belajar lebih baik dari sebelumnya, maka penelitian tindakan kelas ini dianggap berhasil.
Berdasarkan data di atas sikus II mengalami peningkatan, hal ini karena siswa sudah memahami jalanya model jigsaw. Selain siswa
aktif dalam mengikuti pembelajaran, guru juga sudah memahami jalanya pembelajaran.
Berikut ini grafik peningkatan pencapaian kriteria ketuntasan minimal hasil belajar pra siklus, siklus pertama dan siklus kedua :
Gambar 12. Perbandingan Pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal Hasil Belajar Pra Siklus, Siklus Pertama dan Siklus Kedua
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas dengan menerapakan model jigsaw telah berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas X Busana Butik II SMK N 6 Purworejo mata pelajaran kewirausahaan. Penelitian ini ditunjukkan
dengan meningkatnya presentase siswa yang berhasil mencapai KKM pada setiap siklusnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang berjudul “Implementasi model Jigsaw pada mata pelajaran kewirausahaan untuk meningkatkan hasil
belajar kelas X busana butik di SMK N 6 Purworejo” pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1. Penerapan model jigsaw
Penerapan model jigsaw pada kompetensi dasar membangun visi dan misi usaha mata pelajaran kewirausahaan Kelas X Busana Butik I SMK N 6
Purworejo sudah berjalan dengan baik dan benar. Metode pembelajaran ini melalui tahapan yaitu, mengkondisikan suasana kelas, pembentukan
kelompok atau partisipan, membagi materi pelajaran, ketua kelompok berdiskusi membahas materi lebih dalam dan evaluasi, berdiskusi dengan
kelompok asal, mempresentasikan hasil kelompok di depan kelas, penarikan kesimpulan dan berbagi pengalaman, guru memberikan tes pilihan ganda
kepada siswa. Selama pembelajaran guru serta pengamat mengamati afektif dan psikomotor siswa.
2. Peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran kewirausahaan di SMK N 6 Purworejo melalui model Jigsaw
Berdasarkan hasil penelitian terhadap siswa kelas X busana butik II pada hasil belajar pra siklus 24 siswa atau 77,4 dalam kategori belum tuntas dan
10 siswa atau 22,6 dalam kategori tuntas. Dengan melalui model jigsaw
pada mata pelajaran kewirausahaan mengalami peningkatan pada siklus. Hal ini dapat dibuktikan pada siklus I penilaian afektif ada 26 siswa yang total
dari penilaian afektif dengan kategori tuntas, dan 6 siswa kategori belum tuntas. Pada penilaian psikomotor, ada 15 siswa yang berada dalam kategori
tuntas, dan kategori belum ada 16 siswa. Pada aspek kognitif hasil nilai dengan kategori tuntas siswa atau 35,5, kategori baik ada 9 siswa atau
29,0, kategori cukup sebanyak 13 siswa atau 41,9. Berdasarkan KKM siklus I pada penilaian ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa yang
tuntas ada 6 siswa atau 19,4 dan yang tidak tidak tuntas ada 25 siswa atau 80,6.
Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu pada penilaian afektif ada 3 siswa dengan kategori belum tuntas, dan 28 siswa tuntas. Penilaian
psikomotor ada 2 siswa yang berada dalam ketegori belum tuntas 6,5. Aspek kognitif hasil nilai dengan kategori tuntas ada 77,4, dan kategori
belum tuntas ada 6,5. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar mengalami peningkatan dengan model jigsaw pada mata pelajaan kewirausahaan
membangun visi dan misi usaha. Berdasarkan KKM siklus II pada penilaian ranah kognitif, afektif dan psikomotor, 29 siswa atau 93,5 tuntas dan 2
siswa atau 9,6 tidak tuntas dari KKM.