sedangkan pada stasiun II pada kedalaman 0-5 m di cirikan oleh suhu dan DO, kedalaman 5-10 m dicirikan oleh kondisi yang persentase liatnya tinggi, begitu
pula pada kedalaman 10-15 m. Hal ini dapat dijelaskan pada kedalaman 0-5 m, 5- 10 m dan 10-15 m di stasiun II akumulasi substrat sangat tinggi, stasiun I dan II
merupakan daerah yang terbuka dengan kecepatan arus yang rendah sehingga terjadi akumulasi sedimen.
Pada stasiun III dicirikan oleh kondisi suhu dan DO, stasiun ini merupakan daerah berkarang dengan gelombang yang cukup besar sehingga DO relatif tinggi
di banding dengan stasiun lainnya, stasiun III pada kedalaman 10-15 m merupakan daerah yang memiliki banyak karang dengan substrat yang dominan
adalah pasir sehingga pada kedalaman ini dicirikan oleh substrat berpasir. Berdasarkan pengamatan di lokasi, diketahui bahwa teripang pasir maupun
teripang hitam memiliki karateristik yaitu DO, salinitas, pH dan kecepatan arus yang tinggi, serta suhu yang agak rendah. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada stasiun I kelimpahan teripang yang tinggi di duga kondisis lingkungan masih menunjang untuk kehidupan teripang.
4.2. Distribusi Spasial Teripang pasir dan Teripang Hitam
Berdasarkan hasil pengamatan teripang pasir Holothuria scabra yang tertangkap di Desa Laluin selama penelitian menunjukkan bahwa di stasiun I
kedalaman 0-5 m terdapat 52 ekor, kedalaman 5-10 m 37 ekor dan kedalaman 10- 15 m sebanyak 9 ekor. Stasiun II menunjukkan bahwa pada kedalaman 0-5 m ada
34 ekor, 5-10 m 29 ekor dan kedalaman 10-15 m 13 ekor, sedangkan stasiun III kedalaman 0-5 m jenis teripang pasir yang tertangkap berjumlah 38 ekor,
kedalaman 5-10 m 19 ekor dan kedalaman 10-15 m 10 ekor. Apabila dilihat jumlah total per stasiun tanpa melihat kedalaman maka yang mendominasi jumlah
teripang berada pada stasiun I dengan jumlah 98 ekor, stasiun II 76 ekor dan yang paling sedikit pada stasiun III dengan jumlah 67 ekor, jumlah keseluruhan
teripang pasir yang tertangkap pada stasiun I, II, III sebanyak 241 ekor. Selanjutnya untuk teripang hitam yang tertangkap pada stasiun I
kedalaman 0-5 m adalah 31 ekor, kedalaman 5-10 m 44 ekor dan kedalamana 10- 15 m sebanyak 10 ekor, Stasiun II pada kedalaman 0-5 m terdapat 21 ekor,
kedalaman 5-10 m 23 ekor dan kedalaman 10-15 m 5 ekor, selanjutnya pada stasiun III teripang hitam yang tertangkap berjumlah 35 ekor pada kedalaman 0-5
m, kedalaman 5-10 m berjumlah 36 ekor dan kedalaman 10-15 m sebanyak 16 ekor. Secara keseluruhan tampak bahwa teripang hitam lebih banyak ditemukan
pada stasiun III dan terendah pada stasiun II, jika berdasarkan kedalaman maka teripang hitam lebih dominan pada kedalaman 5-10 m. Hal ini sejalan dengan
yang dikemukaka oleh Vakily 1989 bahwa bertambahnya kedalaman maka ketersediaan makanan menjadi faktor pembatas bagi phytoplankton yang menjadi
makanan suatu biota. Dari hasil analisis uji Kruskal-Wallis perbandingan jumlah individu
teripang pasir berdasarkan kedalaman disemua stasiun H
hitung
=5.771 dan H
tabel
5,99
dengan α=0.05 sedangkan teripang hitam H
hitung
=1.263 dan H
tabel
5,99 dengan α=0.05 tidak berbeda nyata Lampiran 10 dan 11. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa teripang pasir maupun teripang hitam menyebar luas pada tiap kedalaman di semua stasiun yang ada di Desa Laluin Meskipun secara
keseluruhan jumlah individu teripang pasir terbanyak pada stasiun I, II dan yang paling sedikit pada stasiun III akan tetapi jumlah individu di tiap kedalaman tidak
terlalu besar selisihnya.
4.3. Kepadatan Teripang Pasir dan Teripang Hitam