tersebut dikategorikan over fishing, didasarkan bahwa apabila hasil berimbang dimana F=M adalah optimum Gulland 1997 in Pauly 1981.
Nilai eksploitasi E berdasarkan analisis Yield Per Rekrut YR disebut dengan E faktual, bahwa jika nilai E faktual E maksimum maka tingkat
eksploitasi yang dilakukan masih berada dibawah batas maksimum lestari dan sebaliknya pula. Namun dalam hal ini untuk mempermudah perhitungan menduga
laju eksploitasi, maka digunakan program FiSAT dengan metode Relative YR and BR Knife-edge selection.
Pada stasiun I teripang pasir berdasarkan analisis tersebut maka didapatkan nilai dari E faktual adalah 0.57 FZ jika dilihat berdasarkan analisis biomassa per
rekrut FB maka laju eksploitasinya dikategorikan over fishing, ini dikarenakan nilai E 0.57 0.5, sehingga pada stasiun I pemanfaatan sumberdaya suda 0ver
eksploitasi dan pemanfaatan sumberdaya pada stasiun II nilai dari E faktual adalah 0.17 dan masuk dalam kategori under fishing karena dibawah nilai dari E faktual
0.5. Selanjutnya pada stasiun III nilai dari E faktual adalah 0.31 dan masuk kategori 0ver fishing.
Ssedangkan pada teripang hitam yaitu nilai E faktual 1.74 sehingga pada stasiun I pemanfaatan sumberdaya suda 0ver eksploitasi dan pemanfaatan
sumberdaya dan pada stasiun II nilai E faktual 2.35 dan pemanfaatan sumberdaya sudah 0ver eksploitasi, selanjutnya pada stasiun III nilai dari E faktual adalah 1.16
dan dikategorikan sudah 0ver eksploitasi.
4.6.3. Pengaruh Dinamika Stok Dengan Eksploitasi Teripang
Karakteristik morfologi, anatomi dan biologi dari teripang, terutama yang bernilai guna untuk dijadikan komersil, terdapat peningkatan ketertarikan terhadap
sumberdaya komersial ini, dan banyak pihak perikanan menjadi saksi dari berbagai konflik yang berhubungan dengan kebutuhan konservasi pengolahan
produk secara umum melewati negara pengolah untuk kemudian ke pasar utama dunia. Hong Kong, Singapura, dan Taiwan, sebelum akhirnya diimpor ke negara
konsumen. Conand Battaglene 1999 Teripang merupakan salah satu potensi sumberdaya perikanan yang
memiliki nilai ekonomis penting, sampai saat ini pemanfaatan teripang di Desa
Laluin Kecamatan Kayoa Selatan masih terus dilakukan. Kondisi daerah yang terdiri dari 4 pulau yang berpenghuni dan 5 pulau yang tak dihuni dimana
sepanjang pulau di kelilingi oleh vegetasi mangrove, daerah padang lamun dan daerah terumbu karang.didukung dengan jumlah genus karangnya yang
merupakan jumlah terbanyak diseluruh Kabupaten Halmahera Selatan yaitu 27 genus yang menyebar pada kedalaman 5-20 meter dan didominasi oleh Acropora.
Hal inilah yang sangat mendukung keberadaan teripang yang ada di Desa Laluin. Masyarakat Desa Laluin yang didominasi oleh suku Bajo secara turun temurun
telah memanfaatkan teripang sebagai mata pencaharian mereka. Berdasarkan hasil penelitian, setiap harinya seorang nelayan memperoleh
hasil tangkapan rata-ratanya berkisar antara 10-118.2 kg per harinya dan 590.5- 821.3 per bulannya Lampiran 17. Hasil tangkapan teripang kemudian dijual ke
penampung atau didistribusikan langsung ke pedagang pembeli hasil laut. Meskipun hasil tangkapan masih tetap ada namun secara kuantitas mengalami
penurunan, hal inilah yang dirasakan nelayan setempat, untuk itu sumberdaya teripang perlu mendapat perhatian dalam pengelolaannya. Adanya permintaan
pasar dan nilai jual yang menjanjikan serta meningkatnya kebutuhan hidup mendorong nelayan untuk meningkatkan penangkapan guna memenuhi kebutuhan
tersebut Kegiatan penangkapan yang bersifat intens ini dapat mempengaruhi hasil
tangkapan, inilah yang dirasakan oleh nelayan setempat bahwa hasil tangkapan mereka mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Hal ini menunjukkan bahwa
ketersediaan stok sumberdaya ini dalam mengalami penurunan. Kondisi yang dirasakan nelayan ini juga sangat singkron dengan hasil sampling yang di peroleh
dilapangan oleh peneliti, dimana setelah data sampling dianalisis baik dari analisis kepadatan, mortalitas maupun laju eksploitasi, semua menjuru kearah penurunan
stok dari sumberdaya teripang pasir maupun teripang hitam, dampak dari sumberdaya ini bukan saja mempengaruhi stok tetapi juga berpengaruh pada
penghasilan nelayan setempat. Untuk menganalisis potensi sumberdaya teripang di Desa Laluin
Kecamatan Kayoa Selatan maka diperlukan data hasil tangkapan per unit penangkapan CPUE, produksi atau hasil tangkapan kg dan effort atau upaya
penangkapan jam selama 8 minggu atau 2 bulan yang dimulai dari bulan Agustus-September
2010 Lampiran
17. Selanjutnya
data tersebut
distandarisasikan effort-nya, Lampiran 18, hal ini disebabkan kemampuan tangkap dari masing-masing nelayan terhadap teripang berbeda-beda. Standarisasi
bertujuan untuk menyeragamkan effort yang berbeda-beda menjadi satuan upaya jumlah satuan operasi yang sama. Effort yang digunakan sebagai standar adalah
effort yang paling dominan menangkap teripang mempunyai laju tangkapan rata- rata per CPUE terbesar pada periode waktu tertentu dan memiliki nilai faktor
daya tangkap atau FPI fising power index sama dengan satu. FPI dapat diketahui dengan cara membagi laju tangkapan rata-rata masing-masing effort dengan laju
tangkapan rata-rata effort yang dijadikan standar Gulland 1983. Nilai CPUE dengan lama waktu penangkapan effort perlu diketahui
korelasinya, sehingga dapat diketahui kecenderungan lama waktu penangkapan yang dicerminkan oleh CPUE. Gambar 30 memperlihatkan korelasi antara CPUE
dengan effort yang menunjukkan hubungan negative, dimana semakin tinggi effort semakin rendah nilai CPUE. Dengan demikian CPUE teripang di Desa Laluin
Kayoa diperoleh persamaannya adalah CPUE 27.67-34.66, yang artinya bahwa setiap penambahan effort sebesar satuan E maka akan menaikkan CPUE sebesar
27.67 kg kali satuan E.Gambar 29.
Gambar 29: Hubungan antara CPUE dan effort
y = 27.678x - 34.665 R² = 0.6354
50 100
150 200
2 4
6 8
10 H
a s
il t
a n
g k
a p
a n
p e
rs a
tu a
n u
p a
y a
k g
j a
m
Upaya Penangkapan Jam
Untuk melihat keeratan hubungan hasil tangkapan produksi dengan lama waktu penangkapan effort maka terlebih dahulu diregresikan dan diperoleh nilai
R
2
= 0.64. Dari hasil analisa tersebut, kemudian digunakan rumus koefisien korelasi dimana r = √R
2
, dengan demikian r = √0.64, maka akan didapat nilai koefisien korelasinya r 0.67 yang artinya terdapat hubungan keeratan sebesar 67
. Hal ini mengambarkan bahwa ternyata lama waktu penangkapan effort mempengaruhi hasil tangkapan produksi teripang sebesar 67
4.7. Strategi Pengelolaan Sumberdaya Teripang Pasir dan Teripang Hitam