoh laki-laki dan ayah contoh perempuan, dalam hal ini pendidikan ayah contoh perempuan lebih tinggi dibandingkan pendidikan ayah contoh perempuan. Berdasarkan Tabel 11 di atas, tingkat pendidikan ibu contoh 33.7 paling banyak lulusan SMA, 27.4 persen menamatkan Perguruan Tinggi, 12.3 persen hanya menamatkan SD, dan 10.3 persen menamatkan akademidiploma, dan terdapat 6.3 persen ibu contoh yang tidak bersekolah atau belum tamat SD, serta 9.9 persen mencapai pendidikan sampai SMP. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan ayah contoh lebih tinggi daripada ibu contoh. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan p0.05 pendidikan ibu contoh laki-laki dan contoh perempuan, dimana pendidikan ibu contoh perempuan lebih tinggi dibandingkan ibu contoh laki-laki. Penghasilan Orangtua Penghasilan orangtua adalah sejumlah dana yang dihasilkan orangtua contoh per bulan, baik yang diperoleh dari hasil bekerja maupun non bekerja yang dinilai dalam bentuk uang. Tabel 12 menunjukkan pendapatan ayah contoh 25.8 persen berada pada rentang Rp 1,000,000–Rp 2,000,000, kemudian 24.6 persen berpenghasilan di bawah Rp 1,000,000, dan 22.6 persen berpenghasilan antara Rp 2,000,001–Rp 3,000,000. Terdapat 15.1 persen ayah contoh berpenghasilan antara Rp 3,000,001–Rp 5,000,000, 3.6 persen berpenghasilan antara Rp 5,000,001–Rp 10,000,000, dan 2.0 persen yang berpenghasilan di atas Rp 10,000,000, serta terdapat 6.3 persen yang tidak berpenghasilan disebabkan karena tua atau telah meninggal dunia Tabel 12. Tabel 12 Sebaran Contoh Menurut Tingkat Penghasilan Orangtua Tingkat Penghasilan Laki-laki Perempuan Total n n n Ayah Tidak berpenghasilan 7 6.9 9 6.0 16 6.3 Rp 1,000,000 31

30.7 31 20.5 62 24.6

Rp 1,000,000 – Rp 2,000,000 26 25.7 39

25.8 65

25.8 Rp 2,000,001 – Rp 3,000,000 20 19.8 37 24.5 57 22.6 Rp 3,000,001 – Rp 5,000,000 12 11.9 26 17.2 38 15.1 Rp 5,000,001 – Rp 10,000,000 4 4.0 5 3.3 9 3.6 Rp 10,000,000 1 1.0 4 2.6 5 2.0 Total 101 100.0 151 100.0 252 100.0 p-value 0.027 Ibu Tidak berpenghasilan 33

32.7 61

40.4 94

37.3 Rp 1,000,000 30 29.7 33 21.9 63 25.0 Rp 1,000,000 – Rp 2,000,000 18 17.8 17 11.3 35 13.9 Rp 2,000,001 – Rp 3,000,000 12 11.9 24 15.9 36 14.3 Rp 3,000,001 – Rp 5,000,000 6 5.9 14 9.3 20 7.9 Rp 5,000,001 – Rp 10,000,000 2 2.0 2 1.3 4 1.6 Rp 10,000,000 0.0 0.0 0.0 Total 101 100.0 151 100.0 252 100.0 p-value 0.371 Keterangan: = nyata pada p ≤ 0.05 Berbeda dengan ayah, ibu contoh lebih banyak berpenghasilan di bawah Rp 1,000,000 25.0, 14.3 persen berpenghasilan antara Rp 2,000,001–Rp 3,000,000, 13.9 persen berpenghasilan antara Rp 1,000,000–Rp 2,000,000. Terdapat 7.9 persen berpenghasilan antara Rp 3,000,001–Rp 5,000,000, dan 1.6 persen berpenghasilan antara Rp 5,000,001–Rp 10,000,000. Tidak terdapat ibu yang berpenghasilan di atas Rp 10,000,000, dan terdapat 37.3 persen ibu yang tidak berpenghasilan, disebabkan sebagian besar mereka adalah ibu rumah tangga. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata p0.05 pada variabel penghasilan ayah dan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata p0.05 pada variabel penghasilan ibu di kedua kelompok contoh Tabel 12. Hal ini kemungkinan karena penghasilan ibu contoh memiliki penghasilan yang beragam dan tersebar pada seluruh kategori penghasilan dalam penelitian ini. Stabilitas ekonomi yang baik dalam keluarga sangat mempengaruhi praktik pengasuhan dan pembentukan karakter anak. Orangtua dengan keadaan ekonomi baik memiliki lebih banyak waktu untuk membimbing anak, karena tidak lagi memikirkan keadaan ekonomi. Sebaliknya, orangtua yang berasal dari keluarga yang miskin, kurang memiliki waktu untuk membimbing anak, karena terlalu memikirkan keadaan ekonominya. Hal ini berdampak pada kurangnya perhatian, penghargaan, pujian untuk berbuat baik mengikuti peraturan, kurangnya latihan dan penanaman nilai moral Gunarsa Gunarsa 2004; Hapsari 2005. Selain itu, keadaan ekonomi keluarga mempunyai peranan terhadap tingkah laku anak. Keadaan ekonomi yang baik akan memberi kesempatan yang luas pada anak untuk mengembangkan bermacam-macam kecakapan dan kesempatan pendidikan yang lebih baik Gerungan, 1999. Pekerjaan Orangtua Pekerjaan utama ayah contoh paling banyak menjadi PNSBUMN 35.3, sisanya ada yang bekerja sebagai persen menjadi pengusahapedagang 22.6, pegawai swastahonorer 22.3, petaninelayan 11.5, tidak bekerja atau telah pensiun 2.0, dan TNIPOLRI 0.8. Sekitar 5.6 persen contoh tidak memberi keterangan terkait pekerjaan ayah contoh Tabel 12. Selain itu, dalam hal pekerjaan sampingan ayah, sebagian besar ayah contoh tidak memiliki pekerjaan lain 91,7 selain pekerjaan utama. Terdapat 4.8 persen sebagai pengusahapedagang, 1.6 persen sebagai buruh tani, nelayan, atau bangunan, dan 2.0 persen lain-lain. Tabel 13 Sebaran Contoh Menurut Pekerjaan Orangtua Karakteristik Laki-laki Perempuan Total n n n Pekerjaan Utama Ayah Tidak Menjawab 2 2.0 12 7.9 14 5.6 PNSBUMN 30

29.7 59

39.1 89

35.3 Pegawai SwastaHonorer 23 22.8 33 21.9 56 22.2 TNIPOLRI 0 0.0 2 1.3 2 0.8 WirausahaPedagang 27

26.7 30

19.9 57

22.6 PetaniNelayan 16 15.8 13 8.6 29 11.5 Tidak BekerjaPensiun 3 3.0 2 1.3 5 2.0 Total 101 100.0 151 100.0 252 100.0 Pekerjaan Sampingan Ayah Tidak Punya 95

94.1 136

90.1 231

91.7 WirausahaPedagang 4 4.0 8 5.3 12 4.8 Lain-lain 2 2.0 7 4.6 9 2.6 Total 101 100.0 151 100.0 252 100.0 Pekerjaan Utama Ibu Tidak Menjawab 0 0.0 1 0.7 1 0.4 PNSBUMN 20 19.8 44 29.1 64 25.4 Pegawai SwastaHonorer 10 9.9 5 3.3 15 6.0 TNIPOLRI 0 0.0 1 0.7 1 0.4 WirausahaPedagang 21 20.8 30 19.9 51 20.2 PetaniNelayan 11 10.9 3 2.0 14 5.6 Ibu Rumah Tangga IRT 39 38.6 67 44.4 106 42.1 Total 101 100.0 151 100.0 252 100.0 Pekerjaan Sampingan Ibu Tidak PunyaIRT 98

97.0 143

94.7 241

95.6 WirausahaPedagang 3 3.0 8 5.3 11 4.4 Lain-lain 1 1.0 0 0.0 1 0.4 Total 101 100.0 151 100.0 252 100.0 Pekerjaan utama ibu paling banyak 42.1 adalah ibu rumah tangga IRT, pensiunan atau tidak bekerja diluar rumah lagi. Terdapat 25.4 persen menjadi PNSpegawai BUMN, 20.3 persen menjadi pengusahapedagang, 6.0 persen sebagai pegawai swastahonorer, 5.6 persen memiliki pekerjaan sebagai petaninelayan, dan 0.4 persen bekerja sebagai TNIPOLRI, serta terdapat 0,4 persen contoh tidak memberi keterangan terkait pekerjaan utama ibu mereka Tabel 13. Adapun pekerjaan sampingan ibu, hampir seluruh ibu contoh 95.6 tidak memiliki pekerjaan sampingan, namun terdapat 4.4 persen berwirausaha dengan membuka tempat kursus, kiostoko, catering, kerajinan sepatusandal, warung makan, dan rental mobil 3.0 laki-laki dan 5.3 perempuan, dan sekitar 0.4 persen menjadi buruh tani musiman. Lingkungan Keluarga Lingkungan keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang untuk berwirausaha. Lingkungan keluarga yang dimaksudkan dalam penelitian ini antara lain: kualitas pengasuhan, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, dan latar belakang budaya. Kualitas Pengasuhan Cara orangtua mendidik anak berpengaruh besar terhadap cara belajar dan berpikir anak. Mustofa 1996 mengatakan bahwa pengalaman masa kecil, serta pola asuh keluarga, tuntutan keluarga, kemungkinan besar ikut berpengaruh terhadap pemilihan pekerjaan meskipun hal ini kadang-kadang tidak disadari oleh individu yang bersangkutan. Tabel 14 memberikan informasi mengenai sebaran persentase contoh yang setuju indikator kualitas pengasuhan. Tabel 14 Sebaran Persentase Contoh yang Setuju pada Indikator Kualitas Pengasuhan No Indikator Kualitas Pengasuhan Perempuan n=151 Laki-laki n=101 Total n=252 1 Kesedian orangtua memberikan nasehat dan saran bila dibutuhkan 94.7 100.0 96.8 2 Sikap hangat, penuh perhatian dan kasih sayang 96.0 97.0 96.4 3 Kesempatan untuk mengemukakan alasan 96.7 93.1 95.2 4 Penjelasan akibat melanggar sebuah peraturan 92.7 94.1 93.3 5 Kontrol dan pemantauan sewajarnya terhadap berjalannya sebuah peraturan 93.4 92.1 92.9 6 Ruang berkembang sesuai bakat 93.4 91.1 92.5 7 Penjelasan atas manfaat sebuah peraturan 93.4 90.1 92.1 8 Kesepakatan bersama terjadi melalui negosiasi antara orang tua dan anak 92.7 91.1 92.1 9 Fasilitas untuk mengembangkan bakat dan minat 89.4 88.1 88.9 Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar contoh mendapatkan sikap hangat penuh perhatian dan kasih sayang dari orangtua 96.4, mendapatkan nasehat dan saran dari orangtua saat diminta 96.8, mendapatkan keluasaan ruang berkembang sesuai bakat 92.5 serta fasilitas untuk mengembangkan minat dan bakat 88.9. Selain itu, contoh mendapatkan penjelasan atas manfaat 92.1 dan akibat dari melanggar sebuah peraturan 93.3, memiliki kesempatan bernegosiasi tentang kesepakatan bersama dengan orangtua 92.1, kesempatan mengemukakan alasanpendapat 95.2, serta mendapatkan kontrol dan pemantauan sewajarnya terhadap sebuah peraturan yang sedang dijalankan 92.9. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan pada dua indikator kualitas pengasuhan antara mahasiswa perempuan dan mahasiswa laki-laki. Mahasiswa perempuan lebih baik dalam hal tersedianya kesempatan untuk mengemukakan alasanpendapat p=.093 dibandingkan mahasiswa laki-laki, sedangkan mahasiswa laki-laki lebih baik dibandingkan mahasiswa perempuan dalam hal kesedian orangtua memberikan nasehat dan saran bila dibutuhkan p0.01, bahkan seluruh mahasiswa laki-laki setuju bahwa orangtua mereka selalu bersedia jika diminta memberikan nasehat dan saran bila menghadapi persoalan. Hal ini yang mungkin jadi penyebab mahasiswa laki-laki lebih sedikit mendapatkan kesempatan untuk mengemukakan alasanpendapat karena mahasiswa laki-laki diberikan kesempatan untuk meminta nasehat dan saran dari orangtua saat dibutuhkan, sehingga tidak memerlukan alokasi waktu khusus mendapatkan penjelasan tentang sebuah peraturan dan kesempatan mengemukan alasan. Mahasiswa laki-laki seolah-olah diberikan lebih banyak kebebasan untuk melakukan sesuatu dan menjalani hidup, sehingga mereka lebih sedikit mendapatkan pengarahan seperti yang terjadi pada mahasiswa perempuan. Kualitas pengasuhan yang semakin baik mengarah pada pengasuhan otoritatif dan semakin kurang baik mengarah pada gaya pengasuhan otoriter. Orang tua yang otoritatif demokratis akan menghasilkan anak bahagia, memiliki rasa percaya diri, memiliki regulasi emosi dan kemampuan sosial yang baik, sedangkan orang tua yang permisif acuh tak acuh akan menghasilkan anak yang memiliki regulasi emosi yang rendah, pemberontak, menunjukkan tingkah laku yang anti-sosial dan memiliki ketahanan yang rendah dalam menghadapi hal-hal yang menantang Brooks, 2001 dan Slameto, 2003. Relasi Antar Anggota Keluarga Relasi antar anggota keluarga yang dimaksudkan pada penelitian ini antara lain: perilaku untuk selalu menolong, melindungi, dan memberi dukungan satu sama lain antar anggota keluarga, ketiadaan rasa tertekan untuk memgungkapkan perasaan di dalam keluarga, dan kemudahan untuk mengungkapkan semua perasaan yang sebenarnya pada orangtua. Persentase sebaran contoh yang setuju indikator relasi antar anggota keluarga disajikan pada Tabel 15. Tabel 15 Persentase Contoh yang Setuju pada Indikator Relasi Antar Anggota Keluarga No Indikator Relasi antar Anggota Keluarga Perempuan n=151 Laki-laki n=101 Total n=252 1 Anggota keluarga selalu menolong, melindungi, dan memberi dukungan satu sama lain 94.7 98.0 96.0 2 Ketiadaan rasa tertekan untuk mengungkapkan perasaan di dalam keluarga. 83.4 75.2 80.2 3 Kemudahaan mengungkapkan semua perasaan yang sebenarnya pada orangtua. 63.6 60.4 62.3

Dokumen yang terkait

PENGARUH KEPRIBADIAN, PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN, DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP AKTIVITAS BERWIRAUSAHA MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

16 61 173

PENGARUH PENGALAMAN BERWIRAUSAHA DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Pengaruh Pengalaman Berwirausaha Dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Pada Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Angkatan 2011 Universitas Muhamma

0 3 13

PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN BUDAYA KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA Pengaruh Jiwa Kewirausahaan Dan Budaya Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha ( Studi Kasus pada Mahasiswa UMS Program Pendidikan PKn Angkatan 2012 ).

0 4 16

PENDAHULUAN Pengaruh Jiwa Kewirausahaan Dan Budaya Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha ( Studi Kasus pada Mahasiswa UMS Program Pendidikan PKn Angkatan 2012 ).

0 1 8

PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN DAN BUDAYA KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA Pengaruh Jiwa Kewirausahaan Dan Budaya Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha ( Studi Kasus pada Mahasiswa UMS Program Pendidikan PKn Angkatan 2012 ).

0 2 13

PENGARUH SIKAP MANDIRI DAN LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA PROGRAM Pengaruh Sikap Mandiri dan Lingkungan keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah

1 5 16

PENGARUH FAKTOR KELUARGA DAN KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT MENJADI WIRAUSAHA Pengaruh Faktor Keluarga dan Karakyeristik Kewirausahaan Terhadap Minat Menjadi Wirausaha Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008 Universitas muh

0 3 16

PENGARUH EKSPEKTASI PENDAPATAN, LINGKUNGAN KELUARGA, DAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA (Studi Kasus pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta).

1 4 155

PENGARUH KEPRIBADIAN, LINGKUNGAN KELUARGA DAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA.

0 1 149

PENGARUH PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MAHASISWA

0 0 10