pada mata pelajaran kewirausahaan mengalami peningkatan pada siklus. Hal ini dapat dibuktikan pada siklus I penilaian afektif ada 26 siswa yang total
dari penilaian afektif dengan kategori tuntas, dan 6 siswa kategori belum tuntas. Pada penilaian psikomotor, ada 15 siswa yang berada dalam kategori
tuntas, dan kategori belum ada 16 siswa. Pada aspek kognitif hasil nilai dengan kategori tuntas siswa atau 35,5, kategori baik ada 9 siswa atau
29,0, kategori cukup sebanyak 13 siswa atau 41,9. Berdasarkan KKM siklus I pada penilaian ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa yang
tuntas ada 6 siswa atau 19,4 dan yang tidak tidak tuntas ada 25 siswa atau 80,6.
Pada siklus II mengalami peningkatan yaitu pada penilaian afektif ada 3 siswa dengan kategori belum tuntas, dan 28 siswa tuntas. Penilaian
psikomotor ada 2 siswa yang berada dalam ketegori belum tuntas 6,5. Aspek kognitif hasil nilai dengan kategori tuntas ada 77,4, dan kategori
belum tuntas ada 6,5. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar mengalami peningkatan dengan model jigsaw pada mata pelajaan kewirausahaan
membangun visi dan misi usaha. Berdasarkan KKM siklus II pada penilaian ranah kognitif, afektif dan psikomotor, 29 siswa atau 93,5 tuntas dan 2
siswa atau 9,6 tidak tuntas dari KKM.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diberikan saran sebagai berikut :
1. Selama pelaksanaan model jigsaw, hendaknya guru mempersiapkan
perangkat pembelajarn secara lengkap, selalu aktif memantau jalanya diskusi kelompok, dan memberikan penjelasan tambahan pada masing –
masing kepada kelompok ahli sehingga proses pembelajaran efektif dan efisien.
2. Model jigsaw terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran kewirausahaan, oleh karena itu guru disarankan untuk menerapkannya dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut perlu
dilakukan mengingat model jigsaw dapat memotivasi siswa untuk lebih aktifdan bertanggung jawab selama proses pembelajaran dan dapat
memperjelas materi yang diajarkan. 3.
Siswa agar lebih giat dan aktif selama model jigsaw berlangsung,bagi siswa yang pandai agar mau mengajari siswa yang kurang pandai dan
siswa yang kurang pandai tidak merasa malu bertanya kepada siswa yang pandai.
4. Dalam proses pembelajaran berlangsung siswa diharapkan tidak
membuat keramaian didalam kelas agar tidak menggangu siswa yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : PT. Pustaka Belajar Handoko Riwikdo. Statistika untuk penelitian dengan aplikasi program R dan
SPSS. Hendro.2002. Kewirausahaan SMK. Jakarta : Karya Nusa
Imam dan Latifah. 2004. Modul Program Keahlian Tata Busana. MKKS Jawa Timur
Hendro.2002. Kewirausahaan SMK. Jakarta : Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Johnson, D.W., Johnson, R.T., Holubec, E.J. 2010. Colaborative Learning Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama. Bandung : Nusamedia
Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan penilaian pendidikan. Yogyakarta : Graha ilmu
Miftahul Huda. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Nana Sudjana.2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Remaja Oemar hamalik. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung : Rosdakarya Robert. E. Slavin. 2005.Cooperatif Learning. Nusa media : Bandung
Rochiati Wiriaatmadja. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Sardiman A.M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Sri Wening. 1996. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar. Yogyakarta : FPTK IKIP Yogyakarta