23
Sebaliknya hasil analisis ragam mengenai pengaruh konsentrasi gliserol terhadap nilai kemuluran putus mendapatkan hasil yang negatif atau tidak berbeda nyata. Dengan
kata lain konsentrasi gliserol dalam pati termoplastik tidak mempengaruhi tingkat kemuluran putusnya. Hal ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh Guilbert dan
Gontard 2005 di mana semakin tinggi kandungan pemlastis dalam suatu bahan semakin tinggi pula tingkat kemuluran putusnya.
Tingkat kemuluran putus terbesar terdapat pada pati termoplastik yang memiliki konsentrasi pati terbesar yakni sebesar 18,5 - 22,86. Nilai ini jauh lebih tinggi jika
dibandingkan dengan pati termoplastik yang dihasilkan dari penelitian Lee 2009 di mana tingkat kemuluran putus maksimal yang didapat adalah 11. Perbedaan ini
disebabkan adanya penambahan PE pada pati termoplastik yang dihasilkan oleh Lee namun tidak ada terdapat pada penelitian ini.
4.2.3. Kekerasan Hardness
Kekerasan merupakan parameter fisik lain yang mempengaruhi penentuan aplikasi pati termoplastik sebagai bahan kemasan. Penyesuaian nilai kekerasan dengan
kekuatan tarik maupun kemuluran putus pada sebuah pati termoplastik dapat menjadi acuan tentang fungsi yang dapat diberikan. Kekerasan juga menggambarkan soliditas
molekul penyusun pati termoplastik di samping kekuatan ikatannya satu sama lain.
Gambar 10. Grafik hubungan antara konsentrasi tapioka dan gliserol terhadap tingkat kekerasan pati termoplastik berbasis ampok jagung
Hasil uji kekerasan yang dilakukan terhadap pati termoplastik berbasis ampok ditunjukkan oleh Gambar 10. Terhadap faktor konsentrasi tapioka yang ditambahkan,
analisis ragam yang dilakukan terhadap data parameter kekerasan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata antara A
2
, A
3
, dan A
4
namun ketiganya berbeda nyata terhadap A
1
. Sampel A
1
merupakan pati termoplastik yang paling sedikit kandungan patinya namun paling banyak mengandung serat. Tingginya nilai kekerasan ini dimungkinkan
terjadi akibat keberadaan komponen serat yang cukup besar tersebut. Dengan kata lain, 1
2 3
4 5
6
25 50
75 Ke
keras an
m m
150g r.d
e tik
Konsentrasi tapioka gliserol 25
gliserol 30 gliserol 35
24
kekerasan tidak dipengaruhi oleh ketiadaan tapioka melainkan oleh keberadaan serat yang cukup tinggi.
Gambar 10 juga menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan nilai kekerasan seiring bertambahnya kadar gliserol yang digunakan. Pada analisis ragam
yang dilakukan terhadap parameter kekerasan diperoleh hasil yang berbeda nyata, di mana B
1
berbeda nyata dengan B
2
dan B
2
berbeda nyata dengan B
3
. Hal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan gliserol pada konsentrasi yang semakin besar mampu
meningkatkan kekerasan pati termoplastik. Analisis ragam terhadap parameter kekerasan dapat dilihat dalam Lampiran 10.
Dari hasil yang diperlihatkan, tampak bahwa secara umum pengaruh gliserol terhadap nilai kekerasan berbanding terbalik dengan pengaruhnya terhadap nilai
kekuatan tarik. Hal itu mengindikasikan bahwa parameter kekerasan dan kekuatan tarik diakibatkan oleh pengaruh gliserol yang berbeda dalam tingkat mikroskopis. Jika pada
parameter kekuatan tarik gliserol berperan memperlebar jarak antar molekul yang berdampak pada menurunnya interaksi molekul, pada parameter kekerasan gliserol
justru mengisi celah-celah yang terbentuk saat produksi pati termoplastik. Adanya celah dalam pati termoplastik berbasis ampok dipelihatkan melalui uji permukaan
menggunakan SEM.
4.2.4. Morfologi Permukaan Pati Termoplastik berbasis Ampok Jagung