Teori Keagenan Kualitas Audit

commit to user Lampiran 3 Halaman 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Teori Keagenan

Agency Theory Agency theory menjelaskan mengenai hubungan yang muncul ketika satu orang individu atau lebih yang disebut principal memberikan mandat kepada individu lain atau organisasi yang disebut agent untuk melaksanakan pekerjaan dan kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agent tersebut. Menurut Jensen dan Meckling 1976 ada dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham shareholders dan antara manajer dan pemberi pinjaman bondholders . Selanjutnya Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer agent dengan investor principal . Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal di antara mereka. Manajer agent sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik principals . Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asymetri information . Baik pemilik maupun manajer diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri Jensen dan Meckling, 1976. Manajer mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. commit to user Lampiran 3 Halaman 1 Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen, dalam hal ini adalah akuntan publik auditor.

2.2 Kualitas Audit

Becker, DeFond, Jiambalvo, dan Subramanyan 1998 menyatakan bahwa tingkat efektivitas pelaksanaan audit bervariasi bergantung pada kualitas auditor. Bila dibandingkan dengan auditor yang berkualitas rendah, auditor yang berkualitas tinggi lebih mampu mendeteksi penyimpangan dalam penerapan praktik akuntansi dan saat sudah terdeteksi, auditor ini mampu untuk menolak praktik tersebut dan merubah laporan auditnya. Hal ini bermakna auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan. Oleh karena itu kualitas audit merupakan masalah utama yang harus mendapat perhatian khusus dalam proses pengauditan. Definisi audit di atas lebih menekankan kepada penilaian praktik sistem akuntansi klien dan keselarasan informasi akuntansi. Sistem akuntansi dan keselarasan informasi yang bermanfaat merupakan tujuan dari pada laporan keuangan. Audit yang berkualitas adalah audit yang membuat perusahaan tidak melaporkan akrual diskresioner yang abnormal. Becker et al . 1998 menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kualitas audit dan manajemen laba. Becker et al. 1998 berhasil membuktikan bahwa KAP Big Six memiliki kualitas audit yang lebih tinggi daripada KAP Non Big Six , berdasarkan pada bukti bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Non Big Six melaporkan discretionary accrual yang lebih besar daripada discretionary accrual yang dilaporkan perusahaan yang diaudit commit to user Lampiran 3 Halaman 1 oleh KAP Big Six . Auditor diharapkan dapat membatasi dan mengurangi praktek manajemen laba serta membantu untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan. Namun Pengaruh dan kemampuan auditor untuk dapat mengetahui praktek manajemen laba bergantung kepada kualitas auditor tersebut. Kualitas audit juga telah didefinisikan dengan berbagai cara. Watkins, Hillison, dan Morecroft 2004 mengidentifikasi beberapa definisi kualitas audit. Di dalam literatur praktis, kualitas audit adalah tingkat kesesuaian proses pengauditan dengan standar pengauditan. Di sisi lain, peneliti akuntansi mengidentifikasi berbagai dimensi kualitas audit. Dimensi-dimensi yang berbeda- beda ini membuat definisi kualitas audit juga berbeda-beda. Ada empat kelompok definisi kualitas audit yang diidentifikasi oleh Watkins, Hillison, dan Morecroft 2004. Pertama adalah definisi yang diberikan oleh DeAngelo 1981. DeAngelo mendefinisikan kualitas audit sebagai segala kemungkinan joint probability dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan klien yang diaudit. Kedua adalah definisi yang disampaikan oleh Lee, Liu, dan Wang 1999. Kualitas audit menurut mereka adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Ketiga adalah definisi yang diberikan oleh Davidson dan Neu 1993 yaitu Kualitas audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor. Terakhir kualitas audit ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi noise commit to user Lampiran 3 Halaman 1 serta bias dan meningkatkan kemurnian fineness pada data akuntansi Wallace, 1980. Watkins et al . 2004 memisahkan antara presepsi tentang kualitas audit dengan kualitas audit itu sendiri. Persepsi tentang kualitas audit itu sendiri adalah mengikuti DeAnggelo, reputasi auditor. Sedangkan kualitas audit adalah kemampuan auditor untuk memastikan bahwa kecurangan tidak terjadi setidaknya secara material dan berani melaporkan adanya kecurangan tersebut. DeAngelo 1981 setuju dengan pendapat bahwa kualitas audit harus dilihat dari dua sisi: permintaan atau input atau berhubungan dengan pihak klien dan pasokan atau output atau berhubungan dengan pihak auditor. Karena auditor bertugas untuk memverifikasi data keuangan yang disusun oleh manajemen, maka kualitas audit definisikan: “ the market-assessed joint probability that a given auditor will both a discover a breach in the client’s accounting system, and b report the breach ”. Poin-poin penting dari pengertian di atas adalah bahwa audit yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh orang yang kompeten dan orang yang independen. Auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur audit yang benar, memahami dan menggunakan metode penyampelan yang benar. Sebaliknya, auditor yang independen adalah auditor yang jika menemukan pelanggaran, akan secara independen melaporkan pelanggaran tersebut. Probabilitas auditor akan melaporkan adanya pelanggaran tergantung pada tingkat kompetensi mereka Widiastuty dan Febrianto, 2009. commit to user Lampiran 3 Halaman 1 Salah satu cara untuk mengukur kualitas hasil pekerjaan auditor adalah melalui kualitas keputusan-keputusan yang diambil. Menurut Bedard dan Michelene 1993 ada dua pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi sebuah keputusan secara umum, yaitu outcome oriented dan process oriented. Untuk pendekatan yang berorientasi proses, O’Keefe 1994 berpendapat bahwa dalam konteks Amerika Serikat, kualitas keputusan diukur dengan: i tingkat kepatuhan auditor terhadap General Acceptance on Auditing Standards GAAS; ii tingkat spesialisasi auditor dalam industri tertentu. Bagi pendekatan yang berorientasi hasil, Francis 2004 mengukur kualitas audit melalui hasil audit. Ada dua hasil audit yang dapat diobservasi yaitu: i laporan audit; dan ii laporan keuangan. Ukuran yang dapat diobservasi dalam laporan audit adalah kecenderungan auditor untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan bangkrut Carey dan Simnett, 2006, Sedangkan ukuran yang dapat diobservasi dalam laporan keuangan adalah kualitas laba Wibowo dan Rossieta, 2009. Wibowo dan Rossieta 2009 menyatakan bahwa nilai laba yang dilaporkan dapat dikelola sesuai dengan tujuan manajemen yaitu tujuan “ opportunistic ” atau “ efficient ”. Efficient motives dari earnings management adalah memberikan fleksibilitas kepada manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi yang dapat mencerminkan potensi ekonomis perusahaan dimasa depan bagi kepentingan pemegang saham. Sedangkan opportunistic motives dari earnings management bertujuan memberikan fleksibilitas kepada manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi guna memaksimalkan utilitas manajemen. commit to user Lampiran 3 Halaman 1 Nagy 2005, misalnya, mengukur perbedaan kualitas laporan keuangan eks klien Andersen yang diaudit oleh kantor akuntan yang baru pengganti Andersen yang telah bubar. Kualitas laporan keuangan—yang ia pertukarkan dengan kualitas audit—diukur dengan akrual diskresioner . Akrual diskresioner eks klien Andersen diekspektasi akan lebih rendah ketika mereka diaudit oleh auditor baru karena sikap auditor baru yang lebih konservatif terhadap eks klien Andersen. Nagy 2005 tidak secara eksplisit menunjukkan bahwa ia membedakan antara kualitas auditor yang menjalankan pekerjaan itu dengan kualitas kantor akuntan yang mengaudit eks klien Andersen. Memang tidak mudah untuk membedakan apakah keberadaan akrual diskresioner yang menurunkan laba pada eks klien Andersen adalah hasil dari pekerjaan auditor yang bertugas ataukah hasil dari penggunaan prosedur audit yang telah ditetapkan oleh kantor akuntan tempat auditor tersebut berada. Terkait dengan opportunistic motives dari manajer, kualitas audit seringkali dikaitkan dengan kualitas laba yang dilaporkan. Jika kualitas audit yang dihasilkan rendah, maka laba yang disajikan dalam laporan keuangan yang diaudit akan cenderung mengandung akun-akun yang tidak terlalu tepat menggambarkan hasil operasi serta kondisi keuangan perusahaan Chen et al ., 2005.

2.3 Ukuran KAP dan Kualitas Audit