Skinfold Thickness atau Skinfold Calliper Lingkar Perut Teknik Dua Komponen dan Model

2.7.1 Skinfold Thickness atau Skinfold Calliper

Skinfold calliper digunakan untuk pengukuran secara individual pada jumlah lemak atau ketebalan lemak pada area yang spesifik. Pengukuran dengan teknik ini cepat dan mudah mendapatkan hasil pada sebagian besar kelompok umur termasuk balita. Secara umum, kesalahan intraobservasi dan interobservasi sangat rendah bila dibandingkan dengan teknik pengukuran antara variabilitas subjek, namun pada anak-anak obesitas, akurasi dan ketepatan teknik ini sangat buruk. Kegunaan utama skinfold terletak pada penggunaan data kasar, dimana ada indikasi reliabilitas pada masing-masing regional lemak. Data ini bisa dikonversi menjadi format standard deviation score SDS untuk evaluasi longitudinal. Hasil publikasi dari penggunaan kontemporer skinfold pada anak-anak dapat digunakan untuk prioritas penelitian assessment pada pasien dengan ketebalan lemak yang relatif Wells Fewtrell, 2006.

2.7.2 Lingkar Perut

Waist Circumference Merupakan pengukuran yang sederhana untuk obesitas sentral, dengan lebih prediktif daripada hasil yang meragukan antara profil lipid atau resistensi insulin dibandingkan total lemak. Pada orang dewasa, rasio pinggang-pinggul secara independen terkait dengan morbiditas setelah penyesuaian pada berat badan relatif, sehingga penggunaan dari berat relatif dan bentuk tubuh secara bersamaan memberikan perkiraan lebih baik pada risiko morbiditas daripada penggunaan yang sendiri-sendiri Wells Fewtrell, 2006.

2.7.3 Teknik Dua Komponen dan Model

Metode dua komponen membagi tubuh menjadi FM dan FFM. Teknik ini menghindari dua kesulitan teknik sebelumnya, yaitu, menangani kedua komponen berat dan menghindari kebutuhan untuk memprediksi jumlah massa total dari regional atau lapisan superfisial. Namun, tetap berpegang pada landasan teori seperti komposisi FFM Wells Fewtrell, 2006. Antara kelahiran dan menjadi dewasa, pematangan kimiawi dari lean mass terjadi, dimana proporsi relatif dari tiga komponen utama air, protein, dan mineral berubah sesuai usia dan status pubertas. Dalam teknik dua komponen, perubahan ini ditangani dengan mengasumsikan karakteristik lean mass konstan untuk usia tertentu dan kelamin. Wells Fewtrell, 2006. Berbagai metode yang tersedia ialah : a. Dual Energy X-ray Absorptiometry DXA DXA dikembangkan untuk mengukur massa mineral tulang, dengan perhitungan dari penyerapan differensial x-ray pada dua energi yang berbeda. Karena perhitungan ini membutuhkan penyisihan dan karenanya juga suatu kuantifikasi atas jaringan lunak, nilai adipositas dan juga FFM pada keseluruhan tubuh, menggunakan instrumen dengan algoritma yang spesifik Wells Fewtrell, 2006. Perhitungan DXA sangat cepat dan dapat diterima pada anak-anak sekitar usia 4 tahun, dan juga dapat digunakan pada bayi di bawah usia 2 tahun. Metode ini menggunakan radiasi ion namun dengan dosis yang efektif pada instrumen yang kontemporer di bawah tingkat latar belakang usia, jenis kelamin, dll. Bias yang bervariasi dengan usia dan kegemukan, dan dalam beberapa kasus, pada berbagai tingkatan penyakit. Antara kelompok cenderung mengidentifikasi arah perubahan, tetapi gagal untuk mengukur perbedaan yang akurat, sedangkan akurasi pada individu dapat diukur untuk memproleh peningkatan atau penurunan berat badan yang dapat dikacaukan oleh status perubahan berat badan Wells Fewtrell, 2006. Keterbatasan DXA bervariasi sesuai dengan bentuk tubuh dan hasil pengukuran. DXA dapat memberikan informasi yang berguna pada lemak relatif dan lean mass sebagai pengukuran tunggal dalam individu, khususnya yang berkaitan dengan lean mass tungkai. Tapi pengukuran pada jaringan lunak terhambat oleh referensi satuan normal per jaringan, sedangkan pada jaringan tulang, memiliki akurasi yang baik Wells Fewtrell, 2006. b. Densitometry Metode ini membedakan antara FM dan FFM, dengan asumsi densitas dua jaringan, dan karena itu memerlukan densitas dari keseluruhan tubuh massa tubuh volume tubuh. Sementara kepadatan lemak memang relatif konstan, yang dari FFM bervariasi menurut komposisinya. Variabilitas ini sebagian didapat dari prose pematangan kimiawi yang terjadi sebelum dewasa, tetapi variabilitas antarindividu juga signifikan, bahkan pada anak-anak yang sehat Wells Fewtrell, 2006. Secara umum, densitometri tidak cocok untuk diaplikasikan sebagai teknik dua komponen pada pasien yang komposisi lean mass abnormal. Efek khusus dari abnormalitas ini adalah retensi kelebihan cairan dan undermineralisation, baik mengurangi kepadatan lean mass dan karenanya menyebabkan kegemukan yang terlalu tinggi. Dengan demikian, densitometri mungkin berguna untuk memantau perubahan dari waktu ke waktu pada individu kelebihan berat badan atau obesitas, dan akurasinya kurang dari DXA pada perubahan longitudinal yang dikacaukan oleh kegemukan Wells Fewtrell, 2006. c. Isotope Dilution Hydrometry Dilusi atau pengenceran deuterium dapat digunakan untuk mengukur TBW, memungkinkan estimasi FFM. Dosis dari air dengan deuterium, mengikuti kondisi keseimbangan, mengukur kondisi “kolam air” tubuh menggunakan saliva, urin, atau darah. Sampel secara umum di analisis dengan massa spektrometri rasio isotop Wells Fewtrell, 2006. Estimasi FFM dari TBW membutuhkan nilai yang diasumsikan untuk hidrasi FFM. Saat ini dilusi isotop paling baik digunakan untuk menilai hidrasi normal atau tidak pada populasi dengan normalitas yang telah diketahui Wells Fewtrell, 2006. Dilusi isotop sederhana untuk dilaksanakan dan membutuhkan kerjasama subjek yang minimal. Hal ini penting untuk pada bayi dan balita karena kepatuhan yang rendah, dan dapat dengan mudah digunakan dalam studi lapangan Wells Fewtrell, 2006. d. Magnetic Resonance Imaging MRI MRI adalah teknik pencitraan yang memperkirakan volume daripada massa suatu jaringan adiposa. Dengan menganalisis penyerapan dan emisi energi dalam rentang frekuensi radio dari spektrum elektromagnetik, teknik ini menghasilkan gambar berdasarkan variasi spasial dalam fase dan frekuensi energi yang diserap maupun dipancarkan. Terutama energi inti hidrogen, yang terletak baik di dalam air atau lemak, dan menggunakan hasil data ini untuk membedakan jenis jaringan di “irisan pencitraan” yang kemudian dapat disimpulkan untuk menghitung volume jaringan per regional Wells Fewtrell, 2006. Kesulitan dalam menggunakan MRI ada dua yaitu pertama, dalam mendapatkan massa lemak, perlu untuk membedakan kandungan lemak dari jaringan adiposa dan kepadatan lemak. Yang kedua, massa lemak yang dilihat oleh MRI hanya massa lemak pada jaringan adiposa. Dengan demikian teknik seperti densitometri, hydrometry, atau model multikomponen lain mengukur entitas yang berbeda dari MRI, yaitu total massa lemak dengan massa jaringan adiposa Wells Fewtrell, 2006. Keunggulan utama dari MRI dari teknik lain adalah kapasitasnya dalam untuk mengukur komposisi tubuh per regional, dan saat ini menjadi teknik terakurat dan sesuai untuk pengukuran jaringan adiposa intra- abdominal Wells Fewtrell, 2006.

2.7.4 Multikomponen Model

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BERDASARKAN KATEGORI NILAI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN ANSIETAS PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER UMUR (20-25) TAHUN

0 6 16

PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN AEROBIK INTENSITAS SEDANG TERHADAP PERUBAHAN KADAR HDL - LDL KOLESTEROL.

0 2 49

Pemberian burpee interval training lebih meningkatkan kebugaran kardiorespirasi daripada latihan aerobik dengan intensitas ringan pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas udayana dengan kategori IMT overweight.

0 3 47

SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

1 2 51

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KESEIMBANGAN STATIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

0 0 16

PEMBERIAN SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN LEBIH MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK SUBKUTAN DIBANDINGKAN INTENSITAS SEDANG PADA MAHASISWI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

0 1 10

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

0 0 14

Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Aktivitas Fisik Terhadap Keseimbangan Dinamis Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

0 0 11

KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT TAHUN 2014 | Karya Tulis Ilmiah

0 0 30

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN FITNES DENGAN SENAM AEROBIK INTENSITAS SEDANG TERHADAP PENURUNAN LEMAK PERUT PADA MAHASISWA FISIOTERAPI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN FITNES DENGAN SENAM AEROBIK INTENSITAS SEDANG

0 2 23