Peningkatan Lemak Tubuh terhadap Patogenesis Penyakit

2.5 Peningkatan Lemak Tubuh terhadap Patogenesis Penyakit

Overweight hingga mencapai obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh. Hal ini sebabkan oleh pemasukan jumlah makanan yang lebih besar daripada pemakaiannya oleh tubuh sebagai energi. Makanan berlebihan, baik lemak, karbohidrat, maupun protein, kemudian disimpan hampir seluruhnya sebagai lemak di jaringan adiposa, untuk dipakai kemudian sebagai energi. Oleh karena itu, kelebihan adipositas disebabkan masukkan energi yang melebihi pengeluaran energi. Untuk setiap kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Sebelumnya diyakini bahwa jumlah adiposit dapat bertambah hanya selama masa balita dan kanak-kanak dan bahwa kelebihan masukan energi pada anak dapat menimbulkan obesitas hiperplastik, yang ditandai dengan peningkatan jumlah adiposit dan hanya terjadi sedikit peningkatan ukuran adiposit Kumar, et al., 2007; Guyton Hall, 2007. Sebaliknya, obesitas pada orang dewasa diyakini timbul sebagai akibat peningkatan ukuran adiposit, yang menimbulkan obesitas hipertrofik. Akan tetapi, beberapa penelitian terkini menunjukkan bahwa adiposit yang baru dapat berkembang dari fibroblas yang mirip dengan preadiposit di segala usia, dan perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah adiposit dan peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat memiliki adiposit sebanyak empat kali normal, dan setiap adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus. Begitu seseorang menjadi obese dan berat badannya stabil, masukan energi sekali lagi akan seimbang dengan pengeluaran energi. Agar seseorang dapat mengurangi berat badannya, masukan energi harus lebih kecil dari pengeluaran energi Kumar, et al., 2007; Guyton Hall, 2007. Peningkatan lemak tubuh hingga mencapai kondisi obesitas mampu meningkatkan resiko terjadinya suatu penyakit. Secara umum, baik pada pria maupun wanita, meningkatnya lemak tubuh hingga mencapai obesitas akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi, hiperlipidemia, aterosklerosis, jantung koroner, diabetes tipe 2, hingga kematian prematur ACSM, 2010. Dijelaskan lebih khusus bahwa efek merugikan obesitas berkaitan tidak saja dengan berat badan total, tetapi juga distribusi simpanan lemak. Obesitas sentral atau viseral, yang lemaknya menumpuk di badan dan rongga abdomen mesenterium dan sekitar viseral memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk beberapa penyakit dibandingkan dengan kelebihan lemak pada jaringan subkutan Kumar, et al., 2007. Obesitas sentral meningkatkan risiko sejumlah penyakit, termasuk diabetes, hipertensi, hipertrigliseridemia, kolesterol HDL yang rendah, dan kemungkinan juga penyakit arteri koronaria. Mekanisme yang mendasari hubungan ini rumit dan tidak langsung berkaitan. Contohnya, obesitas berkaitan dengan resistensi insulin dan hiperinsulinemia, suatu gambaran penting pada diabetes tipe 2, dan penurunan dari berat badan menyebabkan timbulnya perbaikan dari patologi ini. Akibat dari kelebihan insulin, akan berdampak pada terjadinya retensi natrium, ekspansi volume darah, pembentukan norepinefrin secara berlebihan, dan proliferasi otot polos yang merupakan tanda utama hipertensi. Disimpulkan bahwa risiko mengalami hipertensi di antara orang yang semula normotensive meningkat sebanding dengan berat badan Kumar, et al., 2007. Lalu, dari hipertrigliseridemia dan kolesterol HDL rendah berkorelasi dengan peningkatan risiko penyakit arteri koronaria pada orang yang sangat gemuk. Hubungan antara obesitas dan penyakit jantung tidaklah secara langsung, melainkan merupakan proses yang panjang dan rumit, dengan contoh dari obesitas hingga munculnya diabetes, hipertensi dan arteri koronaria yang langsung berhubungan dengan penyakit jantung Kumar, et al., 2007. Orang dengan kelebihan lemak tubuh juga mengalami kolelitiasis batu empedu daripada orang normal. Faktor penyebabnya dikarenakan jumlah kolesterol tubuh yang tinggi, meningkatkan perputaran kolesterol, dan percepatan ekskresi kolesterol melalui empedu yang akhirnya memudahkan terbentuknya batu empedu kaya kolesterol Kumar, et al., 2007. Orang yang sangat gemuk juga mengalami sindrom hipoventilasi pickwickian syndrome yaitu suatu konstelasi kelainan pernapasan yang menyebabkan mudahnya jatuh tertidur atau hipersomnolensi. Hipersomnolensi terjadi pada siang dan malam hari, disertai dengan episode apnea saat tidur, polisitemia, dan akhirnya gagal jantung kanan Kumar, et al 2007. Kelebihan lemak tubuh juga meningkatkan penyakit degeneratif sendi yaitu osteoarthritis. Risiko penyakit ini akan semakin meningkat bila terjadi pada usia lanjut yang mengalami gangguan kelebihan berat badan. Selain karena disebabkan oleh efek kumulatif dari wear and tear pada sendi, osteoarthritis juga diperparah oleh peningkatan beban berat tubuh yang menyebabkan semakin meningkatnya trauma seiring berjalannya waktu Kumar, et al 2007. Obesitas dan kanker juga memiliki kaitan, terutama kanker endometrium dan payudara. Pada kanker endometrium, dijelaskan bahwa obesitas meningkatkan kadar estrogen, dan dari kadar estrogen yang tinggi meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Sedangkan pada kanker payudara, studi observasi menunjukkan adanya peningkatan risiko terjadinya kanker pada wanita pascamenopause dan dengan obesitas sentral Kumar, et al., 2007.

2.6 Faktor Penyebab Penumpukan Lemak Berlebih

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BERDASARKAN KATEGORI NILAI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN ANSIETAS PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER UMUR (20-25) TAHUN

0 6 16

PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN AEROBIK INTENSITAS SEDANG TERHADAP PERUBAHAN KADAR HDL - LDL KOLESTEROL.

0 2 49

Pemberian burpee interval training lebih meningkatkan kebugaran kardiorespirasi daripada latihan aerobik dengan intensitas ringan pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas udayana dengan kategori IMT overweight.

0 3 47

SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

1 2 51

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KESEIMBANGAN STATIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

0 0 16

PEMBERIAN SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN LEBIH MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK SUBKUTAN DIBANDINGKAN INTENSITAS SEDANG PADA MAHASISWI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

0 1 10

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

0 0 14

Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Aktivitas Fisik Terhadap Keseimbangan Dinamis Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

0 0 11

KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT TAHUN 2014 | Karya Tulis Ilmiah

0 0 30

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN FITNES DENGAN SENAM AEROBIK INTENSITAS SEDANG TERHADAP PENURUNAN LEMAK PERUT PADA MAHASISWA FISIOTERAPI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN FITNES DENGAN SENAM AEROBIK INTENSITAS SEDANG

0 2 23