kedalaman 5-10 m 23 ekor dan kedalaman 10-15 m 5 ekor, selanjutnya pada stasiun III teripang hitam yang tertangkap berjumlah 35 ekor pada kedalaman 0-5
m, kedalaman 5-10 m berjumlah 36 ekor dan kedalaman 10-15 m sebanyak 16 ekor. Secara keseluruhan tampak bahwa teripang hitam lebih banyak ditemukan
pada stasiun III dan terendah pada stasiun II, jika berdasarkan kedalaman maka teripang hitam lebih dominan pada kedalaman 5-10 m. Hal ini sejalan dengan
yang dikemukaka oleh Vakily 1989 bahwa bertambahnya kedalaman maka ketersediaan makanan menjadi faktor pembatas bagi phytoplankton yang menjadi
makanan suatu biota. Dari hasil analisis uji Kruskal-Wallis perbandingan jumlah individu
teripang pasir berdasarkan kedalaman disemua stasiun H
hitung
=5.771 dan H
tabel
5,99
dengan α=0.05 sedangkan teripang hitam H
hitung
=1.263 dan H
tabel
5,99 dengan α=0.05 tidak berbeda nyata Lampiran 10 dan 11. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa teripang pasir maupun teripang hitam menyebar luas pada tiap kedalaman di semua stasiun yang ada di Desa Laluin Meskipun secara
keseluruhan jumlah individu teripang pasir terbanyak pada stasiun I, II dan yang paling sedikit pada stasiun III akan tetapi jumlah individu di tiap kedalaman tidak
terlalu besar selisihnya.
4.3. Kepadatan Teripang Pasir dan Teripang Hitam
Dari hasil pengamatan pada ketiga stasiun menunjukkan bahwa kepadatan teripang pasir tertinggi ditemukan pada stasiun I, di kedalaman 0-5 m dengan nilai
kepadatan rata-rata 3 ind.m² diikuti kedalaman 5-10 m dengan nilai 2 ind.m² dan kedalaman 10-15 m dengan nilai rata-rata 1 ind.m², kepadatan teripang pasir yang
kedua berada pada stasiun III di kedalaman 0-5 m dengan nilai 3 ind.m² kemudian disusul pada kedalaman 5-10 m dengan nilai 1 ind.m² dan pada
kedalaman 10-15 m adalah 1 ind.m², sedangkan pada stasiun II merupakan kepadatan teripang pasir terendah yang ditemukan yaitu berada di kedalaman 0-5
m dengan nilai 2 ind.m² dan nilai rata-rata kedalaman 5-10 m 2 ind.m² dan kedalaman 10-15 memiliki kepadatan rata-rata 1 ind.m².
Secara keseluruhan kepadatan teripang pasir ini berada pada stasiun I dengan nilai rata-rata 2 ind.m² kemudian pada stasiun II dengan nilai rata-rata 2
indm² dan stasiun III memiliki kepadatan rata-rata 1 ind.m², Nilai kepadatan secara menyeluruh berdasarkan stasiun dan kedalaman disajikan pada tabel 5.
Adanya perbedaan nilai tersebut juga berhubungan erat dengan kondisi lokasi yang ada, dimana pada stasiun I memiliki kondisi substrat berpasir dan
sepanjang hamparan substratnya ditumbuhi oleh lamun dan terumbu karang, disamping itu juga faktor kualitas air turut mempengaruhi dan mendukung
keberadaan maupun kelangsungan hidup dari teripang pasir pada daerah tersebut. Demikian pula halnya kandisi yang serupa hampir sama dengan yang terdapat
pada stasiun III, sedangkan pada stasiun II substratnya adalah berpasir hanya saja sepanjang hamparan lebih banyak terumbu karang dan kurangnya tumbuhan
lamun. Kondisis ini dapat mempengaruhi faktor makanan dan juga faktor tumbuhan pelindung seperti lamun dan sejenisnya.
Menurut Kithakeni Ndaro 2002, Penelitian Buyuni memiliki kelimpahan Holothuria. scraba yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kunduchi.
Hal ini nampaknya disebabkan oleh keadaan Buyuni yang sebagian daerahnya dilingkupi oleh bebatuan dan memiliki sejumlah besar makrohabitat sedangkan
Kunduchi dilingkupi oleh pantai berpasir dan hanya memiliki terumbu karang yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan laut lainnya. Hal ini
seperti diungkapkan oleh Hemel et al 2001, bahwa keaneka ragaman morfologi dan ekologi tempat dimana teripang hidup memiliki persamaan dengan yang
diamati di India, Indonesia, dan Filipina. Sementara itu kepadatan tertinggi pada jenis teripang hitam berada di
stasiun I dengan nilai rata-rata 3 indm² di kedalaman 5-10 m dan dikedalaman 0- 5 m nilai rata-rata kepadatannya 2 ind.m² dan 1 indm² berada pada kedalaman
10-15 m, kemudian kepadatan teripang hitam yang memiliki kepadatan kedua berada pada stasiun III nilai rata-ratanya 2 dikedalaman 5-10 m dan kepadatan di
kedalaman 0-5 m merupakan kepadatan kedua dengan nilai rata-rata 2 indm², disussl pada kedalaman 10-15 m dengan nilai kepadatan 1 ind.m². Stasiun II
merupakan kepadatan terendah teripang hitam yaitu memiliki nilai 2 ind.m² berada pada kedalaman 5-10 m dan pada kedalaman 0-5 m nilai kepadatan 1
ind.m² kemudian disussul pada kedalaman 10-15 m dengan nilai rata-ratanya 1
ind.m². Apabila dilihat secara keseluruhan dari jenis teripang hitam kepadatan tertinggi berada pada stasiun III dengan nilai rata-rata 2 ind.m² Tabel 5.
Tabel 5. Kepadatan teripang pasir dan teripang hitam ind.m².
NO
. Kedalaman
m Teripang pasir
Teripang hitam ST.1
ST.2 ST.3
ST.1 ST.2
ST.3 1
0-5 3
2 3
2 1
2 2
5-10 2
2 1
3 2
2 3
10-15 1
1 1
1 1
1 Rata-rata
2 2
1 2
1 2
4.4. Distribusi Kelompok Ukuran Teripang Pasir dan dan Teripang Hitam