4
Walaupun sekedar hasil samping dari proses penggilingan jagung, ampok jagung masih memiliki  kandungan  pati  yang  dapat  dimanfaatkan.  Menurut  Sharma  et  al.  2007  tepung
ampok  jagung  mengandung  pati  sebanyak  57,  serat  sebanyak  25,  protein  sebanyak  11, dan  lemak  sebanyak  5.  Dengan  kandungan  pati  yang  masih  cukup  besar,  ampok  jagung
dinilai masih dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku produk olahan pati lainnya termasuk pati termoplastik.  Berikut  ini  adalah  perbandingan  bagian  biji  jagung  yang  menjadi  bagian  dari
ampok dan kandungan senyawa penyusunnya. Tabel 1. Komposisi bahan di setiap bagian kernel jagung berdasarkan basis basah
Komponen Pati
Protein Lemak
Serat Lainnya
Endosperm 87,6
8,0 0,8
3,2 0,4
Kulit ari 7,3
3,7 1,0
83,6 4,4
Lembaga 8,0
18,4 33,2
14,0 26,4
Pucuk biji 5,3
9,3 3,8
77,7 4,1
Sumber: Coulter dan Lorentz 1991
2.2. Pati Termoplastik
Thermoplastic Starch
Pati  termoplastik  merupakan  produk  termoplastik  yang  menggunakan  pati  sebagai bahan  bakunya.  Penggunaan  pati  menjadi  pati  termoplastik  dimaksudkan  untuk  memperoleh
sifat biodegradable yang tidak dimiliki oleh pati termoplastik yang berasal dari polimer sintetis konvensional Chandra dan Rustgi 1998. Sifat biodegradable pada suatu bahan menunjukkan
bahwa  bahan  tersebut  dapat  terdekomposisi  oleh  enzim  atau  aktivitas  organisme  tertentu. Dalam  proses  biodegradasi,  sebuah  bahan  dapat  saja  mengalami  proses  yang  melibatkan
oksidasi, fotodegradasi, atau hidrolisis. Polimer yang terdegradasi secara biologis dapat berasal dari sintesa biologis, kimiawi, maupun semi sintetik. Adapun jenis polimer biodegradable yang
mulai  banyak  dimanfaatkan  adalah  polilaktat,  polihidroksialkanoat,  serta  pati  Albertson  dan Karlsson 1994.
Pepatian  merupakan  bahan  yang  dapat  dijadikan  alternatif  pengganti  polimer  sintetik pada  situasi  ketika  tidak  dibutuhkan  produk  dengan  sifat  yang  tahan  lama.  Pati  merupakan
polimer  yang  terdiri  dari  glukosa  sebagai  monomernya.  Pati  terdiri  dari  dua  senyawa  utama yaitu  amilosa  yang  terbentuk  dari  ikatan
dan  molekulnya  berbentuk  linier  serta amilopektin  yang  terbentuk  dari  ikatan
dan         di  mana  molekulnya  bercabang. Gambar 2 mengilustrasikan hal tersebut.
a b
Gambar 2. Struktur molekul a amilosa dan b amilopektin
5
Semua  jenis  pati  dapat  mengalami  proses  destrukturisasi  untuk  menjadi  bahan  pati termoplastik  Plackett  dan  Vazquez  2004.  Selain  karena  kemampuannya  untuk  menjadi
produk  termoplastik,  pepatian  dianggap  potensial  untuk  dikembangkan  lebih  lanjut  karena  ia merupakan bahan  yang jumlahnya  melimpah di alam, dapat terbarukan,  serta harganya relatif
murah Guilbert dan Gontard 2005. Pati  merupakan  bahan  yang  bersifat  semi-kristalin  di  mana  senyawa  amilopektin  di
dalamnya  merupakan  senyawa  yang  menentukan  derajat  kristalinitas  yang  dimilikinya. Sementara  itu  proses  destrukturisasi  merupakan  konversi  keadaan  semi-kristalin  tersebut
menjadi  matriks  polimer  yang  secara  merata  bersifat  amorf.  Pati  termoplastik  dapat didefinisikan  sebagai  material  yang  dibentuk  melalui  destrukturisasi  tersebut.  Plackett  dan
Vaquez 2004.
Menurut Janssen dan Moscicki 2006, aplikasi pati termoplastik lebih lanjut mencakup produk yang sangat beragam dari mulai busa pelindung, kantung sampah, mulsa pertanian, pot
tanam  bibit,  kemasan  pelindung  benih,  film,  hingga  kontainer  buah.  Namun  demikian,dari sudut  pandang  produk,  pati  termoplastik  yang  dihasilkan  harus  memenuhi  beberapa  sifat.
Beberapa di antaranya adalah memiliki suhu transisi gelas yang tidak terlalu tinggi atau berada pada kisaran suhu kamar agar produk yang dihasilkan tidak rapuh pada suhu rendah, memiliki
sifat mekanis yang mirip dengan pati termoplastik konvensional, serta dapat diproduksi dengan proses yang mudah dan harga yang relatif murah.
Untuk memperoleh sifat plastis, pati membutuhkan intervensi bahan tambahan dari luar yang  biasa  disebut  bahan  pemlastis.  Selain  itu  bahan  pemlastis  tersebut  juga  berperan  dalam
meningkatkan  laju  alir  campuran  dalam  mesin  sekaligus  menurunkan  titik  leleh  campuran Plackett dan Vaquez 2004. Bahan pemlastis yang umum digunakan adalah bahan-bahan yang
mengandung sejumlah besar gugus –OH seperti sorbitol, glikol, xilitol, gliserol, dan beberapa
senyawa gula Yang et al. 2006. Bahan  berserat  dapat  ditambahkan  dalam  campuran  untuk  membuat  pati  termoplastik
dengan  tujuan  memodifikasi  sifat-sifat  mekanisnya  Janssen  dan  Moscicki  2006.  Dalam  hal ini,  penggunaan  ampok  sebagai  bahan  baku  akan  memberikan  keuntungan  tersendiri  karena
selain mengandung sejumlah besar pati, ampok juga mengandung cukup banyak serat sehingga tidak  dibutuhkan  penambahan  serat  secara  khusus.  Namun  demikian,  menurut  Plackett  dan
Vaquez 2004, penambahan serat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan seperti terjadinya  pengembangan  ketika  bahan  menyerap  air  serta  berkurangnya  daya  tahan  terhadap
temperatur yang tinggi. Dalam  pembuatan  pati  termoplastik,  sejumlah  bahan  tambahan  lain  selain  pemlastis
dapat diberikan seperti magnesium starat. Penambahan magnesium stearat bertujuan mencegah lengketnya adonan pati dengan mold atau peralatan Shogren et al. 2002.
Menurut  Zullo  dan  Iannace  2009,  dalam  pembuatan  pati  termoplastik  dapat  terjadi pemlastikan parsial di mana sebagian adonan mampu membentuk pati termoplastik sedangkan
sebagian  adonan  yang  lain  tidak  dapat  membentuknya.  Hal  tersebut  dapat  terjadi  apabila kondisi  campuran  tidak  terdistribusi  secara  merata.  Dengan  demikian,  dalam  proses
pencampuran bahan-bahan untuk menjadi sebuah adonan, kemerataan persebaran bahan-bahan tersebut  menjadi  faktor  penting.  Sebelum  dipemlastikan,  seluruh  bahan  terlebih  dahulu
dipastikan  agar  terdistribusi  secara  merata  yang  ditandai  dengan  tidak  adanya  bagian  dalam adonan yang menggumpal.
6
2.3. Pemlastis Plasticizer Gliserol