p. Turut serta secara aktif bersama pemerintah dalam menetapkan kawasan serta perubahan fungsi dan status hutan dalam rangka
perencanaan tata ruang provinsi berdasarkan kesepakatan antara provinsi dan kabupaten kota
q. Perlindungan dan pengamanan hutan pada kawasan lintas kabupaten kota
r. Penyediaan dukungan penyelengaraan pendidikan dan pelatihan teknis, penelitian dan pengembangan terapan bidang kehutanan
Pasal 66 ayat 1 UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan menjelaskan bahwa dalam rangka penyelenggaraan kehutanan, pemerintah menyerahkan
sebagian kewenangan kepada pemerintah daerah. Selanjutnya pasal 66 ayat 2 UU No 41 tahun 1999 tentang kehutanan dikatakan bahwa pelaksanaan penyerahan
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pengurusan hutan.
2.3 Pendapatan Daerah
Dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 157, dinyatakan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri dari :
1. Pendapatan Asli Daerah, yaitu : a. Hasil pajak daerah
b. Hasil retribusi daerah c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. 2. Dana Perimbangan
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah.
Pendapatan Asli Daerah PAD
Pendapatan Asli Daerah PAD yaitu penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perUUan yang berlaku. Sumber Pendapatan Asli Daerah PAD terdiri dari :
a. Hasil pajak daerah b. Hasil retribusi daerah
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan antara lain bagian laba dari BUMD, hasil kerjasama dengan pihak ketiga
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, antara lain penerimaan daerah di luar pajak dan retribusi daerah seperti jasa giro, hasil
penjualan aset daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah ditetapkan dengan undang-undang yang
pelaksanaanya di daerah diatur lebih lanjut dengan Perda Peraturan Daerah. Pemerintahan daerah dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain di
luar yang telah ditetapkan undang-undang. Hasil pengeloaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah ditetapkan dengan Perda Peraturan
Daerah berpedoman pada peraturan perundang-undangan. Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangan yang
berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah UU No. 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi
Daerah pasal 1 ayat 6. Retribusi menurut Lasmana 1992 adalah pungutan sejumlah uang, dimana ada jasa timbal secara langsung kepada setiap
pembayarannya dan pelaksanaannya tidak dapat dipaksakan secara hukum tetapi
lebih bersifat ekonomis kepada pembayar retribusi.
Sedang menurut UU No. 34 tahun 2000 tentang Pajak dan Retribusi Daerah pasal 1 ayat 26, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Retribusi Daerah merupakan salah satu sumber Pendapatan Daerah yang penting guna membiayai penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan
Daerah untuk memantapkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab.
Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, yaitu
terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin
baik. Dana perimbangan merupakan kelompok sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi yang alokasinya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain,
mengingat tujuan masing-masing jenis penerimaan tersebut saling mengisi dan melengkapi Suparmoko, 2002.
Dana perimbangan terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus. Dana Bagi Hasil adalah bagian daerah dari Penerimaan Pajak
Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan penerimaan dari sumberdaya alam. Dana Bagi Hasil merupakan alokasi yang pada
dasarnya memperhatikan potensi daerah penghasil. Dana Alokasi Umum DAU adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan
kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum dialokasikan
dengan tujuan pemerataan dengan memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat di daerah,
sehingga perbedaan antara daerah yang berkembang dan daerah yang belum berkembang dapat diperkecil. Dana Alokasi Khusus DAK adalah dana yang
berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. Dana Alokasi Khusus bertujuan untuk membantu membiayai
kebutuhan-kebutuhan khusus daerah. Menurut penjelasan UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
pasal 157, Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam pelaksanaan
desentralisasi. Sedang yang dimaksud desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
urusan pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia pasal 1 ayat 7.
Dalam PP RI No. 104 tahun 2000 dinyatakan bahwa : 1. Pasal 8 : Penerimaan daerah dari sumberdaya alam sektor kehutanan,
sektor pertambangan umum dan sektor perikanan dibagi dengan imbangan 20 untuk Pemerintah Pusat dan 80 untuk Daerah.
2. Pasal 9 : Ayat 1 : Penerimaan Negara dari sumberdaya alam sektor kehutanan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 terdiri dari : a Penerimaan iuran hak pengusahaan hutan, b Penerimaan provisi sumberdaya
hutan. Ayat 2 : Bagian Daerah dari penerimaan iuran hak pengusahaan hutan
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf a dibagi dengan perincian a 16 untuk Daerah Propinsi yang bersangkutan, b 64 untuk
Daerah Kabupaten atau Kota penghasil. Ayat 3 : Bagian daerah dari penerimaan Negara Provisi Sumberdaya
Hutan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf b, dibagi dengan perincian : 16 untuk Daerah Propinsi yang bersangkutan, 32 untuk
Daerah KabupatenKota penghasil dan 32 untuk Daerah KabupatenKota lainnya dalam propinsi yang bersangkutan.
2.4 Pajak 2.4.1 Pengertian Pajak