WAODE ROSLIANI S4310030

(1)

commit to user

i

KUALITAS AUDIT: FAKTOR PENENTU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA SAHAM

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

WAODE ROSLIANI

NIM: S4310030

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user


(5)

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ SESUNGGUHNYA SESUDAH KESULITAN ITU ADA KEMUDAHAN “

(QS. Alam Nasrah: 3)

“ SELALU IKHLAS DAN SABAR ADALAH KUNCI YANG AMPUH DALAM MENJALANI KEHIDUPAN ...“

“ BERDOA DAN BERPIKIR POSITIF ADALAH SEMANGAT YANG AMPUH DALAM MENJALANI KEHIDUPAN...”

Persembahkan kepada:

1. Bapak H. Laode Muh. Ali Rahim dan Ibundaku Hj. Siti Rabia.

2. Suami Udy Mallysa dan Anak-anakku tercinta (Muh. Aditya PM, Aisya Astafani AM, Alif Firdaus PM)

3. Teman-teman Maksi khususnya Esty Apridasari 4. Sahabat-sahabatku semua


(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohim. Assalaamu’alaikum wr.wb

Syukur alhamdulillah, segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini sebagai tugas akhir untuk melengkapi syarat-syarat guna mencapai gelar Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis tidak terlepas dari hambatan dan tantangan. Namun demikian, berkat bimbingan, bantuan, dorongan, dan dukungan dari berbagai pihak, penulis akhirnya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis secara khusus mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada Bapak Dr. Bandi, M.Si, Ak. dan Bapak Arif Lukman Santoso, SE. MM. Master, Ak. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya dalam penyusunan tesis ini. Tanpa kesabaran dan arahan beliau berdua selama proses pembimbingan, niscaya penulis tidak akan mampu menyusun dan menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Selain itu, penulis juga menyampaikan penghargaan dan terimakasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(7)

commit to user

vii

2. Bapak Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Dr. Payamta, M.Si., Ak. CPA, selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Bapak H. Laode Muh. Ali Rahim dan Ibu Hj. Siti Rabia yang tiada henti-hentinya selalu mendoakan dan memberi nasehat yang tulus kepada penulis agar semangat dalam menyelesaikan tesis ini. 6. Suami dan anak-anakku tercinta yang tiada henti-hentinya mendoakan dan

memberi kekuatan serta motivasi agar tesis ini dapat terselesaikan dengan cepat dan tepat.

7. Sahabat-sahabatku baik sahabatku yang di MAKSI maupun sahabatku yang di Samarinda, terimakasih atas segala dorongan dan semangat untuk menyelesaikan tesis ini tanpa ada kata putus asa dan menyerah.

8. Seluruh Dosen beserta staf administrasi di Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bimbingan keilmuan, khususnya dalam disiplin Ilmu Akuntansi dan membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, oleh karenanya penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyusunan tesis ini.


(8)

commit to user

viii

Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan.

Surakarta, 2012 Penulis


(9)

commit to user

ix DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

ABSTRAK xv

ABSTRACT xvi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang Penelitian 1

1.2 Perumusan Masalah 6

1.3Tujuan Penelitian 7

1.4 Manfaat Penelitian 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS… 9 2.1Teori Keagenan (Agenci Theory)... 2.2Kualitas audit... 2.3Ukuran KAP dan Kualitas Audit... 2.4Masa Penugasan Audit dan Kualitas Audit...

9 10 14 16


(10)

commit to user

x

Halaman 2.5Komite Audit dan Kualitas Audit... ... 2.6Auditor Industry Specialization dan Kualitas Audit... 2.7Teori Sinyal (Signaling Theory)... 2.8 Kerangka Pemikiran...

18 21 23 26

BAB III METODE PENELITIAN 29

3.1Populasi dan Pemilihan Sampel 29

3.2Tehnik Pengumpulan Data 29

3.3Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 31

3.3.1 Variabel independen (variabel bebas) 31

3.3.2 Variabel dependen (variabel terikat) 32

3.4 Metode Analisis Data 36

3.4.1 Uji asumsi klasik 36

3.4.2 Uji Hipotesis 38

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 41

4.1Populasi dan Sampel 41

4.2Statistik Deskriptif 41

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik 42

4.4 Analisis Regresi... 48

4.3.1 Analisis Regresi Persamaan Pertama 48

4.3.2 Analisis Regresi Persamaan Kedua... 4.5 Pengujian Hipotesis... 4.6 Pembahasan

50 51 50


(11)

commit to user

xi

Halaman

5.1 Kesimpulan 57

5.2 Keterbatasan 58

5.3 Implikasi 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN


(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif 41

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Persamaan Pertama... 43

Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Pertama... 43

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas Persamaan Pertama... 44

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Persamaan Kedua... 46

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Persamaan Kedua... 47

Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Persamaan Pertama ... 48


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian 28

Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Pertama... 45 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Persamaan Kedua... 47


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Perusahaan Sampel Lampiran 2. Data Penelitian

Lampiran 3. Hasil Uji Asumsi Klasik Regresi Pertama Lampiran 4. Hasil Uji Asumsi Klasik Regresi Kedua Lampiran 5. Hasil Analisis Regresi Pertama


(15)

commit to user

xv ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris dari beberapa faktor yang diduga kuat berpengaruh terhadap kualitas audit, dan kemudian menguji pengaruh kualitas audit terhadap return saham. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel penelitian terdiri dari 25 perusahaan selama periode 5 (lima) tahun. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Ukuran KAP, Komite audit dan Audit

Tenure berpengaruh negatif signifikan terhadap kualitas audit di level 5% dan 1%, sedangkan auditor industry specialization tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Discretionary accruals berpengaruh negatif terhadap return saham dengan tingkat signifikansi 1%.

Kata kunci: Ukuran KAP, audit tenure, komite audit, audit spesialisasi industri, kualitas audit, kinerja saham.


(16)

commit to user

xvi

ABSTRACT

This study aims to obtain empirical evidence of the factors that influence on audit quality, and examine the influence of audit quality on stock returns. The population of this research is manufacturing companies listed on Indonesian Stock Exchange. The sample selection in this study uses purposive sampling method include 25 companies as sample for 5 years. The hypothesis testing uses multiple linear regression analysis and simple linear regression analysis.

The results show that: Size of Public Accountant Firm, audit committee, and the Audit Tenure have significantly and positively influence on audit quality. Howewer auditor industry specialization has no influence on audit quality. Discretionary accruals has a negative influence on stock returns.

Keywords: the size of the KAP, tenure auditing, committee audits, audits of

industrial specialization, quality auditing, stock return. Data Availibility: www.idx.co.id, ICMD, and IAPI


(17)

commit to user

KUALITAS AUDIT: FAKTOR PENENTU DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA SAHAM

TESIS

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Magister Sains Program Studi Magister Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh:

WAODE ROSLIANI NIM: S4310030

MAGISTER AKUNTANSI REGULER UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(18)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kualitas audit merupakan topik yang hangat antara akuntan berpraktik dan pengambilan kebijakan di Amerika Serikat dan berbagai tempat lainnya (Olivero, 2007). Hal itu juga dibuktikan dengan masih banyaknya jurnal yang mempublikasikan penelitian tentang kualitas audit seperti: penelitian yang dilakukan oleh Jordan, Clark dan Hames (2010), Ethridge dan Marsh (2010), dan Choi, Kim dan Zang (2010). Kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat terkait dengan banyaknya kasus seperti kasus yang menimpa Enron, Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing, Adelphia dan Walt Disney, serta Akuntan Publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional, Tbk. Dengan merebaknya skandal keuangan baik domestik maupun manca negara tersebut, memicu pertanyaan tentang bagaimana kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik dalam mengaudit laporan keuangan klien.

Sampai sekarang masalah kualitas audit masih sering membingungkan. Penelitian kualitas audit yang menggunakan proksi auditor kategori big five dan

non big five telah gagal menjelaskan masalah ini. Kasus Enron yang mengalami kesulitan keuangan secara tiba-tiba ternyata melibatkan auditor kategori big five. Dengan demikian auditor karegori big five tidak dapat menjamin adanya standar audit berkualitas. Padahal selama ini riset akademis paling banyak menggunakan


(19)

commit to user

proksi kualitas audit ukuran kantor Akuntan Publik. Hal itulah yang menjadi alasan mengapa kualitas audit perlu diteliti lebih lanjut.

Walaupun disadari bahwa kualitas audit sangat penting bagi kelancaran sistem perekonomian suatu negara, terutama bagi aktivitas investasi di pasar modal, namun terdapat satu permasalahan utama dalam menentukan tinggi rendahnya kualitas audit, yaitu menemukan metode yang handal untuk mengukur kualitas audit secara akurat (Wibowo dan Rossieta, 2009). Berbagai penelitian dan metode dalam mengukur kualitas audit telah dilakukan. Behn, Uhol dan Rang (2008); dan Jordan et al. (2010) menggunakan proksi dikotomi KAP (Kantor Akuntan Publik) yang besar dan KAP yang kecil untuk mengukur kualitas audit, sedangkan Krishnan (2003); dan Mayangsari (2004) menggunakan proksi dikotomi spesialis industri dan non spesialis industri. Ada pula peneliti yang menggunakan proksi kualitas teknis dan kualitas layanan serta kombinasi ukuran auditor (big dan non big) dengan spesialis industri seperti Chen, Lin, dan Zhou (2005).

Hasil Pertemuan G-20 (The London Summit 2008) dalam menindaklanjuti krisis global yang terjadi pada tahun 2008 yang lalu merumuskan beberapa prioritas kunci yang menjadi perhatian bersama, salah satunya adalah mengenai reformasi sektor keuangan. Salah satu kebijakan penting yang dihasilkan terkait reformasi sektor keuangan adalah meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan dalam pasar modal, termasuk meningkatkan kualitas audit dari akuntan publik untuk menjamin keterbukaan dan akurasi informasi keuangan perusahaan. Akuntan publik adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani


(20)

commit to user

kepentingan pihak principal (yaitu pemegang saham, terutama publik sebagai salah satu partisipan aktif dalam pasar modal)dengan pihak agent, yaitu manajer sebagai pengelola keuangan perusahaan (Wibowo dan Rossieta, 2009). Oleh karena itu, auditor harus mampu menghasilkan audit yang berkualitas yang akan berguna dalam pengambilan keputusan bagi para penggunanya.

DeAngelo (1981) menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP yang kecil. Teoh dan Wong (1993) juga memberikan bukti bahwa ERC (Earnings Response Coefficient) perusahaan yang menjadi klien pada KAP yang besar, secara statistik signifikan lebih besar dibandingkan perusahaan yang menjadi klien pada KAP yang kecil. Sejalan dengan penelitian DeAngelo (1981) sebelumnya, Hogan (1997); Teoh dan Wong (1993) mengidentifikasikan bahwa kantor auditor yang besar menunjukkan kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti kualitas audit yang dilakukan semakin baik pula. Akan tetapi, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maradona (2009). Maradona (2009) menyatakan bahwa berdasarkan hasil penelitiannya di Indonesia kualitas audit KAP Big Four lebih rendah daripada KAP Non Big Four. Jadi masih terdapat kelompok yang menyatakkan bahwa tidak terdapat perbedaan dalam kualitas audit.

Selain itu berbeda dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kualitas audit dimana KAP yang besar menyajikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP yang kecil, realita di lapangan justru tidak selalu demikian. Arthur Andersen yang termasuk dalam KAP big five


(21)

commit to user

saat itu terlibat skandal Enron, sehingga banyak pihak telah menyangka bahwa kualitas audit telah mengalami penurunan walaupun pernyataan ini perlu dikaji lebih lanjut lagi.

DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai segala kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan klien yang diaudit. Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor (kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor. Sementara itu AAA Financial Accounting Commite (2000) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan independensi. Kedua hal tersebut berpengaruh langsung terhadap kualitas audit.

DeAngelo (1981) berpendapat bahwa kualitas audit berupa kompetensi dan independensi itu hanya dimiliki oleh kantor akuntan yang berukuran besar (Big pada zaman itu). KAP yang besar biasanya mempunyai sumber daya yang lebih banyak dan lebih baik untuk melatih auditor mereka, membiayai auditor ke berbagai pendidikan profesi berkelanjutan, dan melakukan pengujian audit daripada KAP kecil sehingga dianggap lebih kompeten. Selain itu KAP yang besar dianggap lebih independen karena sudah mempunyai jaringan klien yang luas dan banyak sehingga mereka tidak tergantung atau tidak takut kehilangan klien.

Kemudian DeAngelo (1981) juga berpendapat bahwa kualitas jasa audit dapat terpenuhi dengan semakin panjangnya masa penugasan audit (audit tenure),


(22)

commit to user

karena auditor dapat terus menggunakan teknologi dan pengetahuan audit yang telah diperoleh selama menjalankan audit pada periode sebelumnya dan memberikan jasa secara konsisten. Walaupun DeAngelo (1981) tidak secara eksplisit menyatakan bahwa kualitas audit berkorelasi dengan jangka waktu tertentu sebagai masa optimal penugasan audit, namun dia berargumen bahwa berbagai manfaat akan hilang jika masa penugasan audit hanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.

Selanjutnya Antle dan Nalebuff (1991) menyatakan bahwa laporan audit harus dipandang sebagai laporan bersama antara auditor dengan manajemen perusahaan. Oleh karena itu kualitas audit juga tidak hanya dipengaruhi oleh auditor, melainkan oleh auditee juga. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis juga memasukkan keberadaan komite audit yang merupakan variabel yang berasal dari internal perusahaan (auditee) sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Hal ini juga didukung oleh Moizer, Petters, dan Turley (1989) yang menyatakan bahwa beberapa risiko berhubungan dengan kinerja suatu audit, sedangkan risiko audit terdiri dari risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi. Dari ketiga risiko audit tersebut, dua risiko yakni risiko bawaan dan risiko pengendalian bersumber dari internal perusahaan (auditee).

Kualitas kantor akuntan publik (KAP) juga dapat memberikan signal kepercayaan pihak perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atas legalitas dan integritas opini bebas yang dikeluarkan akuntan (Jam’an, 2008). Kualitas audit yang tinggi memberikan sinyal positif


(23)

commit to user

kepada pihak luar serta dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan auditan dan kepercayaan investor meningkat. Dengan kata lain, kualitas audit memberikan sinyal positif terhadap harga saham.

1.2 Perumusan Masalah

Adanya perbedaan hasil penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya di antaranya penelitian yang dilakukan oleh: DeAngelo (1981) KAP yang besar akan menghasilkan kualitas audit yang lebih baik dari pada KAP yang kecil namun Maradona (2009) justru menyatakan berdasarkan penelitiannya di Indonesia kualitas audit KAP big four lebih rendah dari KAP non big four. Sementara itu Carcello dan Nagy (2004) menemukan bahwa kualitas audit dipengaruhi oleh lamanya penugasan audit namun Wibowo dan Rossieta (2009) menyatakan tidak ada pengaruh antara masa penugasan audit terhadap kualitas audit, Bradbury, Mar dan Tan (2004) menemukan komite audit meningkatkan kualitas audit karena komite audit memonitor proses pelaporan keuangan, namun Kalbers (1996) membuktikan bahwa pelaksanaan komite audit tidak efektif sehingga tidak mampu meningkatkan kualitas audit, dan Krishnan (2003) menemukan audit spesialisasi industri akan lebih efektif dalam melakukan audit sehingga kualitas audit tercapai, namun hal ini berbeda dengan hasil penelitian Januarsi (2010) dimana auditor spesialisasi belum mampu mengurangi manipulasi melalui aktivitas real.

Berbedanya hasil penelitian tentang kualitas audit dengan menggunakan berbagai faktor pengukuran dari kualitas audit itu sendiri telah memicu pertanyaan tentang bagaimana menentukan tinggi rendahnya kualitas audit. Tingginya


(24)

commit to user

kualitas audit dari akuntan publik diharapkan dapat menjamin keterbukaan dan akurasi informasi keuangan perusahaan. Akuntan publik adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak principal dengan pihak agent

sebagai pengelola keuangan perusahaan (Wibowo dan Rossieta, 2009).

Dalam konteks kualitas audit, sinyal opini bebas yang diberikan oleh kantor akuntan publik merupakan sinyal yang mencerminkan keandalan informasi laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan yang telah diaudit. Kualitas audit yang tinggi diharapkan memberikan sinyal positif kepada pihak luar serta dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan auditan sehingga kepercayaan investor meningkat, dan pada akhirnya mampu mamberikan sinyal positif terhadap harga saham.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian berikut ini:

1. Faktor-Faktor apa saja yang menjadi penentu kualitas audit? 2. Bagaimana pengaruh kualitas audit terhadapkinerja saham?

1.3 Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji secara empiris beberapa faktor yang diduga kuat berpengaruh

terhadap kualitas audit. Faktor faktor tersebut diantaranya pengaruh ukuran KAP, masa lamanya audit bekerja memberikan jasa audit pada klien (a udit tenure), keberadaan komite audit, dan spesialisasi auditor industri.


(25)

commit to user

2. Untuk menguji secara empiris pengaruh kualitas audit terhadap kinerja

saham.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun hasil manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain adalah berikut ini:

a. Bagi Akademisi

Secara Akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan teori di Indonesia, khususnya mengenai masalah kualitas audit. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab masalah yang berkaitan dengan faktor penentu kualitas audit, dan pengaruhnya terhadap kinerja saham.

b. Bagi Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi auditor, investor dan kreditur tentang masalah kualitas audit dan pengaruhnya terhadap kinerja saham perusahaan, sehingga lebih dapat memahami kredibilitas laporan keuangan perusahaan sebagai dasar pengambilan keputusan bisnisnya.


(26)

commit to user BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency theory menjelaskan mengenai hubungan yang muncul ketika satu orang individu atau lebih yang disebut principal memberikan mandat kepada individu lain atau organisasi yang disebut agent untuk melaksanakan pekerjaan dan kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agent

tersebut. Menurut Jensen dan Meckling (1976) ada dua macam bentuk hubungan keagenan, yaitu antara manajer dan pemegang saham (shareholders) dan antara manajer dan pemberi pinjaman (bondholders). Selanjutnya Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal).

Masalah agensi timbul karena adanya konflik kepentingan antara

shareholder dan manajer, karena tidak bertemunya utilitas yang maksimal di antara mereka. Manajer (agent) sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (principals). Ketimpangan informasi ini biasa disebut sebagai asymetri information. Baik pemilik maupun manajer diasumsikan mempunyai rasionalisasi ekonomi dan semata-mata mementingkan kepentingannya sendiri (Jensen dan Meckling, 1976). Manajer mungkin akan takut mengungkapkan informasi yang tidak diharapkan oleh pemilik, sehingga terdapat kecenderungan untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut.


(27)

commit to user

Berdasarkan asumsi tersebut, maka dibutuhkan pihak ketiga yang independen, dalam hal ini adalah akuntan publik (auditor).

2.2 Kualitas Audit

Becker, DeFond, Jiambalvo, dan Subramanyan (1998) menyatakan bahwa tingkat efektivitas pelaksanaan audit bervariasi bergantung pada kualitas auditor. Bila dibandingkan dengan auditor yang berkualitas rendah, auditor yang berkualitas tinggi lebih mampu mendeteksi penyimpangan dalam penerapan praktik akuntansi dan saat sudah terdeteksi, auditor ini mampu untuk menolak praktik tersebut dan merubah laporan auditnya. Hal ini bermakna auditor mempunyai peranan penting dalam pengesahan laporan keuangan. Oleh karena itu kualitas audit merupakan masalah utama yang harus mendapat perhatian khusus dalam proses pengauditan. Definisi audit di atas lebih menekankan kepada penilaian praktik sistem akuntansi klien dan keselarasan informasi akuntansi. Sistem akuntansi dan keselarasan informasi yang bermanfaat merupakan tujuan dari pada laporan keuangan.

Audit yang berkualitas adalah audit yang membuat perusahaan tidak melaporkan akrual diskresioner yang abnormal. Becker et al. (1998) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kualitas audit dan manajemen laba. Becker et al.

(1998) berhasil membuktikan bahwa KAP Big Six memiliki kualitas audit yang lebih tinggi daripada KAP Non Big Six, berdasarkan pada bukti bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP NonBig Six melaporkan discretionary accrual yang lebih besar daripada discretionary accrual yang dilaporkan perusahaan yang diaudit


(28)

commit to user

oleh KAP Big Six. Auditor diharapkan dapat membatasi dan mengurangi praktek manajemen laba serta membantu untuk meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan. Namun Pengaruh dan kemampuan auditor untuk dapat mengetahui praktek manajemen laba bergantung kepada kualitas auditor tersebut.

Kualitas audit juga telah didefinisikan dengan berbagai cara. Watkins, Hillison, dan Morecroft (2004) mengidentifikasi beberapa definisi kualitas audit. Di dalam literatur praktis, kualitas audit adalah tingkat kesesuaian proses pengauditan dengan standar pengauditan. Di sisi lain, peneliti akuntansi mengidentifikasi berbagai dimensi kualitas audit. Dimensi-dimensi yang berbeda-beda ini membuat definisi kualitas audit juga berberbeda-beda-berbeda-beda. Ada empat kelompok definisi kualitas audit yang diidentifikasi oleh Watkins, Hillison, dan Morecroft (2004). Pertama adalah definisi yang diberikan oleh DeAngelo (1981). DeAngelo mendefinisikan kualitas audit sebagai segala kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan salah saji material dalam laporan keuangan klien yang diaudit. Kedua adalah definisi yang disampaikan oleh Lee, Liu, dan Wang (1999). Kualitas audit menurut mereka adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Ketiga adalah definisi yang diberikan oleh Davidson dan Neu (1993) yaitu Kualitas audit diukur dari akurasi informasi yang dilaporkan oleh auditor. Terakhir kualitas audit ditentukan dari kemampuan audit untuk mengurangi noise


(29)

commit to user

serta bias dan meningkatkan kemurnian (fineness) pada data akuntansi (Wallace, 1980).

Watkins et al. (2004) memisahkan antara presepsi tentang kualitas audit dengan kualitas audit itu sendiri. Persepsi tentang kualitas audit itu sendiri adalah mengikuti DeAnggelo, reputasi auditor. Sedangkan kualitas audit adalah kemampuan auditor untuk memastikan bahwa kecurangan tidak terjadi (setidaknya secara material) dan berani melaporkan adanya kecurangan tersebut.

DeAngelo (1981) setuju dengan pendapat bahwa kualitas audit harus dilihat dari dua sisi: permintaan atau input atau berhubungan dengan pihak klien dan pasokan atau output atau berhubungan dengan pihak auditor. Karena auditor bertugas untuk memverifikasi data keuangan yang disusun oleh manajemen, maka kualitas audit definisikan: “the market-assessed joint probability that a given auditor will both (a) discover a breach in the client’s accounting system, and (b) report the breach”.

Poin-poin penting dari pengertian di atas adalah bahwa audit yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh orang yang kompeten dan orang yang independen. Auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur audit yang benar, memahami dan menggunakan metode penyampelan yang benar. Sebaliknya, auditor yang independen adalah auditor yang jika menemukan pelanggaran, akan secara independen melaporkan pelanggaran tersebut. Probabilitas auditor akan melaporkan adanya pelanggaran tergantung pada tingkat kompetensi mereka (Widiastuty dan Febrianto, 2009).


(30)

commit to user

Salah satu cara untuk mengukur kualitas hasil pekerjaan auditor adalah melalui kualitas keputusan-keputusan yang diambil. Menurut Bedard dan Michelene (1993) ada dua pendekatan yang digunakan untuk mengevaluasi sebuah keputusan secara umum, yaitu outcome oriented dan process oriented.

Untuk pendekatan yang berorientasi proses, O’Keefe (1994) berpendapat bahwa dalam konteks Amerika Serikat, kualitas keputusan diukur dengan: (i) tingkat kepatuhan auditor terhadap General Acceptance on Auditing Standards

(GAAS); (ii) tingkat spesialisasi auditor dalam industri tertentu. Bagi pendekatan yang berorientasi hasil, Francis (2004) mengukur kualitas audit melalui hasil audit. Ada dua hasil audit yang dapat diobservasi yaitu: (i) laporan audit; dan (ii) laporan keuangan. Ukuran yang dapat diobservasi dalam laporan audit adalah kecenderungan auditor untuk mengeluarkan opini going concern ketika perusahaan bangkrut (Carey dan Simnett, 2006), Sedangkan ukuran yang dapat diobservasi dalam laporan keuangan adalah kualitas laba (Wibowo dan Rossieta, 2009).

Wibowo dan Rossieta (2009) menyatakan bahwa nilai laba yang dilaporkan dapat dikelola sesuai dengan tujuan manajemen yaitu tujuan “opportunistic” atau “efficient”. Efficient motives dari earnings management

adalah memberikan fleksibilitas kepada manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi yang dapat mencerminkan potensi ekonomis perusahaan dimasa depan bagi kepentingan pemegang saham. Sedangkan opportunistic motives dari

earnings management bertujuan memberikan fleksibilitas kepada manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi guna memaksimalkan utilitas manajemen.


(31)

commit to user

Nagy (2005), misalnya, mengukur perbedaan kualitas laporan keuangan eks klien Andersen yang diaudit oleh kantor akuntan yang baru pengganti Andersen yang telah bubar. Kualitas laporan keuangan—yang ia pertukarkan dengan kualitas audit—diukur dengan akrual diskresioner. Akrual diskresioner

eks klien Andersen diekspektasi akan lebih rendah ketika mereka diaudit oleh auditor baru karena sikap auditor baru yang lebih konservatif terhadap eks klien Andersen. Nagy (2005) tidak secara eksplisit menunjukkan bahwa ia membedakan antara kualitas auditor yang menjalankan pekerjaan itu dengan kualitas kantor akuntan yang mengaudit eks klien Andersen. Memang tidak mudah untuk membedakan apakah keberadaan akrual diskresioner yang menurunkan laba pada eks klien Andersen adalah hasil dari pekerjaan auditor yang bertugas ataukah hasil dari penggunaan prosedur audit yang telah ditetapkan oleh kantor akuntan tempat auditor tersebut berada.

Terkait dengan opportunistic motives dari manajer, kualitas audit seringkali dikaitkan dengan kualitas laba yang dilaporkan. Jika kualitas audit yang dihasilkan rendah, maka laba yang disajikan dalam laporan keuangan yang diaudit akan cenderung mengandung akun-akun yang tidak terlalu tepat menggambarkan hasil operasi serta kondisi keuangan perusahaan (Chen et al., 2005).

2.3 Ukuran KAP dan Kualitas Audit

Kualitas audit sering dikaitkan dengan skala auditor. Hal ini dipandang mempunyai kelebihan dalam empat hal, yaitu: (i) besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP; (ii) banyaknya ragam jasa yang ditawarkan; (iii)


(32)

commit to user

luasnya cakupan geografis, termasuk adanya afiliasi international; dan (iv) banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP (Firth dan Tan, 1998). Ukuran KAP dalam penelitian ini tidak dibedakan dengan kategori big four dan non big four, tetapi diproksi dengan banyaknya partner yang berafiliasi pada KAP tersebut yang ditinjau dari banyaknya partner akuntan public yang terdaftar pada KAP yang ada di Indonesia (Direktori KAP).

AAA Financial Accounting Commite (2000) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh 2 hal yaitu kompetensi dan independensi. DeAngelo (1981) berpendapat bahwa kedua kualitas itu hanya dimiliki oleh kantor akuntan yang berukuran besar (Big 8 pada zaman itu). KAP yang besar biasanya mempunyai sumber daya yang lebih banyak dan lebih baik untuk melatih auditor mereka, membiayai auditor ke berbagai pendidikan profesi berkelanjutan, dan melakukan pengujian audit daripada KAP kecil sehingga dianggap lebih kompeten. Selain itu KAP yang besar dianggap lebih independen karena sudah mempunyai jaringan klien yang luas dan banyak sehingga mereka tidak tergantung atau tidak takut kehilangan klien.

DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik dapat dilihat dari ukuran KAP. KAP yang berukuran besar dianggap lebih berkualitas dalam melakukan audit karena KAP besar memiliki sumber daya dan klien yang lebih banyak daripada KAP yang berukuran kecil. Selain itu karena reputasinya yang telah dianggap baik oleh masyarakat menyebabkan KAP yang berukuran besar akan melakukan audit dengan lebih berhati-hati. Sejalan dengan hal itu, hasil penelitian Damayanthi (2004), Francis


(33)

commit to user

dan Yu (2009), Guna dan Herawaty (2010), serta Choi et al. (2010) menunjukkan bahwa ukuran KAP berhubungan positif dengan kualitas audit. Oleh karena itu, dirumuskan hipotesis alternatif berikut ini.

Ha1: Ukuran KAP berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

2.4 Masa Penugasan Audit dan Kualitas Audit

Audit Tenure atau masa penugasan audit merupakan lamanya seorang auditor bekerja dan berhubungan dengan klien dalam kontrak kerja. Di Indonesia masalah tenure dan rotasi KAP bersifat mandatory dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan nomor: 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik dan direvisi dengan keputusan menteri keuangan nomor 359/KMK.06/2003 tanggal 21 Agustus 2003 yang mewajibkan perusahaan untuk membatasi masa penugasan KAP selama lima tahun dan akuntan publik selama tiga tahun.

Peraturan tersebut kemudian diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.

Lamanya masa penugasan audit dapat meningkatkan kualitas audit dengan berbagai alasan. Pertama, biaya audit yang tinggi (termasuk diantaranya kegagalan audit) diasosiasikan dengan periode awal masa penugasan audit. Geiger dan Raghunandan (2002) menemukan bahwa kegagalan audit sering terjadi pada


(34)

commit to user

periode awal auditor melaksanakan penugasan audit. Carcello dan Nagy (2004) juga menemukan bahwa kecurangan dalam laporan keuangan seringkali terjadi pada tahun-tahun awal auditor melaksanakan audit. Konsisten dengan ini salah satu interpretasi dari kondisi ini adalah bahwa walaupun tingkat independensi auditor relatif lebih tinggi diawal masa penugasan, namun tingkat familiaritasnya lebih rendah, terlihat dari tingginya tingkat kegagalan audit pada masa awal tersebut .

DeAngelo (1981) juga berpendapat bahwa kualitas jasa audit dapat terpenuhi dengan semakin panjangnya masa penugasan audit (audit tenure), karena auditor dapat terus menggunakan teknologi dan pengetahuan audit yang telah diperoleh selama menjalankan audit pada periode sebelumnya dan memberikan jasa secara konsisten. Walaupun DeAngelo (1981) tidak secara eksplisit menyatakan bahwa kualitas audit berkorelasi dengan jangka waktu tertentu sebagai masa optimal penugasan audit, namun dia berargumen bahwa berbagai manfaat akan hilang jika masa penugasan audit hanya dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.

Francis et al. (2009) menunjukkan bahwa tingkat akrual diskresioner menurun (yang diartikan bahwa kualitas audit meningkat) sesuai dengan lamanya masa penugasan. Carcello et al. (2004) menemukan bahwa tenure yang pendek berhubungan dengan kecurangan audit yang lebih tinggi dan kemungkinan kecurangan tersebut menurun ketika audit tenure bertambah lama. Hal ini berarti lamanya keterikatan auditor dengan klien berhubungan dengan makin tingginya kualitas audit. Temuan ini konsisten dengan kesimpulan Ghosh dan Moon (2003)


(35)

commit to user

tentang persepsi investor yang menyatakan bahwa lamanya keterikatan KAP dengan klien identik dengan semakin meningkatnya kualitas audit. Berdasarkan uraian ini dapat dikembangkan hipotesis alternatif berikut ini.

Ha2: Audit tenure berpengaruh positif terhadap kualitas audit.

2.5 Komite Audit dan Kualitas Audit

Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang bertugas melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan audit ekstern. Dalam hal pelaporan keuangan, peran dan tanggungjawab komite audit adalah memonitor dan mengawasi audit laporan keuangan dan memastikan agar standar dan kebijaksanaan keuangan yang berlaku terpenuhi, memeriksa ulang laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan standar dan kebijaksanaan tersebut serta apakah sudah konsisten dengan informasi lain yang diketahui oleh anggota komite audit, juga menilai mutu pelayanan dan kewajaran biaya yang diajukan auditor eksternal (KNGCG, 2002).

Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk mengaudit operasi dan keandalan. Badan ini bertugas memilih dan menilai kinerja perusahaan kantor akuntan publik. Tujuan pembentukan komite audit adalah: (a) memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum; (b) memastikan bahwa internal kontrolnya memadai; (c) menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang meterial di bidang keuangan dan implikasi hukumnya. Selain itu berbagai


(36)

commit to user

ketentuan dan peraturan mengenai komite audit telah dibuat diantaranya berikut ini:

a. Pedoman Good Corporate Governance (Maret 2001) yang menganjurkan semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite Audit;

b. Surat Edaran BAPEPAM No. SE-03/PM/2000 yang merekomendasikan perusahaan-perusahaan publik memiliki Komite Audit;

c. KEP-339/BEJ/07-2001, yang mengharuskan semua perusahaan yang listed di Bursa Efek Jakarta memiliki Komite Audit;

d. KEP-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai komite audit; dan

e. KEP-103/MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai komite audit;

Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan (Bradbury et al., 2004). Tugas komite audit meliputi menelaah kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan, menilai pengendalian internal, menelaah sistem pelaporan eksternal dan kepatuhan terhadap peraturan. Di dalam pelaksanaan tugasnya komite menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal, dan auditor internal (Bradbury et al., 2004). Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan eksternal dilakukan dengan baik. Dengan demikian hal ini akan dapat mengurangi risiko audit dan meningkatkan kualitas audit.


(37)

commit to user

Berdasarkan tinjauan di atas maka keberadaan komite audit dan auditor independen yang berkualitas dapat mengurangi tindakan opportunistic

manajemen. Tindakan manajemen melalui metode akuntansi yang ditentukan sendiri (accruals) memberikan peluang perusahaan mengatur laba yang dilaporkan untuk tujuan tertentu. Untuk mengurangi tindakan manajemen laba dibutuhkan pihak independen yaitu komite audit dan audit ekternal yang berkualitas yang mampu memonitor tindakan manajemen (Damayanthi, 2004).

Di dalam pelaksanaan tugasnya komite audit menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal, dan auditor internal (Bradbury et al., 2004). Adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal, dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan eksternal dilakukan dengan baik. Keberadaan komite audit dapat mencegah manajer perusahaan untuk melakukan manipulasi pendapatan (Xie et al., 2003). Dengan demikian keberadaan komite audit dapat mengurangi risiko audit dan akan meningkatkan kualitas audit.

Laba sebagai informasi yang terkandung dalam laporan keuangan akan mengakibatkan pasar bereaksi. Reaksi pasar terhadap laba akan berbeda untuk perusahaan yang membentuk komite audit dan tidak membentuk komite audit. Komite audit sebagai pihak independen yang betugas untuk memonitor proses pelaporan keuangan akan mengurangi gangguan dalam informasi laba sehingga pasar diduga akan bereaksi lebih kuat atas informasi laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang membentuk komite audit daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang tidak membentuk komite audit. Pasar menilai laba yang


(38)

commit to user

dilaporkan oleh perusahaan yang membentuk komite audit memiliki kualitas yang lebih baik daripada laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang tidak membentuk komite audit (Suaryana, 2005).

Dalam hal anggota komite dirangkap oleh anggota dewan direksi, masalah independensi jelas merupakan isu karena dengan adanya anggota direksi dalam komite tersebut akan mengurangi kemandirian komite dalam menyatakan sikap dan pendapat. Karena itu, dalam berbagai anjuran yang pernah disampaikan oleh

the securities exchange commission (SEC), American Institute of CPAs (AICPA), pengelola bursa efek, serta para pemerhati perkembangan komite audit, senantiasa dikembangkan agar keanggotaan komite audit tidak boleh dirangkap oleh anggota direksi perusahaan.

Komite audit yang berasal dari latar belakang yang relevan, dengan pengalaman cukup, dan tidak terikat dengan kepentingan maupun kepemilikan saham perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat meningkatkan kualitas audit. Berdasarkan uraian ini, maka dikembangkan hipotesis alternatif berikut ini.

Ha3: Keberadaan komite audit independen berpengaruh positif terhadap kualitas

audit.

2.6 Auditor Industry Specialization dan Kualitas Audit

Pada umumnya, praktek yang dilakukan oleh kelompok KAP besar lebih dapat menentukan kualifikasi auditornya, karena kualifikasi dari staf auditornya, semakin beragam. Auditor dengan pengalaman mengaudit dalam bidang atau


(39)

commit to user

sektor industri tertentu akan lebih mudah menjalankan penugasan pada tipe penugasan audit pada kelompok industri yang sejenis. Misalnya seorang auditor sudah berpengalaman memeriksa laporan keuangan perusahaan tambang, maka auditor tersebut akan semakin mudah melakukan audit pada jenis perusahaan tambang berikutnya. Jelas bahwa auditor yang terspesialisasi industrinya dapat menjalankan fungsi audit dengan lebih baik (O’Really & Reisch, 2002).

Hogan dan Jeter (1999) menyatakan bahwa spesialisasi industri membuat auditor mampu menawarkan kualitas audit yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak spesialis. Pada penelitian ini mereka melihat dimulainya trend spesialisasi industri serta faktor-faktor yang memepengaruhi adanya spesialisasi pada kantor akuntan seperti adanya peningkatan pangsa pasar pada kantor akuntan yang memiliki spesialisasi sebagai faktor lain adanya peningkatan kompetisi diantara kantor akuntan. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa tingkat konsentrasi auditor meningkat selama periode amatan tersebut.

Auditor yang memiliki spesialisasi pada industri tertentu pasti akan memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai kondisi lingkungan industri tersebut. Spesialisasi dalam industri tertentu menjadi sebuah tren, dan para peneliti menemukan bahwa auditor dengan spesialisasi menghasilkan penghematan finansial dan keuntungan dalam kualitas (Hogan dan Jeter, 1999).

O’Keefe (1994) juga berpendapat bahwa auditor industry specialization

berhubungan positif dengan kualitas audit diukur dengan penilaian kepatuhan auditor terhadap GAAS. Auditor yang memiliki banyak klien dalam industri yang


(40)

commit to user

sama akan memiliki pemahaman yang lebih dalam tentang risiko audit khusus yang mewakili industri tersebut. O’reilly et al. (2002) memberikan dua ukuran untuk menentukan suatu KAP dapat dikatakan sebagai auditor spesialis pada industri tertentu, yaitu jika KAP tertentu memiliki pangsa pasar (market share) terbesar dalam tiap industri, atau jika KAP tertentu memiliki jumlah klien yang terbanyak pada industri tertentu.

Januarsi (2010) berpendapat bahwa secara umum auditor spesialis di Indonesia memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengurangi manajemen laba akrual dari pada auditor non spesialis, tetapi auditor spesialis belum mampu mengurangi manipulasi melalui aktivitas real. Krishnan (2003) menyatakan bahwa auditor yang memiliki pemahaman yang lebih komprehensif tentang suatu tren dan karakteristik industri tertentu akan lebih efektif dalam melakukan audit daripada auditor yang tidak memiliki pengetahuan tentang industri tertentu tersebut.

Karakteristik industri mungkin berpengaruh pada suatu perusahaan lebih besar dibandingkan perusahaan lain. Adanya perbedaan ini membutuhkan keahlian auditor tertentu untuk bisa mendeteksi dengan lebih baik seberapa besar pengaruh tersebut. Dengan demikian kondisi ini menunjukan adanya kebutuhan spesialisasi auditor (Mayangsari, 2004). Dengan kata lain, bahwa jika auditor yang terspesialisasi industrinya, dapat meningkatkan kualitas audit pada umumnya, sehingga dapat dikembangkan hipotesis alternatif berikut ini.

Ha4: Auditor yang terspesialisasi industrinya berpengaruh positif terhadap


(41)

commit to user 2.7 Teori Sinyal (Signaling Theory)

Secara umum, sinyal diartikan sebagai isyarat yang dilakukan oleh perusahaan (manajer) kepada pihak luar (investor). Sinyal tersebut dapat berwujud berbagai bentuk, baik yang secara langsung dapat diamati maupun yang harus dilakukan penelaahan lebih mendalam untuk dapat mengetahuinya (Gumanti, 2009).

Singnaling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan

untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal, karena terdapat asimetri informasi (Asymmetri Information) antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor, kreditor). Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang Wolk, Tearney, dan James (2000). Perusahaan yang berisiko lebih tinggi bisa saja memilih untuk menggunakan auditor dengan kualitas yang lebih baik. Reputasi auditor yang lebih baik pada masa lalu bisa saja digunakan oleh klien yang memiliki proyek yang berisiko tinggi dan tidak terlalu menguntungkan sebagai sinyal bahwa proyek perusahaan tidak terlihat berisiko. Perusahaan berekspektasi bahwa publik akan menganggap perusahaan yang bersedia diaudit oleh KAP yang lebih besar - yang berarti memiliki sumber daya yang lebih besar adalah


(42)

commit to user

perusahaan yang menguntungkan. Hal sebaliknya terjadi pada perusahaan yang memilih diaudit oleh KAP yang lebih kecil (Watkins et al., 2004).

Lebih lanjut Gumanti (2009) menyatakan bahwa apapun bentuk atau jenis dari sinyal yang dikeluarkan, semuanya dimaksudkan untuk menyiratkan sesuatu dengan harapan pasar atau pihak eksternal akan melakukan perubahan penilaian atas perusahaan. Artinya, sinyal yang dipilih harus mengandung kekuatan informasi (information content) untuk dapat merubah penilaian pihak eksternal perusahaan.

Gumanti (2009) menyajikan suatu ilustrasi sederhana tentang pentingnya sinyal untuk membedakan kualitas antara satu perusahaan dengan perusahaan lain. Perusahaan yang secara kualitas memang lebih bagus dituntut untuk lebih kreatif dan berani dalam menggunakan sinyal-sinyal tertentu yang menyiratkan bahwa mereka memang bagus dan tidak dapat disamakan dengan perusahaan lain yang tidak bagus. Salah satu metode yang dapat dilakukan oleh manajer adalah dengan menerapkan sebuah sinyal yang mungkin cukup mahal tetapi masih dapat dilakukan (affordable) oleh perusahaan mereka sehingga akan sangat sulit untuk dilakukan atau ditiru oleh perusahaan yang berkualitas rendah karena terlalu mahal bagi perusahaan tersebut.

Sinyal yang di isyaratkan oleh perusahaan dapat berbentuk sinyal mahal (costly signaling) atau sinyal murah (costless signaling). Menurut literatur, sinyal mahal (Spence, 1973), jika biaya sinyal lebih tinggi bagi perusahaan yang berciri jelek daripada perusahaan yang berciri bagus, maka perusahaan yang berciri jelek


(43)

commit to user

tidak akan menirunya. Untuk itu, sinyal yang ditujukan harus sangat berarti (credible) dan tidak mudah ditiru.

Teori signal juga dapat membantu pihak perusahaan (agent), pemilik (principal) dan pihak luar perusahaan mengurangi asimetri informasi dengan menghasilkan kualitas atau integritas informasi laporan keuangan. Untuk memastikan pihak-pihak yang berkepentingan menyakini keandalan informasi keuangan yang disampaikan pihak perusahaan (a gent), perlu mendapatkan opini dari pihak lain yang bebas memberikan pendapat tentang laporan keuangan.

Dalam konteks kualitas audit, sinyal opini bebas yang diberikan oleh kantor akuntan publik (KAP) merupakan sinyal yang mencerminkan keandalan informasi keuangan yang dihasilkan perusahaan yang telah di audit. Kualitas kantor akuntan publik (KAP) juga dapat memberikan sinyal kepercayaan pihak perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atas legalitas dan integritas opini bebas yang dikeluarkan akuntan (Jam’an, 2008). Hal ini sejalan dengan pernyataan Epstein dan Geiger (1994) yang menyatakan bahwa investor dan pemakai laporan keuangan mengakui manfaat audit dalam pelaporan keuangan.

Integritas informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis lainya. Sehubungan dengan hal ini pihak auditor dianggap menjadi pihak independen yang akan memberikan


(44)

commit to user

opini terhadap laporan keuangan perusahaan sehingga investor maupun kreditor dapat mengambil keputusan yang tepat dalam berinvestasi. Hal ini jelas bahwa opini auditor merupakan sinyal dari suatu perusahaan.

Ardiati (2005) menyatakan pengaruh manajemen laba dan return saham lebih besar untuk perusahaan yang diaudit KAP besar daripada perusahaan yang diaudit KAP kecil. Selain itu penggunaan auditor independen tertentu dapat menghasilkan kualitas audit yang tinggi sehingga memberikan sinyal positif kepada pihak luar. Kualitas audit yang semakin baik dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan auditan dan kepercayaan investor meningkat. Dengan kata lain, kualitas audit memberikan sinyal positif terhadap harga saham, sehingga dapat dikembangkan hipotesis berikut ini.

Ha5: Discretionary accruals berpengaruh negatif terhadap return saham.

2.8 Kerangka Pemikiran

Akuntan publik dari kantor akuntan publik (KAP) dibutuhkan sebagai pihak ketiga yang independen untuk mengurangi asymetri information antara pihak investor (principal) dan pihak manajer (agent). DeAngelo (1981) menyatakan bahwa kualitas audit yang dilakukan oleh akuntan publik dapat dilihat dari ukuran KAP. KAP yang berukuran besar dianggap lebih berkualitas dalam melakukan audit karena KAP besar memiliki sumber daya dan klien yang lebih banyak dari pada KAP yang berukuran kecil.

DeAngelo (1981) juga berpendapat bahwa kualitas jasa audit dapat terpenuhi dengan semakin panjangnya masa penugasan audit (audit tenure), karena auditor dapat terus menggunakan teknologi dan pengetahuan audit yang


(45)

commit to user

telah diperoleh selama menjalankan audit pada periode sebelumnya dan memberikan jasa secara konsisten. Faktor ukuran KAP dan audit tenure diatas dapat lebih meningkatkan kualitas audit jika perusahaan memiliki komite audit. Hal ini dikarenakan fungsi komite audit yang merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk mengaudit operasi dan keandalan. Di dalam pelaksanaan tugasnya komite audit menyediakan komunikasi formal antara dewan, manajemen, auditor eksternal dan auditor internal (Bradbury et al., 2004). Jika komunikasi formal tersebut di atas dilakukan dengan baik maka hal ini akan dapat mengurangi risiko audit dan meningkatnya kualitas audit. Demikian juga dengan auditor yang memiliki spesialisasi pada industri tertentu pasti akan memiliki pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik mengenai kondisi industri tertentu. Auditor dengan pengalaman mengaudit dalam bidang industri tertentu akan lebih mudah menjalankan penugasan pada tipe penugasan audit pada kelompok industri yang sejenis. Jadi hal ini tentunya akan turut meningkatkan kualitas audit.

Dalam konteks Kualitas audit, sinyal opini bebas yang diberikan oleh kantor akuntan publik (KAP) merupakan sinyal yang mencerinkan keandalan informasi keuangan yang dihasilkan perusahaan yang telah diaudit (Jam’an, 2008). Epstein dan Geiger (1994) menyatakan bahwa investor dan pemakai laporan keuangan mengakui manfaat audit dalam pelaporan keuangan. Jadi penggunaan auditor independen tertentu dapat menghasilkan kualitas audit yang tinggi sehingga memberikan sinyal positif kepada pihak luar. Kualitas audit yang semakin baik dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan dan


(46)

commit to user

kepercayaan investor akan meningkat. Dengan demikian diharapkan kualitas audit memberikan sinyal positif terhadap return saham.

Berdasarkan pemikiran yang diuraikan di atas maka kerangka pemikiran teoritis penelitian ini dapat digabarkan dalam gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1. Skema Kerangka Konseptual

Ha5 Ukuran KAP

AUDIT TENURE

KOMITE AUDIT INDEPENDEN

AUDITOR INDUSTRY SPECIALIZATION

KUALITAS AUDIT

Ha1

Ha2

Ha3

Ha4

KUALITAS AUDIT

KINERJA SAHAM


(47)

commit to user BAB III Metode Penelitian

3.1 Populasi dan Pemilihan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh manufaktur yang listing di BEI pada tahun 2005-2009. Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak dalam bidang manufaktur pada tahun 2005-2009 yang dipilih dengan metode purposive sa mpling. Dalam

purposive sampling, pemilihan sampel didasarkan pada ciri atau sifat yang dipandang memiliki sangkut paut yang erat dengan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Sampel dipilih dengan kriteria sebagai berikut : a. auditee sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebelum 1 Januari

2005,

b. auditee tidak keluar (delisting) di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian (tahun 2005-2009), dan

c. menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen selama tahun 2005-2009.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan auditan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2005-2009 yang telah dipublikasikan dan tersedia di


(48)

commit to user

(ICMD) tahun 2005-2009. Sedangkan data untuk jumlah rekan Akuntan Publik (AP) pada suatu KAP diambil dari Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dan database Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP), Sekretariat Jenderal, Departemen Keuangan serta Laporan Auditor Independen Perusahaan pada Pusat Riset Pasar Modal (PRPM).

Data dikumpulkan dengan menggunakan metode Content analysis, yaitu suatu metode pengumpulan data penelitian dengan menggunakan teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen. Tujuan Content analysis

adalah melakukan identifikasi terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi yang obyektif dan sistematik (Indriyantoro dan Supomo, 2002). Content analysis dilaksanakan dengan cara melakukan observasi atas laporan keuangan auditee sektor manufaktur yang menjadi sampel penelitian. Observasi dilakukan dengan objek penelitian laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor independen tahun 2005-2009. Dengan metode Content analysis, Laporan keuangan yang telah diidentifikasi sesuai dengan kriteria yang dijadikan data dalam penelitian ini.

Selain menggunakan metode Content analysis, dalam pengumpulan data juga digunakan metode dokumentasi. Dengan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Dengan metode dokumentasi ini data dalam neraca dan laporan laba/rugi dikumpulkan guna melihat auditor yang mengaudit laporan keuangan auditee dan keberadaan komite audit independen.


(49)

commit to user

3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel 3.3.1 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi: ukuran KAP, masa penugasan audit, keberadaan komite audit independen dan auditor spesialisasi industri.

1. Ukuran KAP

Dalam penelitian ini proksi untuk Ukuran KAP menggunakan jumlah rekan Akuntan Publik (AP) pada suatu KAP (Size KAP), dengan alasan: Keputusan Menteri Keuangan No. 43/KMK.017/1997 tentang Jasa Akuntan Publik jo. 470/KMK.017/1999 menyatakan bahwa KAP dapat berbentuk perseorangan atau kerja sama antar Akuntan Publik (dalam KMK No. 423/KMK.06/2002 disebut sebagai persekutuan perdata atau firma);

a) semakin banyak rekan AP maka akan semakin besar kemungkinan adanya saling peer-review antar rekan AP; b) semakin banyak rekan AP maka akan memperbesar modal/aset

KAP; dan

c) semakin banyak rekan AP maka akan memungkinkan KAP memperoleh penghasilan yang lebih besar (Wibowo dan Rossieta, 2009).


(50)

commit to user

Penggunaan pengukuran ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh (Wibowo dan Rossieta, 2009).

2. Masa Penugasan Audit (Tenure Audit), diukur dengan menghitung tahun dimana KAP yang sama telah melakukan perikatan terhadap auditee. Penggunaan pengukuran ini mengacu pada penelitian (Januarti, 2011).

3. Keberadaan Komite Audit Independen.

Keberadaan komite audit Independen dapat mencegah manajer perusahaan untuk melakukan manipulasi pendapatan (Xie et al., 2003). Dengan demikian keberadaan komite audit dapat mengurangi risiko audit dan akan meningkatkan kualitas audit. Keberadaan komite audit diproksikan dengan menggunakan jumlah anggota komite audit independen. Pengukuran ini mengacu pada penelitian (Putra, 2011).

4. Auditor Industry Specialization, diproksikan dengan angka 1 bila auditor spesialis di salah satu industri, 0 jika tidak terspesialisasi. O’Reilly dan Reisch (2002) memberikan dua ukuran untuk menentukan KAP dapat dikatakan sebagai auditor spesialis pada industri tertentu, yaitu Jika KAP tertentu memiliki pangsa pasar (market share) terbesar dalam tiap industri, atau jika KAP tertentu memiliki jumlah klien yang terbanyak pada industri tertentu. Dalam penelitian ini pengukuran auditor industry specialization


(51)

commit to user

mengacu pada O’Reilly dan Reisch (2002) yaitu jika KAP tertentu memiliki jumlah klien yang terbanyak pada industri tertentu. 3.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen merupakan variabel terikat dan dipengaruhi oleh variabel lainnya (Ghozali, 2011). Variabel dependen dalam penelitian ini meliputi kualitas audit dan return saham.

Pengukuran kualitas audit dengan discretionary a ccruals merujuk pada pengukuran yang dilakukan oleh Nagy (2005). Nagy (2005) mengukur perbedaan kualitas laporan keuangan eks klien Andersen yang diaudit oleh kantor akuntan yang baru pengganti Andersen yang telah bubar. Kualitas laporan keuangan—yang ia pertukarkan dengan kualitas audit—diukur dengan akrual diskresioner. Terkait dengan opportunistic motives dari manajer, kualitas audit seringkali dikaitkan dengan kualitas laba yang dilaporkan. Jika kualitas audit yang dihasilkan rendah, maka laba yang disajikan dalam laporan keuangan yang diaudit akan cenderung mengandung akun-akun yang tidak terlalu tepat menggambarkan hasil operasi serta kondisi keuangan perusahaan (Chen et al., 2005). Oleh karena itu kualitas audit diproksikan dengan discretionary accruals

dimana pengkurannya menggunakan model Jones (1991) yang dimodifikasi. Penggunakan nilai absolut discretionary accruals (|DA|) dikarenakan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah besaran dari pengelolaan laba (discretionary accruals) tersebut, bukan arahnya


(52)

commit to user

(positif atau negatif) (Veronica dan Utama, 2005). Perhitungan ini dilakukan dengan model berikut ini:

Menghitung Total accruals (TAC):

TACit = NIit - CFOit ...(1) Nilai total accrual (TAC) diestimasi dengan persamaan regresi OLS sebagai berikut:

TACit /Ait-1 = β1 (1 /Ait-1) + β2 (ΔREVt /Ait-1) + β3 (PPEt /Ait-1) + e ...(2) Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary accrual (NDA) dapat dihitung dengan rumus:

NDAit = α1(1/Ait-1) + α2(ΔREVt/Ait-1 – ΔREC/Ait-1) + α3(PPEt /Ait-1) + eit...(3) Selanjutnya discretionary accrual (DAC) dapat dihitung sebagai berikut:

DACit = TACit - NDAit...(4)

Keterangan:

DACit = Discretionary accruals perusahaan i pada tahun t,

NDAit = Non discretionary accruals perusahaan i para periode t,

TACit = Total akrual perusahaan i pada periode t,


(53)

commit to user

CFOit = Cash flow (aliran kas) dari aktivitas operasi perusahaan i

pada periode t,

Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode t-1,

ΔREVt = pendapatan perusahaan i pada periode t dikurangi

pendapatan tahun t – 1,

ΔRECt = Perubahan piutang perusahaan i pada periode t,

PPEt = Aktiva tetap perusahaan periode t, dan

eit = sampel eror.

Variabel dependen berikutnya dalam penelitian ini adalah return saham. Return saham adalah tingkat keuntungan yang akan diperoleh oleh investor yang menanamkan dananya di pasar modal yang berupa

return realisasi dan return ekspektasi.

Return saham biasanya didefinisikan sebagai perubahan nilai antara periode t +1 dengan periode t ditambah pendapatan-pendapatan lain yang terjadi selama periode t tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi saham terdiri dari capital gain (loss) dan Yield. Capital gain merupakan selisih untung (rugi) dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Konsep return saham dapat digunakan sebagai konsep antara lain return realisasi (actual return) yang merupakan capital gain atau capital loss yaitu selisih antara harga saham periode saat ini (Pt) dengan harga saham pada periode sebelumnya (Pt-1).

Capital gain merupakan selisih dari investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu.


(54)

commit to user

Return yang digunakan dalam penelitian ini adalah return realisasi atau sering disebut dengan actual return. Return realisasi merupakan

return yang terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan (Hartono, 2008). Besarnya a ctualreturn dapat dihitung dengan rumus:

Rit =

1 -t 1 -t t P P P ...(5) Keterangan:

Rit = Tingkat keuntungan saham i pada periode t,

Pit = Harga penutupan saham i pada periode t (periode akhir), dan

Pit-1 = Harga penutupan saham i pada periode sebelumnya (awal).

3.4 Metode Analisis Data

Hipotesis penelitian akan diuji dengan analisis regresi. Analisis regresi Hipotesis Ha1, Ha2, Ha3, dan Ha4 diuji dengan regresi berganda. Hipotesis kelima

(Ha5) diuji dengan regresi sederhana. Pengujian dengan regresi mensyaratkan uji

asumsi klasik, sehingga terlebih dahulu data penelitian diuji asumsi klasik.

Uji asumsi klasik meliputi: (a) uji normalitas data, (b) uji Multikolinieritas, (c) Autokorelasi, dan (d) uji Heteroskedastisitas.

3.4.1 Uji Asumsi Klasik

3.4.1.1 Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji kenormalan distribusi dalam model regresi pada variabel pengganggu atau variabel residual (Ghozali, 2011). Pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogrov Smirnov, dengan


(55)

commit to user

membandingkan nilai p value dengan tingkat signifikansi 5%. Jika p value> 5%, maka data berdistribusi normal.

3.4.1.2 Multikolinieritas

Dilakukan dengan tujuan menguji apakah model regresi terdapat korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel independen. Jika terjadi korelasi antar variabel independen maka dikatakan terjadi problem multikolinieritas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model regresi, peneliti akan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Faktor (VIF) dengan alat bantu program SPSS 18. Nilai

tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF= 1 / tolerance). Jika tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10 dan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10, maka tidak terjadi problem multikolinieritas.

3.4.1.3 Autokorelasi

Pengujian apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011). Untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi, peneliti akan menggunakan uji Durbin-Watson dengan alat bantu SPSS 18.


(56)

commit to user

Patokan yang digunakan adalah patokan yang digunakan dalam buku Ghozali (2011), ketentuan bahwa sebuah model regresi telah terbebas dari autokorelasi adalah apabila nilai Durbin-Watson

berada lebih dari nilai dU dan lebih kecil dari nilai 4 - dU.

3.4.1.4 Heteroskedastisitas

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak sehingga diperoleh informasi apakah fungsi yang digunakan sebaiknya berbentuk linier, kuadrat, atau kubik. Metode yang digunakan untuk menguji heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot. Grafik

scatterplot ini dihasilkan dengan menggunakan alat bantu SPSS 18. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot, jika ada pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.4.2 Uji Hipotesis

Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh secara parsial variabel independen terhadap dependen. Langkah-langkah pengujian Ghozali (2011):


(57)

commit to user

Ho : β = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen.

Ha : β ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen.

2) Penentuan level of significant (α) = 0,05 Nilai t tabel = t α/2

3) Kriteria pengujian

Ho ditolak apabila signifikansi < 0,05 Ho tidak ditolak apabila signifikansi > 0,05

Dengan melihat Pvalue pada SPSS dan arah koefisien regresi.

3.4.3 Signifikansi F (F test)

Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi pengaruh secara simultan variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Langkah-langkah pengujian:

1) Menentukan Ho dan Ha

Ho: β1= β2= β3 = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara

simultan variabel independen terhadap variabel dependen.

Ha: β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara

simultan variabel independen terhadap variabel dependen. 2) Penentuan level of significant (α) = 0,05


(58)

commit to user Ho ditolak apabila signifikansi ≤ α = 0,05 Ho diterima apabila signifikansi > α = 0,05 4) Nilai F hitung

F hitung = SSR / k ...(6) SSE / n-1-k

Keterangan:

SSR = Sum of Squares Regression,

SSE = Sum of Squares Residual,

k = Banyaknya variabel bebas, dan n = Banyaknya sampel.

3.4.4 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien ini digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi variasi X terhadap variabel Y dan juga untuk mengetahui ketepatan pendekatan atas alat analisis (Ghozali, 2011). Adapun tingkat ketepatan regresi ditunjukan oleh R2 yang besarnya berkisar antara 0 ≤ R2 ≤ 1, makin besar nilai R2 berarti makin tepat suatu garis regresi linear yang digunakan sebagai pendekatan. Apabila nilai R2 sama dengan 1 maka pendekatan itu benar-benar sempurna (Ghozali, 2011).


(59)

commit to user BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang tercatat di bursa efek indonesia tahun 2005 sampai 2009 sebanyak 125. Data sampel diseleksi dengan metode purposive sampling. Setelah di kurangi data tidak lengkap didapatkan jumlah sampel sebanyak 25 perusahaan dengan total jumlah observasi sebanyak 125 perusahaan. Dari jumlah data observasi masih dikurangi dengan data outlier sehingga diperoleh jumlah observasi akhir sebanyak 119.

4.2 Statistik Deskriptif

Hasil statistik diskriptif variabel dependen dan variabel independen disajikan pada tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Hasil Statistik Deskriptif Variabel Dependen dan Independen

Variabel Minimum Maximum Mean Std.

Deviation

Ukuran KAP (Size) 2.00 50.00 22.4706 13.71862

Tenure Audit 1.00 5.00 3.4370 1.38783

Komite Audit 2.00 4.00 2.9496 0.42881

Auditor Spesialisasi Industri (AIS) Kualitas Audit (DAC)

0.00 0.00 1.00 1.01 0.7143 0.2847 0.45366 0.31002 Return Saham (RET) -0.13 0.14 0.0134 0.05220 Sumber: data sekunder diolah, 2012


(60)

commit to user

Output deskriptif statistik dengan menggunakan SPSS 18. Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah observasi (N) adalah 119. Ukuran KAP yang diwakili oleh Size menunjukkan bahwa Size tertinggi adalah sebesar 50,00 patner dan terendah 2,00 patner dengan nilai mean 22,4706 dan standar deviasi 13,71862. Masa penugasan audit yang diproksikan dengan auditTenure memiliki nilai tertinggi sebesar 5,00 tahun dan nilai terendah 1,00 tahun dengan nilai rata-rata 3,4370 dan standar deviasi 1,38783. Komite audit memiliki nilai tertinggi 4,00 orang dan nilai terendah 2,00 orang dengan nilai rata-rata 2,9496 dan standar deviasi 0,42881. Audit spesialisasi industri yang di proksikan dengan AIS memiliki nilai maksimal 1,00 dan nilai minimal 0,00 dengan nilai mean 0,7143 dan standar deviasi 0,45366. Kualitas audit diproksikan dengan nilai absolut memiliki nilai maksimal 1,01 dan minimal 0,00, dengan nilai mean 2,2847, dan standar deviasi 0,31002. Return saham diproksikan dengan RET memiliki nilai maksimal 0,14 dan minimal -0,13 dengan nilai mean 0,0134, dan standar deviasi 0,05220.

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Persamaan Regresi Pertama a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk screening terhadap normalitas data yang bertujuan jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Lewat pengamatan nilai residual dapat diketahui apakah variabel-variabel yang akan diteliti berdistribusi secara normal atau tidak. Untuk


(61)

commit to user

mendekteksi normalitas data dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov. Hasilnya seperti yang diperlihatkan pada tabel 4.2 di bawah ini. hasil uji normalitas distribusi normal.

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Variabel Kolmogorov

Smirnov Z

ρValue Keterangan

Unstandarized Residual 0.855 0.458 Normal Sumber: data sekunder diolah, 2012

Dari uji normalitas tersebut, didapatkan nilai kolmogorov-smirnovZ

sebesar 0,855 dengan signifikansi 0,458. Dari nilai tersebut terlihat bahwa tingkat signifikansi diatas 0,05 atau > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

b. Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui apakah model regresi linier terjadi korelasi antara periode pengamatan yang berurutan menurut waktu data runtut (time series). Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), (Ghozali, 2011). Untuk mendekteksi ada tidaknya autokorelasi maka dilakukan uji autokorelasi dengan uji

durbin – watson (DW test). Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan nilai durbin watson sebesar 1,831. Nilai ini berada diantara dU dan 4- dU, dengan nilai dU

1.758 dan nilai 4-dU 2.25. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

Hasilnya seperti yang diperlihatkan pada tabel 4.3 dibawah ini.

Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi


(62)

commit to user

1.758 2.25 1.831 Tidak terjadi

autokorelasi Sumber: data sekunder diolah, 2012.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolonieritas dilakukan untuk mendeteksi apakah terjadi korelasi antar variabel bebas. Hasil uji ini diuraikan pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4

Hasil Pengujian Multikolinieritas

Variabel Tolerance VIF

Ukuran KAP (Size) 0.961 1.040

Tenure Audit 0.965 1.036

Komite Audit AIS

0.967 0.971

1.035 1.030 Sumber: data sekunder diolah, 2012

Hasil perhitungan nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.10, dan hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2011). Dari hasil pengujian yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen.


(63)

commit to user

Uji heteroskedastisitas untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas nilai prediksi variabel dependen (ZPRED) dengan nilai residualnya (SRESID). Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Imam Ghozali, 2011). Dari hasil uji yang diperlihatkan gambar 4.1 dibawah ini adalah histogram hasil uji heteroskedastisitas pada grafik

scatterplot dengan dependen variabel DAC antara SRESID sumbu Y yang diprediksi dan ZPRED sumbu X residual.

Gambar 4.1


(1)

commit to user

ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Choi et al.

(2010), yang menunjukan bahwa ukuran KAP berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini juga memperkuat hasil penelitian DeAnggelo (1981) ukuran KAP berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian perkiraan bahwa KAP menentukan hasil audit dapat dibuktikan.

4.6.2 Hipotesis Kedua

Hasil penelitian menunjukan bahwa audit tenure berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit. Ini ditunjukan dengan parameter negatif yang berarti semakin tinggi audit tenure maka DAC semakin menurun, yang berarti kualitas audit meningkat. Hasil penelitian menunjukan bahwa audit tenure berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ghosh et al. (2005) yang menyimpulkan bahwa lamanya keterikatan KAP dengan klien akan meningkatkan kualitas audit. Francis et al. (2009) juga dalam penelitianya menyimpulkan bahwa tingkat

discretionary accruals menurun (yang diartikan bahwa kualitas audit meningkat)

sesuai dengan lamanya masa penugasan. Dengan demikian maka hasil statistik penelitian ini memperkuat hipotesis yang mengatakan semakin lama audit tenure

maka kualitas audit akan bertambah sebab auditor akan semakin memahami karakteristik perusahaan klien.

4.6.3 Hipotesis Ketiga

Hasil penelitian menunjukan bahwa komite audit berpengaruh secara positif terhadap kualitas audit. Ini ditunjukan dengan parameter negatif yang berarti semakin tinggi audit tenure maka DAC semakin menurun, yang berarti


(2)

commit to user

kualitas audit meningkat. Hasil penelitian ini didukung oleh Damayanthi (2003) yang mengatakan bahwa Tindakan manajemen melalui metode akuntansi yang ditentukan sendiri (accruals) memberikan peluang perusahaan mengatur laba yang dilaporkan untuk tujuan tertentu. Untuk mengurangi tindakan manajemen laba dibutuhkan pihak independen yaitu komite audit dan audit ekternal yang berkualitas yang mampu memonitor tindakan manajemen. Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Bradbury et al. (2004) yang menyimpulkan adanya komunikasi formal antara komite audit, auditor internal dan auditor eksternal akan menjamin proses audit internal dan eksternal dilakukan dengan baik. Dengan demikian keberadaan komite audit dapat mengurangi risiko audit dan akan meningkatkan kualitas audit. Hal ini bisa dipahami karena keberadaan komite audit dapat mengurangi tindakan apportunistic manajemen sehingga tingkat

discretionary accruals mengalami penurunan atau dengan kata lain kualitas audit

meningkat.

4.6.4 Hipotesis Keempat

Hasil penelitian menunjukan bahwa auditor spesialisasi industri (AIS) tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Artinya auditor spesialisasi industri tidak menentukan kualitas audit yang diukur dengan discretionary accruals. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Januarsi (2010). Dalam penelitian Januarsi (2010) menemukan bahwa tidak ada perbedaan


(3)

commit to user

antara klien auditor spesialis dengan klien auditor non-spesialis yang berhubungan dengan nilai mean managemen laba real baik pada periode sebelum maupun setelah Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusmin (2010). Hasil penelitian Rusmin (2010) menemukan tidak adanya perbedaan nilai discretionary

accruals absolut antara perusahaan yang di audit oleh audit spesialis dengan

non-spesialis. Hal ini berarti bahwa spesialisasi auditor tidak berhubungan dengan kualitas audit yang diukur dengan tingkat discretionary accruals.

4.6.5 Hipotesis Kelima

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel kualitas audit (DAC) secara statistik signifikan, dengan koefisien regresi 0,082 tetapi memiliki tanda yang berbeda degan harapan yaitu positif, artinya semakin tinggi DAC (yang berarti kualitas audit menurun) maka return sahamnya akan semakin tinggi. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ardiati (2005) yang menunjukan bahwa semakin tinggi kualitas audit maka return saham akan semakin tinggi pula. Namun hasil penelitian ini didukung oleh Mayangsari dan Wilopo (2001) yang menemukan bahwa dalam kurun waktu tahun 1990-1999 terdapat indikasi managemen laba yang secara statistik signifikan baik positif maupun negatif pada perusahaan-perusahaan yang diteliti meskipun demikian respon pasar secara statistik signifikan positif. Hal ini berarti investor tidak memperhatikan kualitas audit karena perhatian mereka hanya pada earnings tanpa peduli ketepatan angka-angka earnings tersebut. Dengan kata lain investor tidak memperhatikan kualitas earnings.


(4)

commit to user

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian ini serta analisis hasil pengujian data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang diajukan baik Ha1, Ha2, dan

Ha3, pengaruh ukuran KAP (Size), komite Audit (Komite) dan variabel audit tenure (Tenure) menunjukkan hasil yang positif signifikan masing-masing 0.018, 0.000 dan 0.035. Dengan demikian H0 ditolak dan hipotesis penelitian ini diterima dan signifikan terhadap kualitas audit (DAC). Hasil penelitian ini sejalan dengan diterapkannya kewajiban setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengangkat dan memiliki komite audit tahun 2001 (KEP-339/BEJ/07-2001) guna menghasilkan integritas informasi laporan keuangan yang bermutu.

2. Variabel spesialisasi auditor, diproksi ke dalam (AIS) menunjukkan tidak terdapat pengaruh terhadap kualitas audit (DAC). Hasil penelitian ini tidak berhasil menolak H0, sehingga Ha4 tidak didukung.

3. Variabel kualitas audit, diproksi kedalam discretionary accruals (DAC) menunjukan hasil statistik dengan coefficient = 0,082 dengan parameter


(5)

commit to user

positif. Hasil penelitian ini tidak berhasil menolak H0 sehingga Ha5 tidak didukung.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian ini menggunakan empat faktor sebagai faktor penentu dalam

kualitas audit yang berhubungan dengan auditor yaitu ukuran KAP, masa penugasan audit (audit tenure) dan auditor spesialisasi industri, sedangkan hanya satu faktor yang berhubungan dengan klien yaitu komite audit. Hal ini masih kurang karena masih ada faktor lain dari sisi klien seperti: kompleksitas bisnis dan risiko klien.

2. Penelitian ini tidak melakukan pengkalisifikasian atau pengelompokkan perusahaan berdasarkan skala besar, sedang dan kecil, Pemberlakuan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK/.06/2003, serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 17/PMK.01/2008, tentang Jasa Akuntan Publik relatif masih baru, sehingga hasil penelitian KAP jumlah patner akuntan masih terbatas pada formalitas untuk memenuhi regulasi dan aspek bisnis KAP. 3. Penelitian ini hanya meneliti pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek indonesia pada periode 2005-2009. Hal ini menyebabkan hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi untuk jenis perusahaan yang lain.


(6)

commit to user

4. Keterbatasan dalam memperoleh data menjadikan jumlah sampel yang

lengkap hanya 25 sampel, jumlah yang sedikit bila dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang bisa dijadikan sampel.

5. Penelitian ini hanya menggunakan return saham realisasi (actual return) pada akhir periode, sehingga kurang menggambarkan return saham perusahaan yang setiap saat bisa berubah.

5.3 Implikasi

Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi yang positif bagi semua pihak terutama bagi manajemen perusahaan, investor dan kreditor. Bagi manajemen perusahaan hendaknya menyikapi kualitas audit sebagai faktor penting dalam usaha meningkatkan keinformatifan laporan keuangan perusahaan, guna peningkatan return sahamnya.

Dengan demikian untuk memperoleh hasil audit yang berkualitas hendaknya manajemen perusahaan memperhatikan beberapa faktor penentu kualitas audit. Bagi auditor, investor dan kreditor hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan pemahaman terhadap kualitas audit sebagai bagian untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan sehingga dalam mengambil keputusan investor dan kreditor dapat menggunakan informasi tersebut sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan keputusan investasi.

Disamping itu, bukti empiris dari studi ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap penerapan regulasi jasa akuntan publik di Indonesia, khususnya bagi perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.