disebabkan oleh faktor-faktor yang terjadi secara alamiah seperti penyakit, umur, stres akibat pemijahan, kelaparan maupun predator Sparre and Venema 1999,
sedangkan mortalitas penangkapan adalah mortalitas mortalitas yang diakibatkan oleh faktor penangkapan itu sendiri.
Laju eksploitasi E Didefinisikan sebagai bagian dari suatu kelompok umur yang akan ditangkap selama organisme tersebut hidup, sehingga laju
eksploitasi dapat diartikan sebagai jumlah suatu organisme yang ditangkap dan dibandingkan dengan jumlah total organisme tersebut yang mati karena semua
faktor, baik itu faktor alami maupun yang diakibatkan oleh penangkapan Pauly 1984.
2.3.4. Dinamika Stok Dengan Tingkat Eksploitasi Teripang
Eksploitasi teripang yang berlebihan merupakan isu penting dalam usaha perikanan di seluruh dunia. Rencana peningkatan manajemen keberadaan populasi
teripang dan aquakultur penting untuk dipertimbangkan guna memelihara populasinya di alam dan keberlanjutan usaha perikanan.
Dalam konteks ini, kita mengevaluasi manfaat komersial yang penting dari teripang Holothuria scabra
untuk dikembangkan secara massal di tempat penetasan. Teripang H. scabra versicolor yang sudah dewasa dikumpulkan dari Teluk Hervey Queensland,
Australia dengan melakukan penyelaman dan selanjutnya diinduksi agar bertelur dengan cara menaikkan temperatur air. Lebih kurang 46 juta telur telah dihasilkan
oleh 18 betina selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2005. Larva dari 9 juta telur dikembangkan hingga menjadi anakan, dengan lebih dari 300.000 anakan
dihasilkan selama periode pembiakan di tempat penetasan antara tahun 2004 sampai dengan 2005. Pada tahapan anakan teripang mempunyai ukuran antara 3-5
cm selama tiga bulan dan setelah itu merupakan waktu yang cocok untuk melepaskan mereka ke alam. Studi ini memperlihatkan bahwa jenis ini bisa
dibesarkan di tempat penetasan dalam skala besar untuk menyetok kembali populasi yang telah habis agar dapat dilakukan pemanenan yang berkelanjutan.
Data yang dikumpulkan selama dua tahun masa percobaan mengindikasikan peningkatan daya tahan yang sangat tinggi pada tahun kedua, hal ini diikuti
dengan modifikasi teknik budidaya. Hasil penelitian ini sangat menjanjikan dan
dapat dipertimbangkan pasar potensialnya, nilai industri dan teknik pengerjannya, karena spesies ini sesuai untuk meningkatkan stok. Grisilda Ivy and Daniel Azari
Beni Giraspy1 2006. Teripang merupakan salah satu jenis biota laut yang dapat dimakan dan
bergizi tinggi. Kandungan protein teripang sebesar 43 dari berat keringnya, Teripang tergolong komoditi ekspor hasil laut yang semakin besar permintaannya
terutama dalam bentuk kering dan asapan. Teripang digunakan sebagai bahan makanan, baik di konsumsi mentah dengan pengolahan sederhana maupun
dimasak kembali setelah proses pengeringan. Konsumen utama teripang adalah Cina, Korea dan Jepang, khusus Jepang dan Korea jenis teripang yang di makan
adalah Stichopus Japonicus yang hidup di perairan Jepang Utara dan Rusia Nessa dan Arahman 1987
Kegiatan perikanan teripang di dunia saat ini terletak di kawasan Indo Pasifik Barat, dengan produsen yang meliputi negara-negara sepanjang pantai
Timur Afrika, India, Sri Langka, Cina, Korea, Jepang, Filipina, Malaysia, Vietnam, Indonesia, Australia dan negara-negara yang terletak di kawasan Pasifik
tengah dan Selatan Aziz 1987. Selanjutnya dikatakan bahwa sekitar 23 jenis teripang dieksploitasi di perairan Indonesia. Jenis Holthuria scabra adalah jenis
teripang yang banyak di eksploitasi. . Kekayaan jenis teripang secara keseluruhan mungkin belum terungkap.
Sementara itu beberapa jenis teripang yang komersil telah mengalami tekanan eksploitasi. Pada saat ini perburuan teripang tidak saja pada jenis-jenis yang
berharga mahal, tapi juga terhadap jenis-jenis yang murah yang pada awalnya tidak menjadi perhatian. Tekanan eksploitasi terhadap jenis-jenis teripang tersebut
telah menyebabkan populasi alaminya sangat menurun. Hal ini bisa menjadi masalah yang dilematis, karena tidak ada usaha pengelolaan dan pelestariannya
Darsono 2005. Eksploitasi teripang untuk tujuan komersil telah berlangsung paling tidak
sejak seribu tahun yang lalu. Perdagangan teripang untuk pangan, secara global meningkat tajam dan mencapai jumlah sekitar 12.000 ton teripang kering atau
setara dengan 120.000 ton teripang hidup, pada awal 1990. Meningkatnya permintaan pasar Asia secara luas telah mendorong peningkatan upaya eksploitasi
terhadap teripang diberbagai negara penghasil. Sejak akhir tahun 1990-an eksploitasi teripang bertambah dengan adanya kegiatan riset produk alam dan
penggunaan teripang sebagai hewan akuarium. Keberadaan teripang terancam oleh tangkap lebih akibat meningkatnya permintaan, dan kerusakan habitat tempat
hidupnya. Penangkapan teripang menyebabkan penurunan kepadatan dan ukuran
jenis teripang target. Menurunnya kepadatan populasinya akibat kegiatan penangkapan berakibat pada gagalnya fertilasi oleh jarak keberadaan antara jantan
dan betina yang terpisah jauh. Kegiatan eksploitasi teripang di Indonesia umumnya berskala kecil. Para nelayan melakukan penangkapan dengan
menggunakan tombak dan pengambilan teripang dengan tangan Gambar 7, teripang yang terdapat di kumpulkan sedikit demi sedikit dan diproses
dikeringkan kemudian dijual kepada tengkulak pengumpul Darsono 2005.
Gambar 7.a.Alat penangkapan teripang dengan alat penjepit Martoyo et al. 2007 b.Alat penangkapan dengan menggunakan kompresor
c.Penankapan teripang dengan tangan Teripang sebagai komoditas perdagangan sebagian besar berasal dari hasil
penangkapan dari alam, sedangkan teknologi budidaya sebagai alternatif pemenuhan kebutuhan kebutuhan pasar baik dalam negeri maupun ekspor belum
dapat memberikan hasil secara optimal. Sebagai akibat dari keadaan tersebut maka keadaan sumberdaya teripang akan terancam, sehingga spesies teripang
dimasukkan kedalam daftar hewan yang dilindungi dan beberapa negara yang tergabung dalam CITES The Convention on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora berencana memasukkan teripang kedalam daftar Appendix II. Dengan demikian maka segala pengambilan dari alam dan
perdagangannya akan dibatasi berdasarkan kuota yang telah disetujui dengan memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya.DKP 2004.
2.4. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Teripang Pasir dan Teripang Hitam