Definisi Burpee Interval Training

2.7.4 Multikomponen Model

Multikomponen model mampu meminimalkan asumsi yang dibuat dalam model sederhana dan oleh karena itu, paling baik untuk mengatasi variabilitas dalam komposisi lean mass. TBW dan mineral tulang yang diukur dengan teknik khusus yang dirancang untuk tujuan tersebut, mampu meningkatkan akurasi hasil. Saat model dua komponen menilai poin penting sifat tubuh, multikomponen mampu mengukur keseluruhan sifat tersebut, dan dapat memberikan data tentang hidrasi, kepadatan, dan mineralisasi FFM. Hal ini sangat penting pada pasien pediatri, yang diantaranya memiliki komposisi tubuh tidak teratur. Wells Fewtrell, 2006. Model multikomponen membagi berat badan menjadi lemak, air, dan sisanya berupa jaringan kering bebas lemak, dan membutuhkan pengukuran dari berat badan, hidrasi tubuh dengan hydrometry, dan volume tubuh dengan densitometri. Keempat komponen selanjutnya membagi jaringan kering bebas lemak menjadi protein dan mineral, dan membutuhkan data yang sama serta ditambah dengan pengukuran mineral tulang dengan DXA Wells Fewtrell, 2006.

2.8 Burpee Interval Training

2.8.1 Definisi

Burpee Interval Training Burpee Interval Training BIT merupakan suatu bentuk latihan kombinasi dari Basic Burpee atau Squat Thrust dengan Sprint Interval Training SIT. Burpee sendiri diciptakan oleh Royal H. Burpee, seorang fisiologis dari New York City pada tahun 1939. Tujuan awal diciptakan Burpee adalah untuk menilai kebugaran individu sehari-hari disaat penerapan ilmu olahraga saat itu sebagian besar hanya berkaitan dengan mengukur kebugaran pada individu yang sudah bugar Tamarkin, 2014. Menurut kamus Oxford sendiri, burpee didefinisikan sebagai latihan fisik yang terdiri dari squat thrust yang berawal dan berakhir pada posisi berdiri. Latihan ini terdiri dari 4 empat hitungan gerakkan dasar yang melibatkan hampir seluruh otot tubuh dan dilakukan dengan sangat cepat. Dimulai dari posisi awal berdiri, lalu melakukan squat down jongkok disertai meletakkan tangan di lantai sejajar dengan tubuh depan, dilanjutkan dengan melemparkan kaki ke belakang leg thrust hingga mencapai posisi plank tengkurap dengan tangan tetap tegap, lalu tarik kembali kaki ke posisi squat down, dan diakhiri dengan posisi berdiri Tamarkin, 2014. Analisa gerakkan burpee adalah sebagai berikut : Gambar 2.5 Posisi Awal Berdiri Sumber : Tamarkin, 2014 a. Posisi awal dari berdiri menuju squat down Dilakukan hingga telapak tangan menyentuh tanah. Gerakkan yang terjadi berupa flexi knee dan hip serta dorsifleksi ankle. Flexi spine juga terjadi dalam derajat rendah. Pergerakan ini membutuhkan kontraksi esentrik dari quadriceps, hamstrings dan gluteus maximus. Otot punggung juga bekerja untuk menghindari flexi spine yang berlebihan. Otot ekstremitas atas bekerja secara eksentrik untuk menahan dada dalam posisi tinggi yang wajar Neumann, et al., 2002. Gambar 2.6 Squat Down Sumber : Tamarkin, 2014 b. Posisi dari squat down menuju leg thrust Dari posisi squat down, gunakan lengan untuk menahan tubuh bagian atas, serta keseluruhan tungkai dilempar ke belakang sampai posisi tubuh memanjang horizontal sampai pada posisi planck. Gerakkan ini memerlukan kontraksi konsentrik dari quadriceps untuk ekstensi knee, dan kontraksi konsentrik dari hamstring dan gluteus maximus untuk ekstensi hip Neumann, et al., 2002. c. Posisi leg thrust disertai planck Sebagian besar kontraksi otot yang terjadi pada posisi ini merupakan kontaksi isometrik. Saat tumit mennyentuh tanah, quadriceps dan flexor hip berkontraksi isometrik untuk mencegah tungkai dan hip jatuh ke tanah serta otot rectus abdominis berkontraksi isometrik untuk menstabilkan bagian tulang belakang Neumann, et al., 2002. Gambar 2.7 Planck Sumber : Tamarkin, 2014 Pectoralis major, anterior deltoid dan rotator cuff berkontraksi isometrik untuk menstabilkan shoulder dan triceps brachii juga berkontraksi isometrik untuk menstabilkan elbow. Pada bagian ini, kekuatan otot tersebut harus cukup kuat untuk melawan efek gravitasi dan mencegah bagian dada jatuh ke tanah Neumann, et al., 2002. Grup otot scapula, trapezius, rhomboids, serratus anterior, dan pectoralis minor berkontaksi isometrik untuk menstabilkan scapula. Grup otot ini saling bekerja sama untuk menstabilkan scapula sehingga otot dari rotator cuff mempunyai dasar yang kuat untuk gerakkan selanjutnya Neumann, et al., 2002. Grup otot leher juga berkontraksi isometrik untuk menstabilkan bagian core dan mencegah timbulnya gerakkan yang tidak diharapkan dari spine. Grup otot yang berfungsi ekstensi dan flexi spine juga saling bekerja sama untuk menstabilkan spine Neumann, et al., 2002. d. Posisi dari leg thrust kembali menuju squat down Perubahan posisi ini memerlukan kontraksi kuat dari otot yang bekerja. Gastrocnemius berkontraksi kuat untuk melakukan plantar flexi, mengangkat kaki dari tanah sehingga knee dan hips bisa flexi secara cepat dan mengembalikan tubuh ke posisi squat down Neumann, et al., 2002. Flexi hip disebabkan oleh kontraksi konsentrik dari iliopsoas dan rectus femoris, dan flexi knee oleh kontraksi konsenstrik dari otot hamstrings. Sedangkan otot tubuh bagian atas bekerja sesuai dengan gerakkan sebelumnya yang bertujuan untuk menstabilkan tubuh bagian atas Neumann, et al., 2002. e. Posisi dari squat down kembali menuju berdiri Perubahan menuju berdiri hampir sama seperti pada gerakkan awal, namun, ada tambahan bantuan dari otot gastrocnemius untuk membantu menegakkan tungkai. Selain itu, tetap terjadi kontraksi konsentrik dari quadriceps, gluteus maximus, dan hamstring yang menyebabkan ekstensi hip dan knee. Grup otot core juga berkontraksi untuk menstabilkan spine Neumann, et al., 2002.

2.8.2 Fungsi

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BERDASARKAN KATEGORI NILAI INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN ANSIETAS PADA MAHASISWI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER UMUR (20-25) TAHUN

0 6 16

PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN AEROBIK INTENSITAS SEDANG TERHADAP PERUBAHAN KADAR HDL - LDL KOLESTEROL.

0 2 49

Pemberian burpee interval training lebih meningkatkan kebugaran kardiorespirasi daripada latihan aerobik dengan intensitas ringan pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas udayana dengan kategori IMT overweight.

0 3 47

SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

1 2 51

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KESEIMBANGAN STATIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

0 0 16

PEMBERIAN SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN LEBIH MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK SUBKUTAN DIBANDINGKAN INTENSITAS SEDANG PADA MAHASISWI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

0 1 10

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.

0 0 14

Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Aktivitas Fisik Terhadap Keseimbangan Dinamis Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

0 0 11

KORELASI ANTARA INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN NILAI KAPASITAS VITAL PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT TAHUN 2014 | Karya Tulis Ilmiah

0 0 30

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN FITNES DENGAN SENAM AEROBIK INTENSITAS SEDANG TERHADAP PENURUNAN LEMAK PERUT PADA MAHASISWA FISIOTERAPI UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN FITNES DENGAN SENAM AEROBIK INTENSITAS SEDANG

0 2 23