b. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas
individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Berdasarkan prinsip dan fungsi diatas dapat dikaji bahwa saling
menghargai antar individu tanpa membeda-bedakan kemampuan, saling membantu satu kelompok untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Guru dalam
hal ini juga harus ikut aktif dalam memberikan umpan balik dan memberikan bantuan kepada siswa bila memerlukan bantuan.
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Jigsaw
Menurut Arends 1997, langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif jigsaw, yaitu:
1. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang 2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka
untuk membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli 3. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan
dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut 4. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali
ke kelompok masing-masing kelompok asal, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya
5. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan Kunci pembelajaran ini adalah
interpedensi setiap siswa terhadap anggota kelompok untuk memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat
mengerjakan tes dengan baik.
Dari langkah-langkah yang telah diuraikan diatas maka sering sifat individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah
seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya
mendompleng keberhasilan pemborong. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya
sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-
masing. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain,
dan mengelolah konflik secara langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah
dalam kerja sama antar anggota kelompok. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok
sedang berlangsung. Guru memperhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Dari langkah-langkah model jigsaw tersebut diatas dapat dikaji bahwa model jigsaw bersifat homogen artinya tidak membeda-bedakan kemampuan
siswa. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang untul membahas topik, wakil ini disebut kelompok ahli. Kelompok ahli berdiskusi untuk
membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik
tersebut. Setelah memahami materi, kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan menjelaskan kepada anggotanya. Guru memberikan tes individu pada
siswa di akhir pelajaran.
d. Keuntungan dan Kekurangan Model Jigsaw
1 Keuntungan model pembelajaran kooperatif jigsaw Menurut Ibrahim dkk 2000 menyatakan bahwa belajar kooperatif
dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa, dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa.
Siswa belajar lebih banyak dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada dari guru. Ratumanan 2002 menyatakan bahwa interaksi yang terjadi
dalam belajar kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Menurut Kardi Nur 2000 belajar kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnis dalam kelas multibudaya dan
memperbaiki hubungan antara siswa normal dan siswa penyandang cacat. Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model jigsaw
memiliki beberapa keuntungan yaitu: a. Dapat menambah kepercayaan diri siswa akan kemampuan
berpikir kritis. b. Setiap siswa akan memiliki rasa tanggung jawab akan tugasnya.
c. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam memecahkan masalah tanpa takut membuat
masalah.