Kemuluran Putus Elongation at Break

22 dapat mencapai nilai 144 kgfcm 2 . Hal tersebut disebabkan bahan baku yang digunakan Cordoba et al. 2008 berupa berupa pati jagung murni sehingga memiliki kuantitas pati yang lebih tinggi sedangkan Lee 2009 menggunakan campuran LDPE light density polyetilene dalam adonan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, pati termoplastik terbaik adalah pati termoplastik yang diproduksi menggunakan 25 ampok dan 75 tapioka serta 25 gliserol. Perbaikan terhadap parameter kekuatan tarik dapat dilakukan dengan meningkatkan jumlah pati pada adonan pati termoplastik, mereduksi kadar gliserol pada batas optimum, serta memberikan tambahan polimer sintetis.

4.2.2. Kemuluran Putus Elongation at Break

Kemuluran putus merupakan salah satu bentuk deformasi pada bahan saat diberikan suatu gaya. Tingkat kemuluran putus menunjukkan pertambahan panjang suatu bahan saat ditarik dengan gaya tertentu sesaat sebelum putus kemudian dibandingkan dengan panjang awalnya. Oleh karena itu tingkat kemuluran putus menggambarkan elastisitas dari pati termoplastik yang dihasilkan. Tingkat elastisitas pada pati termoplastik akan menjadi bahan pertimbangan dalam aplikasinya lebih lanjut sebagai bahan kemasan. Gambar 9. memperlihatkan pengaruh penambahan tapioka terhadap kemuluran putus pati termoplastik yang dihasilkan. Kecenderungan yang tampak adalah semakin besar jumlah tapioka yang ditambahkan semakin besar pula nilai kemuluran putusnya. Hasil analisis ragam terhadap data tersebut diperlihatkan dalam Lampiran 9. Analisis ragam menunjukkan bahwa A 1 dan A 2 berbeda nyata dengan A 3 sedangkan A 3 berbeda nyata dengan A 4 . Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi pati dalam pati termoplastik berperan dalam peningkatan kemuluran putusnya. Semakin tinggi konsentrasi pati semakin tinggi pula tingkat kemuluran putusnya. Gambar 9. Grafik hubungan antara konsentrasi tapioka dan gliserol terhadap tingkat kemuluran putus pati termoplastik berbasis ampok jagung 5 10 15 20 25 25 50 75 Ke m u lu ra n p u tu s Konsentrasi tapioka gliserol 25 gliserol 30 gliserol 35 23 Sebaliknya hasil analisis ragam mengenai pengaruh konsentrasi gliserol terhadap nilai kemuluran putus mendapatkan hasil yang negatif atau tidak berbeda nyata. Dengan kata lain konsentrasi gliserol dalam pati termoplastik tidak mempengaruhi tingkat kemuluran putusnya. Hal ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Guilbert dan Gontard 2005 di mana semakin tinggi kandungan pemlastis dalam suatu bahan semakin tinggi pula tingkat kemuluran putusnya. Tingkat kemuluran putus terbesar terdapat pada pati termoplastik yang memiliki konsentrasi pati terbesar yakni sebesar 18,5 - 22,86. Nilai ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pati termoplastik yang dihasilkan dari penelitian Lee 2009 di mana tingkat kemuluran putus maksimal yang didapat adalah 11. Perbedaan ini disebabkan adanya penambahan PE pada pati termoplastik yang dihasilkan oleh Lee namun tidak ada terdapat pada penelitian ini.

4.2.3. Kekerasan Hardness