dorongan atau bimbingan dari seseorang, perkembangan situasi dan sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah dorongan atau keinginan yang timbul dari dalam dan dari
luar diri manusia, yang sangat mempengaruhi manusia tersebut untuk mencapai tujuan, baik tujuan individu maupun tujuan perusahaan.
2.2. Teori Motivasi
Manajer yang baik tidak hanya bertugas untuk melaksanakan fungsi- fungsi manajerial saja, tetapi harus mempunyai kemampuan membina
hubungan manusiawi untuk memotivasi karyawannya. Memotivasi karyawan sangat penting karena motivasi terkait dengan kinerja karyawan.
Sebelum memberi motivasi kepada karyawan, manajer harus mengetahui teori-teori motivasi. Hal ini berguna bagi manajer sebagai
rumusan dari suatu pandangan, pendapat atau pengertian yang pada akhirnya akan mempengaruhi cara manajer dalam memperlakukan karyawannya.
1. Teori Kepuasan Teori ini disebut juga sebagai teori kebutuhan karena berfokus pada
kebutuhan batiniah yang memotivasi perilaku dan berbasis pada faktor- faktor kebutuhan dan kepuasan individu, sehingga mereka melakukan
aktivitasnya. Sedangkan menurut Umar 2003, teori ini berfungsi untuk mencoba mencari tahu tentang kebutuhan apa yang dapat memuaskan dan
apa yang dapat mendorong semangat kerja seseorang. Semakin tinggi standar kebutuhan dan kepuasan yang diinginkan, maka semakin giat
seseorang untuk bekerja. Model teori kepuasan tentang motivasi Gambar 1 memfokuskan
untuk mengetahui kebutuhan individu, sehingga akan timbul suatu dorongan dari dalam diri individu yang berwujud tindakan. Tindakan ini
berupa perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan. Jika
kebutuhan yang telah terpenuhi dapat memuaskan individu, maka akan mendorong semangat kerja individu tersebut.
Gambar 1. Model Teori tentang Motivasi Stoner dan Freeman,1994 Teori kepuasan yang dikenal antara lain adalah:
a. Teori Motivasi Klasik dari Taylor Menurut Umar 2003, dalam teori Taylor ini, pekerja
termotivasi bekerja hanya untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis saja. Para manajer menentukan cara yang
paling efisien untuk memotivasi karyawan dengan memberikan rangsangan berupa gaji yang lebih besar, sehingga kinerja dari
karyawan dapat meningkat. b. Teori Maslow
Teori Maslow memandang bahwa manusia pada dasarnya melakukan tindakan dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhannya. Maslow mengklarifikasikan kebutuhan manusia ke dalam lima tingkatan hierarki. Manusia berusaha untuk
memenuhi kebutuhannya dari tingkat yang paling rendah terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhannya pada tingkat
yang lebih tinggi lagi. Kebutuhan yang paling dasar, yakni kebutuhan fisik atau fisiologi dan yang paling tinggi adalah
kebutuhan aktualisasi diri. Dalam memotivasi, para manajer harus mengetahui kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan oleh
karyawannya, serta memberikan kepuasan kepada karyawan, karena hal ini sangat penting dalam meningkatkan kinerja
perusahaan.
KEBUTUHAN
Kehilangan
DORONGAN
Ketegangan atau dorongan untuk
memenuhi kebutuhan
TINDAKAN
Perilaku yang diarahkan oleh
tujuan
KEPUASAN
Pengurangan dorongan dan pemuasan kebutuhan
mula-mula
Gambar 2. Hierarki Kebutuhan Maslow 1 Kebutuhan fisik atau fisiologis mencakup kebutuhan pokok
manusia dalam mempertahankan kelangsungan hidup seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan.
2 Kebutuhan rasa aman berwujud pada kebutuhan bebas dari ancaman, baik fisik maupun psikologis, baik di tempat kerja
maupun di luar tempat kerja. 3 Kebutuhan sosialisasi atau rasa memiliki mencakup rasa kasih
sayang, rasa memiliki dan diterima dalam pergaulan maupun lingkungan.
4 Kebutuhan penghargaan berhubungan dengan status yang mencakup akan penghargaan diri maupun pengakuan.
5 Kebutuhan aktualisasi diri berupa dorongan untuk menjadi yang diinginkan dalam menggunakan kemampuan,
ketrampilan dan potensi diri. c. Teori Dua Faktor Herzberg
Menurut Umar 2003, dalam teori ini para pekerja dalam melaksanakan pekerjaanya dipengaruhi oleh dua faktor utama
kebutuhan, yaitu: 1 Faktor-faktor pemeliharaan Maintenance Factors
Faktor-faktor dalam pemeliharaan, berhubungan dengan hakikat pekerja yang ingin memperoleh ketentraman
badaniah. Kebutuhan ini bersifat kontinyu. Contohnya adalah kebutuhan dalam bekerja adalah gaji, kepastian pekerjaan dan
Kebutuhan aktualisasi diri Kebutuhan penghargaan
Kebutuhan sosialisasi
Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan fisikfisiologis
supervisi yang baik. Faktor-faktor ini bukan sebagai motivator, tetapi sebagai keharusan bagi perusahaan.
2 Faktor-faktor Motivasi Motivation Factors Faktor-faktor ini meliputi serangkaian kondisi intrinsik dan
kepuasan pekerjaan yang apabila terdapat dalam pekerjaan akan mendorong motivasi yang kuat, serta akan menghasilkan
prestasi kerja yang baik. Faktor-faktor tersebut meliputi prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab,
kemajuan dan pengembangan potensi individu. Faktor motivator dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tingkat
tinggi karyawan dan implementasi faktor tersebut dapat berupa pemerkayaan pekerjaan atau job enrichment.
Gambar 3. Teori Dua Faktor Herzberg Herzberg mengemukakan bahwa cara terbaik untuk
memotivasi karyawan adalah dengan cara mengkombinasikan kedua faktor tersebut. Namun pada kenyataannya, karyawan
cenderung untuk lebih sering memperhatikan faktor pemeliharaan dibandingkan dengan faktor motivasi. Menurut
Herzberg kenyataan ini dapat dipahami karena faktor-faktor tersebut mempunyai faktor yang dominan terhadap
kelangsungan hidup individu. Selain itu, Herzberg meyakini
Faktor Motivasi 1. Pengakuan
2. Prestasi 3. Pekerjaan itu sendiri
4. Tanggung jawab 5. Kemajuan
6. Pengembangan
potensi individu Faktor Pemeliharaan
1. Peraturan perusahaan
2. Hubungan dengan atasan
3. Hubungan dengan rekan kerja
4. Hubungan dengan bawahan
5. Status 6. Gaji
Kepuasan Ekstrim
Faktor yang berkontribusi
untuk kepuasan
Netral Faktor yang
berkontribusi untuk
ketidakpuasan Ketidakpuasan
Ekstrim
bahwa tidak terwakilinya hal-hal yang tercakup dalam faktor pemeliharaan dapat menyebabkan ketidakpuasan dalam diri
karyawan yang berakibat pada meningkatnya absensi dan turn over karyawan, sedangkan jika faktor motivasi tidak ada atau
tidak terlalu diperhatikan dalam perusahan, maka tidak akan menimbulkan ketidakpuasan dalam diri karyawan.
Perbandingan teori Maslow dengan teori Herzberg menurut Hasibuan 2001:
1. Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia itu terdiri dari lima tingkatan kebutuhan fisik,
kebutuhan rasa aman, kebutuhan sosialisasi, kebutuhan penghargaan, kebutuhan aktualisasi diri, sedangkan
Herzberg mengelompokkan ke dalam dua faktor, yaitu faktor pemeliharaan dan faktor motivasi.
2. Menurut Maslow, semua tingkat kebutuhan itu merupakan alat motivasi, sedangkan menurut Herzberg gaji, upah dan
sejenisnya merupakan alat pemelihara bukan merupakan alat motivasi.
3. Teori Maslow ditetapkan hanya atas pengamatan saja dan belum pernah diuji coba kebenarannya, sedangkan teori
Herzberg berdasarkan atas penelitian. Pada dasarnya kedua teori ini sama-sama bertujuan
untuk mendapatkan alat dan cara terbaik dalam memotivasi karyawan agar mereka mau bekerja giat untuk mencapai
prestasi kerja yang optimal. Kaitan antara teori Maslow dan teori Herzberg, yaitu teori Maslow membantu
mengidentifikasi kebutuhan atau motif dan teori Herzberg menyediakan konsep tentang tujuan dan insentif yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut. Seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan Teori Maslow dengan Teori Herzberg d. Teori Motivasi Prestasi dari McClelland
Teori motivasi prestasi menyatakan bahwa seorang pekerja memiliki energi potensial yang dapat dimanfaatkan tergantung
pada dorongan motivasi, situasi dan peluang yang ada. Kebutuhan karyawan yang dapat memotivasi gairah karyawan
adalah: 1
Need for achievement Kebutuhan untuk berprestasi, yang merupakan refleksi dari
dorongan akan tanggung jawab untuk pemecahan masalah. Dapat juga diartikan bahwa ada keinginan untuk mencapai
tujuan atau hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Karyawan dengan motivasi tinggi cenderung berprestasi tinggi,
sedangkan karyawan dengan motivasi rendah akan menghasilkan prestasi yang rendah dalam situasi kerja yang
kompetitif dan penuh tantangan. 2
Need for affiliation Kebutuhan untuk berafiliasi, yang merupakan dorongan untuk
berinteraksi dengan orang lain, berada bersama orang lain dan tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Hal
ini dapat dicapai dengan cara berinteraksi dengan orang lain, berteman dengan rekan sekerja dan sosialisasi.
Teori Maslow Motif
kebutuhan
Teori Herzberg Tujuan
insentif
Perilaku
3 Need for power
Kebutuhan untuk kekuasaan, yang merupakan refleksi dari dorongan mencapai otoritas untuk memiliki pengaruh
terhadap orang lain. Kebutuhan kekuasaan dapat memotivasi orang untuk bekerja. Cara bertindak seseorang dengan
kekuasaanya sangat tergantung pada pengalaman sewaktu kecil, kepribadian, pengalaman kerja dan tipe organisasi.
e. Teori ERG Existence, Relatedness and Growth Alderfer Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori Maslow dan
teori ini lebih mendekati pada keadaan yang sebenarnya menurut data empiris. Teori ini terbagi kedalam tiga kategori, yaitu:
1 Existence, yaitu kebutuhan akan keberadaan atau eksistensi.
Kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari eksistensi karyawan, seperti makan, minum, pakaian, gaji, keamanan
kondisi kerja. 2
Relatedness, yaitu kebutuhan akan afiliasi atau kebutuhan interpersonal, berupa kepuasan berinteraksi dalam lingkungan
kerja. 3
Growth, yaitu kebutuhan akan kemajuan. Kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi. Hal ini
berhubungan dengan kemampuan dan kecakpan karyawan. Pendapat Alderfer menyatakan bahwa teorinya
menekankan bahwa bila kebutuhan yang lebih tinggi dikecewakan, kebutuhan yang lebih rendah meskipun sudah
terpenuhi akan muncul kembali. Pada teori Maslow sebaliknya, jika kebutuhan sudah terpenuhi maka akan kehilangan
kekuatannya untuk memotivasi perilaku. f. Teori X dan Teori Y Douglas McGregor
Menurut Robbins 2001, teori ini mengemukakan dua pandangan yang berbeda mengenai manusia. Teori X
mengasumsikan pandangan negatif, sedangkan teori Y mengasumsikan pandangan positif tentang manusia.
Teori X memiliki empat pengandaian yang dipegang para manajer, yaitu:
1 Karyawan secara inheren tertanam dalam dirinya tidak menyukai kerja dan bila dimungkinkan akan mencoba untuk
menghindar dari pekerjaan. 2 Karena karyawan tidak menyukai kerja, mereka harus
dipaksa, diawasi atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan.
3 Karyawan akan menghindari tanggung jawab dan mencari pengarahan formal bila dimungkinkan.
4 Kebanyakan karyawan menaruh keamanan diatas semua faktor lain yang dikaitkan dengan kerja dan menunjukkan
ambisinya. Teori Y memiliki empat pengandaian yang dipegang oleh
manajer adalah, yaitu: 1 Karyawan dapat memandang kerjasama dengan sewajarnya
seperti istirahat atau bermain. 2 Karyawan akan menjalankan pengarahan diri dan pengawasan
diri jika mereka komit pada sasaran. 3 Rata-rata karyawan dapat belajar untuk menerima, bahkan
mengusahakan tanggung jawab. 4 Kemampuan untuk mengambil keputusan inovatif tersebar
meluas dalam populasi dan tidak hanya milik dari mereka yang berada dalam posisi manajeman.
2. Teori Motivasi Proses Pada teori ini kebutuhan dianggap hanya sebagai satu unsur
dalam proses, dan individu memutuskan bagaimana dirinya bertingkah laku. Umar 2003, menyatakan teori ini berusaha agar
setiap pekerja mau bekerja giat sesuai dengan harapan. Daya penggerak yang memotivasi semangat kerja terkandung dari harapan
yang akan diperolehnya. Jika harapan menjadi kenyataan, maka
pekerja cenderung akan meningkatkan kualitas kerjanya, begitu pula sebaliknya.
Tiga macam teori motivasi proses yang dikenal antara lain, adalah: a. Teori Harapan Expectacy Theory
Teori ini dikemukakan oleh Victor Vroom, sehingga teori ini disebut juga sebagai teori Victor Vroom. Menurut teori ini
seseorang akan bekerja untuk merealisasikan tujuan dan harapan- harapan dari pekerjaannya dan termotivasi jika ia yakin akan
mendapatkan harapan-harapan yang diinginkan. Teori ini berdasar pada tiga komponen, yaitu:
1 Harapan, adalah suatu kesempatan yang disediakan dan akan terjadi karena perilaku.
2 Nilai valence, merupakan nilai yang diakibatkan oleh perilaku tertentu. Misalnya seseorang akan mendapat nilai positif karena
ingin dipilih, nilai negatif diterima jika seseorang kecewa karena sebenarnya tidak ingin dipilih, dan nilai nol bila acuh
tak acuh. 3 Pertautan Instrumentality, yaitu besarnya probabilitas. Jika
bekerja secara efektif apakah akan terpenuhi keinginan dan kebutuhan tertentu yang diharapkan.
b. Teori Keadilan Equity Theory Teori keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat kerja seseorang. Jadi, atasan harus bertindak adil terhadap semua bawahannya. Penilaian dan pengakuan mengenai
perilaku bawahan harus dilakukan secara obyektif baik atau salah, bukan atas suka atau tidak suka. Jika prinsip ini diterapkan
dengan baik maka semangat kerja bawahan cenderung akan meningkat. Dalam teori keadilan dijelaskan bahwa individu-
individu membandingkan masukan dan keluaran pekerjan mereka dengan masukan dan keluaran orang-orang lain dan kemudian
berespon untuk menghapuskan setiap ketidakadilan.
Menurut Arep dan Tanjung 2003, keadilan dianggap sebagai faktor dominan dalam menghasilkan motivasi. Jika seseorang
tidak diperlakukan secara adil, maka ia akan minta dibayar lebih tinggi, mengurangi upayaprestasi, minta rekan lain dikurangi
penerimaanya, minta rekan lain agar kerja lebih keras lagi, berhentimundur dan pasrah, serta merasionalisasi masalah. Untuk
itu seorang manajer dalam hal ini harus menghargai seseorang sesuai dengan pengorbanannya, memperlakukan secara adil
semua orang dalam organisasi, menyadari bahwa perasaan tidak diperlakukan secara adil bisa muncul sewaktu-waktu dan
melakukan tindakan koreksi jika ada perlakuan yang tidak adil. c. Teori Penguatan Reinforcement Theory
Teori ini berdasarkan pada hubungan sebab akibat dan perilaku dengan pemberian kompensasi. Menurut Stoner dan
Freeman 1994, teori mengenai penguatan ini dikaitkan dengan psikolog B.F Skinner yang mengenyampingkan keseluruhan
pertanyaan tentang motivasi yang lebih bersifat batiniah, dan sebaliknya melihat bagaimana konsekuensi dari perilaku masa
lalu mempengaruhi tindakan masa depan dalam suatu proses pelajaran yang berdaur. Dimana prosesnya dinyatakan sebagai
berikut:
Gambar 5. Proses Penguatan Artinya, perilaku sukarela seseorang tanggapan terhadap
suatu situasi atau peristiwa rangsangan merupakan sebab dari akibat tertentu. Jadi motivasi seseorang bekerja akan tergantung
kepada penghargaan dan akibat yang akan diterima nantinya. Jenis Reinforcement menurut Arep dan Tanjung 2003, yaitu:
Rangsangan Tanggapan
Akibat
Tanggapan yang akan datang
1 Positive Reinforcement Penguatan Positif, yaitu penguatan yang dilakukan ke arah kinerja yang positif.
2 Negative Reinforcement Penguatan Negatif, yaitu penguatan yang dilakukan karena mengurangi atau menghentikan situasi
yang tidak disukai. 3 Extinction Peredaan, yaitu tidak mengukuhkan suatu perilaku,
sehingga perilaku tersebut mereda atau punah sama sekali. 4 Punishment Hukuman, yaitu konsekuensi yang tidak
menyenangkan dari tanggapan perilaku tertentu.
2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi