Eksitensi dan Perkembangan Seni Bonsai di Indonesia

(1)

Skrip Sumate

EKSIST

INDON

si ini diaju era Utara u

UN

TENSI D

BONS

NESIA D

HAS

kan kepad untuk melen bidan T

SA

FAKUL

NIVERSIT

DAN PERK

SAI DI IN

DE NO BO

SSEI TO

SKRIP da Panitia U

ngkapi sala ng ilmu Sas OLEH TEUKU NA NIM: 0907

ASTRA JE

LTAS ILM

TAS SUM

MEDA

2013

KEMBAN

NDONESI

ONSAI BI

SONZAI

PSI Ujian Faku ah satu sya stra Jepang H : AUFAL 708010

EPANG

MU BUDA

MATERA

AN

3

NGAN SE

IA

IJUTSU N

I

ltas Sastra arat ujian s

g

AYA

UTARA

ENI

NO

a Universita arjana dal as am


(2)

Skripsi in Sumatera dalam bid P Drs. NIP: 1 EKS IND ni diajukan Utara Med ang ilmu Sa

Pembimbin

. Amin Sih 9600403 19 U SISTENSI D BON DONESIA D HA kepada P dan untuk astra Jepang ng I ombing. 991 03 1 00

DEPARTE FAKUL UNIVERSI

DAN PERK NSAI DI IN

DE NO BO ASSEI TO SKRIP Panitia Ujia melengkapi g Disusun O Teuku Na 0907080 01                     EMEN SA LTAS ILM ITAS SUM MEDA 2014 KEMBANG NDONESIA ONSAI BIJU SONZAI PSI an Fakultas i persyarata Oleh: aufal 010 NIP STRA JEP MU BUDAY MATERA U AN 4 GAN SENI A UTSU NO

s Ilmu Bud an mengiku Pembimb Drs. Na P: 19600822 PANG YA UTARA I daya Unive uti ujian sa

bing II

andi S. 2 1988 03 1

ersitas arjana


(3)

Disetujui oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

DepartemenSastraJepang

Ketua,

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum. NIP : 19600919 1988 03 1001


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat beserta karunianya sehingga skripsi ini dapat selesai. Penulisan skripsi yang berjudul “Eksitensi dan Perkembangan Seni Bonsai di Indonesia”, disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar kesarjanaan Fakultas Ilmu Budaya Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penyelesaian study dan juga penyelesaian skripsi ini, mulai dari pengajuan proposal penelitian, pelaksanaan, sampai penyusunan skripsi ini, antara lain kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs Amin Sihombing, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs Nandi S, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak menyisihkan waktu, pikiran, koreksi dan masukan-masukan selama dalam penulisan skripsi ini.


(5)

5. Seluruh staff pengajar Departemen Sastra Jepang, yang telah banyak memberikan penulis banyak masukan dan ilmu. Sejak mulai tahun pertama kuliah hingga akhirnya dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik. 6. Dosen Penguji Ujian Seminar Proposal dan Penguji Ujian Skripsi, yang

telah menyediakan waktu untuk membaca dan menguji skripsi ini.

7. Teristimewa, penulis sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orangtua saya Teuku Asrin dan Alm Erwani yang telah mendidik, mendoakan, dan membesarkan saya sepenuh hati. Sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini, terimakasih juga kepada seluruh keluarga khususnya ibuk Ririn, bang Afif, dek Cut dan nenek yang saya sayangi.

8. Terimaksih juga untuk seluruh teman-teman stambuk 2009 : Doni, Marko, Dasril, Ody, Fauzan, Riko, Febro, Johan Zivo, Edo, Barkah, Nugraha, Mitta, Ica, Duik, Ayu, Cristina, Tirta, Ella dan yang lainnya, terimakasih dukungan semangat dan masukannya. Semoga persahabatan dan persaudaraan kita tidak akan pernah putus.

9. Terimakasi juga untuk someone special Sri Mustika Sari yang sudah memberi motivasi, inspirasi dan dukungannya selama ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, penulis ucapkan terimakasih banyak.

Medan, Januari 2014

Penulis,


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……… 1

1.2 Perumusan Masalah……….. 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan………. 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori……….. 7

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 11

1.6 Metode Penelitian………. 12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP BONSAI 2.1 Sejarah Awal dan Perkembangan Bonsai……… 14

2.1.1 Sejarah Awal Bonsai………... 14

2.1.2 Sejarah dan Perkembangan Bonsai di Jepang……… 15

2.2 Pengertian dan Ciri – Ciri Bonsai………. 20

2.2.1 Ukuran……… 21

2.2.2 Bentuk……… 22


(7)

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Eksistensi dan Perkembangan Seni

Bonsai di Indonesia………. 28

2.3.1 Peluang Bisnis……….. 28

2.3.2 Pameran………. 30

BAB III EKSISTENSI DAN PERKEMBANGAN SENI BONSAI DI INDONESIA 3.1 Sejarah Awal dan Perkembangan Bonsai di Indonesia………… 35

3.2 Perkembangan Aliran Bonsai………... 37

3.3 Perkembangan Teknologi dan Bahan-Bahan Pendukung……… 44

3.3.1 Peralatan Bonsai………. 44

3.3.2 Pot ………. 47

3.3.3 Ornamen………. 51

3.4 Perkembangan Fungsi Bonsai……….. 52

3.4.1 Fungsi Sosial………. 54

3.4.2 Funsi Estetika……… 56

3.4.3 Fungsi Religi………. 57

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan……….. 59


(8)

DAFTAR PUSTAKA ABSTRAK


(9)

Absrak

Bonsai merupakan budaya asing yang masuk dan berkembang di

Indonesia. Indonesia adalah bangsa majemuk yang memiliki beragam budaya,

letak strategis dan kekayaan alam yang melimpah. Keadaan geografis yang

strategis ini menyebabkan arus budaya asing bebas masuk ke Indonesia, sehingga dapat memperkaya dan mempengaruhi budaya lokal.

Awalnya bonsai merupakan budaya Cina yang masuk dan berkembang di Jepang. Hingga kini belum ada data kurat kapan sesungguhnya bonsai masuk ke Jepang. Namun ada beberapa sumber yang menjelaskan sejarahnya. 

Salah satu sumber mengatakan seorang pegawai negeri Cina bernama Chu shun-sui yang memperkenalkan seni bonsai ke Jepang. Karna telah melanggar undang-undang negara, kemudian membawa seluruh koleksi tulisan mengenai bonsai miliknya ke Jepang. Menurut sumber lain mengatakan bahwa para pendeta Budha dari Cina yang membawa seni bonsai ke Jepang pada abad 10 dan 11.


(10)

Jepang mulai memperkenalkan seni bonsai sejak tahun 1878 kepada negara-negara lain melalui pameran internasional. Juga melalui tradisi seni bonsai yang dilestarikan oleh orang Jepang yang menetap diluar Jepang.

Begitu juga dengan di Indonesia, Belum ada data akurat kapan bonsai

masuk ke Indonesia. Namun bonsai di Indonesia mulai berkembang sejak

dibentuknya Perkumpulan Penggemar Bonsai Indinesia (PPBI) pada tanggal 31 Agustus 1979 yang diketuai oleh Soegito Sigit dan anggota berjumlah 7 orang.

Pada tahun 1995 jumlahnya bertambah menjadi 44 cabang dengan anggota berjumlah 10.000 orang lebih. Pada tahun 2013 jumlah cabang menjadi 87 cabang dan anggota lebih dari 40.000 orang. Karena terus berkembangnya seni bonsai, kini seni bonsai sudah mulai dimasukkan dalam kurikulum beberapa sekolah menengah pertanian. Bahkan lembaga pemasyarakatan pun telah mengajarkan seni bonsai kepada para narapidana.

Di Indonesia peluang bisnis merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam perkembangan bonsai. Karena penjualan di dalam dan luar negeri yang masih sangat baik dan menguntungkan, sehingga membuat banyak orang tertarik berbisnis bonsai. Selain itu, pameran juga mempengaruhi perkembangan seni bonsai di Indonesia. ada pameran yang dilombakan dan ada juga hanya memperlihatkan saja.

Gaya bonsai di Indonesia masih mengikuti pada gaya dasar di Jepang. Kemudian berkembang lah menjadi gaya kombinasi. Dalam perkembangannya gaya kombinasi dipengaruhi oleh gaya dasar, jenis tanaman, bentuk asli, ispirasi dan psikologis masing-masing pembuat. Sehingga hasilnya akan berbedan satu


(11)

dengan yang lain. Berdasarkan gaya kombinasi, beberapa aliran dalam bonsai pun juga berkembang. Sehingga dapat mengelompokkan bonsai berdasarkan alirannya. Di Indonesia hingga kini belum tampak komunitas-komunitas bonsai yang mengikuti satu aliran saja.

Untuk membuat bonsai gaya kombinasi, tentunya membutuhkan perlengkapan atau alat-alat yang lengkap. Kemajuan teknologi dalam perlengkapan bonsai membantu proses pembentukan dan perawatan menjadi lebih baik lagi. Tidak hanya itu, kemajuan teknologi juga terdapat dalam pot dan ornament bonsai. Kini terdapat beragam bahan, bentuk dan warna yang bervariasi.

Fungsi dari bonsai pun kini telah berkembang, di Jepang semulanya bonsai berfungsi sebagai pembeda status sosial antara bangsawan dengan rakyat. Kalau di Indonesia fungsi bonsai semulanya hanya sebagi trend tanaman hias yang berkembang di kalangan orang kaya, sehingga hanya orang-orang tertentu yang dapat memilikinya. Namun kini siapa saja dapat merawat dan memiliki bonsai.

Bonsai juga berfungsi sebagai media sosial antara sesama pencinta bonsai di seluruh dunia melalui komunitas-komunitas bonsai yang ada. Tidak hanya itu, masyarakat awam yang belum mengenal bonsai sebelumnya pun juga dapat ikut serta di dalamnya.

Di Jepang bonsai juga dijadikan sebagai suatu benda yang diwariskan oleh orang yang merawatnya terdahulu. Sehingga dapat menjadi pengingat dan kenangan terhadap orang yang telah meninggal tersebut.


(12)

Selain itu fungsi bonsai di Jepang juga dapat mencerminkan sebuah hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam semesta. Namun di Indonesia konsep pemahaman ini tidak sepenuhnya ada. Karna masyarakat Indonesia menganggap bonsai sebagai hiasan dan barang seni.

 

 

 

要旨

盆栽 ン ネ 入 開発 外国 文化 ン

ネ 溢 資源 戦 略 土地 色々 文化 持 服

民族 戦 略 的 地理 状 態う 現地 文化 え影 響う 豊 ン ネ 外国文化 流 自由 入 え

盆栽 日本 開発 入 中国 文化 実

日本 入 力う 盆栽 確実 ータ 存在

歴史 源泉 説明  

一 源泉 チュー ュン う名前 中国 公務員う

日本 盆栽 芸 術 紹う 国 法 違反 日


(13)

仏 教う 僧侶う 中国 盆栽 芸術 10 11世紀 持

日本 国際展覧会 1 年 盆栽 芸術 紹

日本 外 住 日本人 変 盆栽 芸 術 伝統う 通

ン ネ 盆栽 ン ネ 入 力う 確実 ータ 存在 盆栽 啓発 1979 年 8 月 31 日

ッ 会長 成 会員 7 人 ン ネ 盆栽愛好う集会 PPBI 形成 開発 始 1995年 数 44 支社

会員 一万人 成 長う 2013年 数 支社 会 員 四万人 成 長う 盆栽 芸 術 的 開発

盆栽 芸 術 現在 高校う う 農 業う う カ ュ 入 刑務所 受刑者 盆栽 芸 術 教え

ン ネ 営業 機会 盆栽 開発 え影 響 力う 要因う 一

国内販売 外国 販売 夜良 利益

人 盆栽 ビ ネ 興味う

展覧会 ン ネ 盆栽 芸 術 発展 え影 響う 競争

展覧会 見 盆栽展覧会

ン ネ 盆栽 タ 日本 基本的 タ 基

組 合わ タ 発展 開発 途中 組

合わ タ 基本的 タ 植 物 種類 本物 形 各 ー


(14)

盆栽 違う 組 合わ タ 基 盆栽

(aliran) 成 長う 盆栽 鎖 分類

ン ネ 一 (aliran) 受 盆栽コ ュニ

盆栽 組 合わ タ 作成 完全 機器 道具

要 機器 盆栽 技術 進歩 形成 維持 良

技術 進歩 盆栽鉢 飾

色々 材料 形 状う 様々 色 盆栽 機能う 発展 日本

最初盆栽 一般的 人々 貴族 間 差別化 機能う 持

ン ネ 盆栽 機能う 初 ン 金持 人 発展

特別 人 持 誰 盆栽

世話わ 盆栽 持 盆栽 盆栽コ ュニ 世界中

盆栽愛好家う 間 社会 媒体 機能う持

盆栽 知 普通う 人々 中

参加 日本 盆栽 昔 人 相 物 使用う

亡 人 思 出 記憶

日本 盆栽 機能う 人 神 人 人 人間 自然


(15)

理解 ン ネ 社会 盆栽 装 飾う 芸術品 考 え


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang memiliki beragam budaya. Indonesia memiliki letak yang strategis dan tanah yang subur dengan kekayaan alam yang melimpah ruah. Pengalaman masa lampau menempatkan Indonesia sebagai wilayah yang sibuk dan menjadi salah satu urat nadi perekonomian yang ada di Asia Tenggara dan dunia, sehingga menyebabkan banyak penduduk dari negara lain datang ke Indonesia. Menurut Anthorny Reid (http://chairueljannah.bl ogspot.com), negara Indonesia merupakan negeri di bawah angin karena begitu pentingnya posisi Indonesia di mata dunia.

Keadaan geografis yang strategis ini menyebabkan semua arus budaya asing bebas masuk ke Indonesia, sehingga budaya yang masuk tersebut dapat memperkaya dan mempengaruhi budaya lokal. Perkembangan kebudayaan dipengaruhi beberapa faktor, yaitu :

a. Lingkungan geografis induk bangsa, dan b. Kontak antar bangsa.

Indonesia telah memenuhi faktor tersebut sehingga kebudayaan yang ada beragam dan unik, begitu juga dengan bonsai yang merupakan hasil kebudayaan asing yang masuk dan berkembang di Indonesia.

Kata bonsai yang kini digunakan berasal dari bahasa Jepang, secara harafiah bonsai berasal dari kata bon (盆) dan sai (栽), bon bermakna pot atau


(17)

“wadah’’ yang dangkal sedangkan sai bermakna “tanaman”. Jadi, bonsai bermakna pohon atau tanaman yang ditanam di wadah atau pot yang dangkal. Sesungguhnya seni bonsai sendiri pertama kali muncul di Cina pada masa pemerintahan dinasti Tsin (206-221) dan mulai berkembang pada pemerintahan dinasti Tang (618-907). Saat itu istilah bonsai yang digunakan yaitu punsai/penzai. Belum ada data akurat yang menyebutkan kapan sesungguhnya seni bonsai masuk ke Jepang, tapi kini bonsai tidak hanya berkembang di Cina dan Jepang saja, tetapi bonsai sudah berkembang hampir ke seluruh negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang dapat menanam berbagai macam tanaman sepanjang tahun. Selain itu Indonesia juga terkenal sebagai negara agraris yang memiliki arti penting dalam bidang pertanian karena letaknya yang strategis. Berbeda halnya dengan Jepang yang memiliki empat musim dalam satu tahun, yaitu :

Haru ( 春 ) Musim Semi : Maret – Mai.

Natsu ( 夏 ) Musim Panas: Juni – Augustus.

Aki ( 秋 ) Musim Gugur : September – November.

Fuyu ( 冬 ) Musim Dingin : Desember – February.

Sehingga tidak dapat melakukan penanaman sepanjang tahun dan terdapat perbedaan karakteristik tanaman di Jepang dengan di Indonesia.

Di Indonesia kegemaran memelihara tanaman hias dalam pot sebenarnya sudah dikenal sejak ratusan tahun yang lalu. Di Jawa Tengah dikenal dengan


(18)

istilah petetan yang artinya tanaman yang ditanam dalam pot. Memang ada persamaan antara petetan dengan bonsai, yaitu sama-sama tanaman dalam pot. Perbedaannya ialah petetan tidak dibentuk, sedangkan pada bonsai perlu pembentukan. Setelah bonsai dikenal di Indonesia, mereka yang sudah lama menggemari petetan pun umumnya menyukai bonsai juga.

Di Indonesia pada umumnya gaya dasar dalam pembentukan bonsai juga menggunakan gaya dasar bonsai yang ada di Jepang, tetapi terdapat perbedaan jenis tanaman dan selera dalam pembentukan bonsai, sehingga menjadi pembeda bentuk karakter bonsai di Jepang dengan bonsai di Indonesia. Adapun gaya dasar dalam pembentukan bonsai yaitu :

1. Gaya tegak lurus (chokan).

2. Gaya tegak berliku/tegak tidak lurus (tachiki). 3. Gaya miring (shakan).

4. Gaya menggantung/air terjun (kengai). 5. Gaya setengah menggantung (hanbanka)

Bonsai mulai berkembang pesat di Indonesia sejak dibentuknya Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI). Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 31 Agustus 1979. Setelah terbentuknya PPBI, salah satu kegiatanya adalah dalam bentuk pameran, sehingga apresiasi terhadap seni bonsai semakin meningkat. Dengan sendirinya jumlah penggemar pun semakin bertambah. Pemahaman terhadap bonsai pun semakin mendalam dan meluas. Tidak heran apabila kini seni bonsai mulai digemari oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.


(19)

Pameran bonsai Indonesia pertama kali diadakan di Ancol pada tahun 1979, dalam rangka pameran dan lomba tanaman. Kemudia pada tahun 1981, PPBI juga mengadakan pameran bonsai berkerja sama dengan pusat kebudayaan Jepang di Jakarta.

Dengan semakin meluasnya seni bonsai di masyarakat, maka minat untuk lebih medalami seni bonsai pun semakin meluas. Sehingga dapat dimengerti mengapa penjual tanaman hias dimana-mana juga menjual bonsai. Perkembangan tersebut menunjukkan adanya perubahan atau diversifikasi selera dibandingkan dengan tiga puluh sampai dengan empat puluh tahun yang lalu.

Seiring terus berkembangnya seni bonsai, kini seni bonsai sudah mulai dimasukkan dalam kurikulum beberapa sekolah menengah pertanian bahkan lembaga pemasyarakatan pun telah mengajarkan seni bonsai kepada para narapidana. Para penggemar bonsai di Indonesia mendapat keasyikan tersendiri dalam menggeluti hobinya. Dapat menciptakan ketenangan dalam hati dan dapat mendekatkan diri dengan alam, karena itu penilaian paling utama terhadap bonsai adalah kesan alami yang terpancar.

Dewasa ini walaupun seni bonsai semakin memasyarakat di Indonesia tetapi masih terdapat segelincir orang yang beranggapan bahwa bonsai adalah bentuk penyiksaan terhadap tanaman. Mereka berpendapat bahwa biarlah pohon tumbuh di alam apa adanya dan tidak perlu dibatasi pertumbuhannya dalam pot yang relatif kecil. Pendapat tersebut dapat dimengerti oleh karna mereka belum memahami seluk beluk seni bonsai. Sesungguhnya menggemari bonsai dapat menimbulkan sifat kasih sayang, sabar, tekun, ulet, dan rasa seni yang tinggi. Para


(20)

seniman bonsai akan memelihara tanamannya dengan penuh kasih sayang serta berusaha menjaga agar tanaman tersebut tetap subur, sehat, dan segar. Sebaliknya penyiksaan yang sesungguhnya terjadi di alam terbuka dalam bentuk mencoret-coret, melukai, penebangan dan ahirnya membuat pohon mati.

Oleh sebab itu, seni bonsai yang semulanya berasal dari Cina dan Jepang, kini telah berkembang hampir ke seluruh negara dan tidak terkecuali di Indonesia. Hal ini yang menyebabkan penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai seni bonsai, melalui skripsi yang berjudul “Eksistensi dan Perkembangan Seni Bonsai di Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Seni bonsai adalah salah satu bentuk tradisi kebudayaan Jepang yang berkembang dengan baik di Indonesia hingga saat ini. Seni bonsai merupakan seni mengerdilkan pohon sehingga serupa seperti aslinya di alam bebas.

Di Indonesia bonsai merupakan hasil karya manusia yang memiliki nilai seni tinggi dan juga merupakan barang dengan nilai ekonomis tinggi, dengan semakin memasyarakatnya seni bonsai maka minat untuk lebih memahami seni bonsai pun semakin bertambah dan meluas di dalam masyarakat. Oleh sebab itulah bonsai pun terus berkembang dengan pesat di Indonesia,

Berdasarkan pernyataan yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang hendak diteliti adalah sebagai berikut :


(21)

2 Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan bonsai di Indonesia ?

3. Apa saja perkembangan seni bonsai di Indonesia?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam pembahasannya, penulis menganggap perlu membatasi ruang lingkup permasalahan agar masalah penelitian tidak terlalu luas sehingga masalah yang akan dikemukakan dapat lebih terarah. Penulis perlu memfokuskan pembahasan sesuai dengan judul skripsi yaitu “Eksistensi dan Perkembangan Seni Bonsai di Indonesia”. Penulis juga tidak membahas tentang jenis-jenis tanaman yang dapat di bonsai, mengingat perbedaan iklim di Jepang dengan Indonesia dan jumlah tanaman yang terlalu banyak sehingga pembahasan akan terlalu luas. Untuk mendukung penulisan, sebelumnya akan dibahas tentang sejarah awal dan perkembangan bonsai di Jepang, dan faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan bonsai di Indonesia. selanjutnya penulis akan mebahas lebih lanjut tentang sejarah perkembangan bonsai di Indonesia, perkembangan aliran bonsai, perkembangan teknologi dan bahan-bahan pendukung, dan perkembangan fungsi bonsai


(22)

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Berbicara masalah bonsai maka yang akan ada di benak pikiran kita adalah seni mengerdilkan pohon yang berasal dari Cina dan Jepang. Tetapi kalau kita berbicara tentang bonsai di Indonesia maka yang akan dibicarakan adalah eksistensi dan perkembangannya di Indonesia. Sebelum membahas lebih jauh ada baiknya kita mengetahui apa yang dimaksud dengan seni, eksistensi dan perkembngannya agar memudahkan untuk memahami maksud-maksud yang terkandung di dalamnya.

Menurut Heidegger dalam Margareth (2007:7) karya seni sebagai suatu barang terjadi karna ada bentuk-material-maksud-daya sumbang. Bentuk atau penampakan dalam rupa dan wujut tidak bisa lepas dari maksud, daya sumbang dan material yang digunakan. Heidegger melihat karya seni sebagai suatu barang yang didefinisikan oleh pertemuan antara unsur langit-bumi-keilahian-kefanaan. Keempat unsur inilah yang membuat karya seni memiliki daya sumbangsih jika didefinisikan oleh bentuk atau perwujudannya

Menurut Nietzsche dalam Margareth (2007:7) seni bukan hanya menampilkan suasana tenang, damai elegan dan anggun namun juga bisa memberikan guratan dan dorongan dalam mengenali daya-daya kehidupan.

Menurut Hegel dalam Margareth (2007:7) seni adalah manifestasi dari manusia untuk membawa keindahan alam raya kedalam ranah budaya. seni bukanlah produk alam, tetapi seni adalah sebuah karya yang diciptakan secara mendasar untuk manusia kurang atau lebih melalui medium indriawi dan


(23)

dialamatkan pada tangkapan indriawinya. Seni senantiasa mengandung tujuan yang mengikatnya dengan manusia.

Menurut Hegel dalam Margareth (2007:7-8) karya seni adalah untuk membawa kejelasan mana yang alami, mana yang kultural. Sejauh prinsip-prinsip alami dipenuhi oleh sebuah karya, sejauh itu pula yang harus dikenali oleh manusia sebagai artisnya, sebagai penggugah rasa dan perasaan, karya ini secara hakiki akan membuat manusia baik sebagai seniman maupun sebagai pengamatnya merasa kerasan. Karya seni disajikan untuk pemahaman indriawi yang melibatkan rasa dan perasaan manusia.

Jadi berdasarkan beberapa pendapat pakar tentang seni, maka dapat disimpulkan bahwa seni adalah suatu anugrah dari Tuhan, kemudian dibentuk, ditata, dan diolah sedemikian rupa oleh manusia sehingga memiliki unsur-unsur keindahan dan dapat dinikmati oleh indriawai manusia.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia Eksistensi adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung unsur bertahan.

Sedangkan menurut Abidin Zaenal dalam Kuslianto (2010:16) Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu ‘menjadi’ atau ‘mengada’. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, ‘melampaui’ atau ‘mengatasi’. Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya. Adapun yang dimaksud eksistensi didalam penelitian ini adalah eksistensi bonsai di Indonesia. Jika dilihat pengertian eksistensi di atas maka


(24)

eksistensi bonsai di Indonesia dapat dikatakan tetap eksis dan mengalami perkembangan baik dari segi kualitas maupun kuantitas bonsai, sehingga dapat dijadikan pula sebagai barang yang ekonomis tinggi.

Menurut Harlimsyah dalam Septianawi (2008:14) Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang berlangsung secara teratur dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambah jumlah atau ukuran dari hal-hal yang telah ada, maupun berubah karna timbulnya unsur-unsur yang baru.

Berdasarkan pendapat pakar tentang eksistensi dan perkembangan, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah proses awal terjadinya perubahan jumlah dan perubahan ukuran dari yang sudah ada maupun belum ada sama sekali, kemudian eksistensi menjadi penerus dari keberlangsungan perkembangan tersebut dan terus berkesinambungan hingga waktu yang tidak ditentukan.

2. Kerangka Teori

Menurut Arikunto dalam Yulianti (2008:8) Kerangka teori merupakan wadah untuk menerangkan variabel atau pokok masalah yang terkandung dalam penelitian.

Kerangka teori memuat sejumlah teori yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian. Teori-teori tersebut dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam penelitian. Penulis ini menggunakan pendekatan historis, yaitu penelitian dengan menggunakan metode sejarah penyelidikan yang kritis terhadap keadaan-keadaan, perkembangan, serta pengalaman-pengalaman dimasa lampau dan menimbang secara cukup teliti dan hati-hati tentang bukti validitas dari


(25)

sumber sejarah serta interpretasi dari sumber-sumber keterangan tersebut. (Nazir 1988:55-56)

(Nazir 1988:55) menyatakan sejarah adalah deskripsi yang terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta studi yang kritis untuk mencari kebenaran. Dengan teori ini penulis akan membahas sejarah perkembangan bonsai di Jepang dan sejarah perkembangan di Indonesia.

Gottchalk dalam Abdurrahman (1999:44) mensistematisasikan langkah-langkah dalam penelitian sejarah sebagai berikut :

1. Pengumpulan objek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan tertulis dan lisan yang relevan.

2. Menyingkirkan bahan-bahan (atau bagian-bagian dari padanya) yang tidak otentik.

3. Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan yang otentik.

4. Pennyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi suatu kisah atau penyajian yang berkait.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga menggunakan teori perubahan kebudayaan. Menurut Setiadi (2009:44) perubahan kebudayaan merupakan kebudayaan yang mengalami perkembangan (dinamis) seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh karena itu tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian kebudayaan mengalami perubahan.


(26)

Ada lima faktor yang menjadi penyebab perubahan kebudayaan, yaitu: a. Perubahan lingkungan alam.

b. Perubahan yang disebabkan adanya kontak dengan suatu kelompok lain. c. Perubahan karena adanya penemuan.

d. Perubahan yang terjadi karena suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain di tempat lain.

e. Perubahan yang terjadi karna suatu bangsa memodifikasi cara hidup dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau kepercayaan baru, atau karna perubahan dalam pandangan hidup dan konsepnya tentang realitas.

Dengan teori ini, penulis akan membahas bagaimana perubahan yang terjadi dalam sebuah kebudayaan, terutama dalam eksistensi dan perkembangan seni bonsai yang terjadi di Indonesia.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pembahasan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui eksistensi dan perkembangan seni bonsai di Indonesia. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi dan

perkembangan bonsai di Indonesia.

3. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi perkembangan bonsai di Indonesia.


(27)

2. Manfaat Penelitian

Dengan dibahasnya eksistensi dan perkembangan bonsai di Indonesia, faktor-faktor yang mempengaruhi eksistensi dan perkembangan seni bonsai di Indonesia, maka penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Penulis sendiri yaitu dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang seni bonsai terutama tentang eksistensi dan perkembangan seni bonsai di Indonesia.

2. Para pembaca dan dapat dijadikan acuan dalam penelitian berikutnya. 3. Peningkatan ilmu pengetahuan khususnya dibidang pranata masyarakat

dan kebudayaan Jepang yang berkembang di Indonesia.

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan struktur yang sangat penting, karena berhasil tidaknya, rendahnya kualitas penelitian, sangat ditentukan oleh ketepatan peneliti dalam memilih metode penelitian. (Arikunto dalam Yulianti, 2008:10)

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode deskriptif. Menurut Nazir (1988:63) metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Sehingga tujuan dari penelitian deskriktif ini adalah untuk membuat mendeskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Kemudian studi kepustakaan digunakan sebagai cara pengumpulan data, yaitu, mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa


(28)

arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian, Selanjutnya data dianalisa dan dirangkum, kemudian dideskripsikan kedalam tulisan ini.

Data-data dan bahan-bahan dalam penulisan skripsi ini diperoleh dari : perpustakaan Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Daerah (Sumut), Perpustakaan Kota Medan, koleksi peribadi penulis, dan sumber literature yang lainnya.


(29)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP BONSAI

2.1 Sejarah Awal dan Perkembangan Bonsai 2.1.1 Sejarah Awal Bonsai

Jepang merupakan bangsa yang memiliki beragam kebudayaan yang unik dan menarik, tetapi semua kebudayaan yang dimiliki bukanlah hasil ciptaan sendiri. Kebudayaan Jepang sejak dinasti Yamato telah mendapatkan pengaruh besar dari Buddhisme dan peradaban Cina (Ishida dalam Danandjaja 1997:11). Jadi dapat dikatakan bahwa Jepang menyerap budaya asiang dan kemudian dijadikan sebagai budaya lokal Jepang. Begitu juga dengan bonsai yang merupakan penyerapan budaya dari Cina. Bonsai merupakan suatu kebiasaan masyarakat Cina menanam tanaman yang dikerdilkan di dalam pot. Kebiasaan ini disebut punsai atau penzai.

Punsai ini pertama kali dibuat oleh Ton Guen Ming yang merupakan pegawai negeri kelas atas pada pemerintahan dinasti Ch’in (221-206 SM), pada awalnya kegemaran punsai ini hanya dilakukan oleh para bangsawan namun lama kelamaan hobi punsai pun menjadi kegemaran yang tidak hanya terbatas pada bangsawan saja. Pada awalnya punsai yang dibuat sebagai pelipur lara terhadap perasaan jenuh kehidupan bernegara. Jenis tanaman yang pertama kali ditanamnya adalah bunga krisan (chrisantemun Sp).

Pada awal pemerintahan dinasti Han (206-220 SM) ditemukan bentuk pohon yang ditanam pada suatu wadah, asbak, landscape yang di sebut punching.


(30)

Punching biasanya digambarkan dalam bentuk landscape kecil di daerah perdesaan, yang terdiri atas sungai, bukit, danau dan pepohonan.

Selain punsai semenjak ribuan tahun yang lalu masyarakat Cina juga mengenal penjing. Penjing adalah seni pertamanan, khususnya mini landscape. Mini landscape yang paling tua dapat ditemukan di antara dinding tembok makam pangeran Zhang Huai di zaman dinasti Tang (618-907SM).

Dalam perkembangan selanjutnya punsai, punching dan penjing mempengaruhi munculnya seni bonsai di Jepang dan negara lain.

2.1.2 Sejarah dan Perkembangan Bonsai di Jepang

Menurut ahli bonsai (Murata Kyuzo dalam Saleh 1995: 6) tidak ada data akurat yang menyebutkan kapan sesungguhnya bonsai dari Cina dan masuk ke Jepang. Namun ada beberapa sumber yang menjelaskan sejarah masuknya bonsai ke Jepang.

Menurut salah satu sumber mengatakan bahwa seorang pegawai Cina bernama Chu shun-sui yang memperkenalkan seni bonsai ke Jepang. Chu Shun-sui melarikan diri dari Machuria ke Jepang karna telah melanggar undang-undang, sambil membawa seluruh koleksi tulisan mengenai bonsai miliknya.

Menurut sumber lain mengatakan bahwa para pendeta Budha dari Cina yang membawa seni punsai ke Jepang pada abad 10 dan 11. Pada zaman itu kemunkinan telah terjalin hubungan lalulintas perdagangan Cina dengan Jepang.


(31)

Bukti tertulis menyatakan bahwa bonsai merupakan seni yang telah lama dikenal di Jepang dapat dibuktikan dari beberapa gulungan lukisan (emakimono) yang terdapat pada zaman Kamakura (1185-1333) salah satunya lukisan yang berjudul Kasuga gon reigenki karya Takashira Takakane yang dibuat pada tahun 1309. Dalam lukisan itu tergambar kehidupan zaman Heian (794-1185). Oleh karena itu dapat diperkirakan bahwa bonsai telah dikenal pada zaman Heian. Bonsai juga tergambarkan pada gulungan hoonenshoonin e den dan ippenshoonin e den.

Selain pada lukisan, bonsai juaga muncul pada nyanyian rakyat (kayo). Pada zaman Muromachi (1333-1573) dikenal kayo yang berjudul hachinoki karya Sanowarasaemon Tsuneyo. Kayo ini menggambarkan seorang samurai bernama Sano Genzaemon, ia memiliki pohon pinus yang ditanam dalam suatu pot dan rela membakar pohon tersebut untuk membuat api unggun bagi para tamunya pada suatu malam yang dingin. Kayo ini juga menggambarkan kegemaran orang dalam menanam pohon pinus, sakura, dan aprikot untuk ditanam di dalam pot.

Perkembangan bonsai pada zaman Muromachi, masih sebatas pada kalangan bangsawan. Jadi pada saat itu bonsai dianggap sebagai barang berharga dan dijadikan sebagai hiasan yang diletakkan pada altar Budha dan tokonoma.

Pada zaman Edo (sekitar 1867), banyak sekali lukisan ukiyou menggambarkan bonsai yang tidak jauh berbeda dengan bonsai yang dikenal pada zaman sekarang. Namun, bonsai yang digambarkan dalam ukiyoe merupakan imajinasi pelukis. Imajinasi ini merupakan titik tolak untuk mengubah bentuk bonsai menjadi lebih sempurna. Pelukis-pelukis ukiyoe yang terkenal pada zaman


(32)

Edo antara lain Utamaro, Hiroshige, Toyokuni, Harunobu, Kyoochoo, dan lain-lainnya. Lukisan-lukisan yang dibuat pada umumnya menggambarkan kehidupan masyarakat biasa (shomin).

Di zaman Edo bonsai semakin popular di kalangan pedagang (choonin). Karna mereka lebih mampu dalam hal ekonomi. Bagi kaum choonin memelihara tanaman unik dianggap sebagai suatu trend tersendiri (ryuukoo).

Memasuki zaman Meiji (1887) banyak tanaman-tanaman hias impor lebih popular dari pada bonsai masuk ke Jepang, hal ini disebabkan oleh pengaruh restorasi Meiji. Namun, setelah Jepang berhasil mengalahkan Cina dalam perang (1894-1895), kegemaran yang benar-benar mengarah kepada keJepang-an kembali diminati. Barulah pada zaman Meiji bonsai berkembang menjadi karya seni seperti yang dikenal sekarang ini.

Pada tahun 1914, adalah pertama kalinya Jepang mengadakan pameran bonsai di negaranya sendiri, yang diselenggarakan di Tokyo. Pada tahun 1933 dan 1934, bonsai mencapai kejayaan di Jepang. Kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka, dan Nagoya sering kali mengadakan pameran-pameran bonsai. Para kolektor dan pencinta bonsai mulai memamerkan koleksinya.

Namun pada perang dunia kedua berlangsung, perkembangan seni bonsai di Jepang memasuki masa suramnya. Namun setelah kekuatan negara kembali pulih dan taraf kehidupan rakyat menjadi stabil, barulah seni bonsai kembali berkembang pesat hingga saat ini.

Seiring dengan perkembangan bonsai di Jepang, maka pada tanggal 18 Februari 1965 didirikanlah Asosiasi Bonsai Jepang (Nihon Bonsai Kyookai).


(33)

Bertujuan untuk memasyarakatkan, melestarikan dan meningkatkan seni bonsai, sekaligus mengembangkan kemampuan rakyat untuk memajukan kebudayaan bangsa Jepang. Kegiatan asosiasi ini antara lain: menyebarkan teknik pembuatan bonsai di dalam maupun di luar Jepang, mendidik ahli bonsai, meneliti pembibitan bonsai, mengadakan pameran, dan penerbitan majalah atau buku-buku mengenai bonsai.

Namun jauh sebelumnya, Jepang sudah mulai memperkenalkan seni bonsai ke mancanegara, baik ke Eropa, Amerika Utara, Austarlia, Asia dan kenegara-negara lainnya. Terbukti dengan ditampilkan koleksi-koleksi bonsai untuk pertama kalinya dalam pameran World Fair di Prancis tahun 1878. Namun yang ditampilkan sebenarnya bukanlah bonsai, melainkan semacam group planting atau mini forest. Pada saat itu surat kabar setempat memberitakan pameran tersebut, namun tidak dianggap sebagai seni yang istimewa. Barulah pada tahun 1889 di Prancis, Jepang menempatkan bonsai secara fokus utama di pavilyunnya untuk pertama kali. Surat kabar setempat yang memberitakan sebelumnya pada tahun 1878, berubah penilaiannya. Mereka mengakui seni tersebut sangat menabjubkan, karna pohon yang umurnya lebih dari satu abad, namun tingginya tidak lebih dari tinggi anak kecil, dan bentuknya benar-benar alami serta berseni.

Kemudian dalam pameran di London tahun 1904 dan 1909, masyarakat ingris mulai mengenal bonsai untuk pertama kalinya. Dalam pameran tersebut apresiasi pengunjung sangat baik. Sehingga dapat dikatakan, mulai dari pameran ini, seni bonsai mendapatakan tanggapan positif yang sangat luas di masyarakat Ingris.


(34)

Pada tahap berikutnya sini bonsai juga berkembang di Amerika. Seni ini berkembang pesat melalui tentara Amerika yang kembali dari Jepang sesudah perang. Selain itu orang Jepang yang menetap di Amerika juga ikut dalam menyebarkan seni bonsai di Amerika. Salah satunya orang yang paling berjasa dalam menyebarkan seni bonsai ke Amerika adalah Jhon Naka, dalam salah satu acara yang berlangsung di California pada tahun 1970, Jhon Naka mengatahkan bahwa bonsai tidak lagi menjadi milik Jepang dan bukan tradisi budaya Jepang saja. Namun bonsai menjadi milik seluruh masyarakat dunia.

Dengan semakin sering diselenggarakan pameran, baik di Jepang, Eropa, maupun Amerika, maka penggemar bonsai pun akan semakin banyak. Penyebaran terus berlanjut ke Belanda, Jernam, Spanyol, Ausralia dan Asia Tenggara. Kemudia di masing-masing mulai mendirikan organisasi bonsai sebagai wadah bagi para penggemar seni bonsai. Di Belanda ada De Nederlandse Bonsai Vereniging, di Jerman ada Cetrum Heidelberg, di India ada The Indo-Japanese Asociation, di Eropa Barat dan Eropa Timur ada European Bonsai Acosiation, di Filipina ada Bonsai Growers Association, di Singapura ada Singapure Bonsai Society, di Malaysia ada Malaysia Bonsai Society, dan di Indonesia sendiri ada Perkumpulan Penggmar Bonsai Indonesia.

Dengan melihat banyaknya berdiri oranisasi bonsai di dunia dapat dikatakan bahwa bonsai sudah berkembang dan tidak lagi milik Cina dan Jepang saja. Namun bonsai menjadi milik seluruh masyarakat dunia.


(35)

2.2 Pengertian dan Ciri – Ciri Bonsai

Secara harfiah bonsai berasal dari kata bon dan sai. Bon bermaknakan wadah yang dangkal berupa pot atau tatakan. Sedangkan sai berarti tanaman atau pohon. Jadi, bonsai adalah tanaman atau pohon yang terdapat dalam suatu wadah atau pot yang dangkal. Namun tidak setiap tanaman di pot dangkal bisa dikatakan bonsai. Bonsai juga dapat digolongkan sebagai tanaman hias dalam pot, tetapi tidak setiap tanaman hias dalam pot bisa dikatakan bonsai. Tanaman hias dalam pot dipupuk dan disiram sehingga tumbuh menjadi besar. Bonsai juga dipupuk dan disiram tetapi kemudian dibentuk dan didesain sedemikian rupa sehingga menjadi barang seni yang berkesan alami dan antik.

Lebih dari itu sesungguhnya sebuah bonsai melambangkan keharmonisan dari alam semesta, yang unsur utamanya terdiri dari langit, bumi dan manusia. Hal ini tercermin dari bentuk bonsai yang selalu merupakan segitiga dan simetris. Titik tertinggi melambangkan langit, titik terendah melambangkan bumi sedang yang tengah melambangkan manusia (Budi sulistyo & Limanto Subijanto, 1991:32).

Seni bonsai dapat dikatakan sebagai “seni yang tidak pernah kenal akhir”. Dapat dikatakan demikian karna seni ini tetap hidup, tetap bertahan dan terus bertambah nilai seninya, sejalan dengan bertambahnya usia bonsai. Seni ini sering diterjemahkan juga sebagai seni mengerdilkan pohon dalam pot, tapi jika kerdil berarti sesuatu yang pertumbuhannya terhambat, maka kata kerdil tidak cocok digunakan. Karna dalam bonsai, ada seni yang berperan dalam proses pengerdilan. Jadi untuk situasi seperti ini, ungkapan “seni menumbuhkan pohon


(36)

dalam pot kecil/dangkal” lebih tepat untuk digunakan dalam mendeskripsikan seni bonsai.

Berdasarkan pengertian mengenai seni bonsai di atas, maka dalam seni bonsai terdapat cirri-ciri bonsai yang baik yaitu : ukuran bonsai, bentuk bonsai, dan harus memiliki kesan tua.

2.2.1 Ukuran

Salah satu syarat utama dari bonsai adalah ukuranya. Tanaman bonsai terdiri dari berbagai macam ukuran, dari beberapa sentimeter sampai satu meter lebih. Ukuran dari bonsai juga menjadi patokan dalam menentukan kelas/tingkatan dalam pameran bonsai. Untuk membedakan berbagai jenis bonsai berdasarkan ukuranya, maka ukuran bonsai dibagi menjadi empat kelompok ukuran sebagi berikut :

1. Sangat kecil (mamebonsai)

Berukuran sangat kecil yaitu 5-15 cm. pembentukan maupun perawatannya cukup rumit mengingat ukuranya yang sangat kecil sehingga diperlukan ketekunan yang sangat khusus. Ketekunan ini disebut orang Jepang dengan istilah majime yang disingkat menjadi mame, sehingga disebut dengan mamebonsai

2. Kecil (kobonsai)

Berukuran 15-30 cm. jenis bonsai ini banyak digemari oleh pencinta bonsai di jaman sekarang. Mengingat ukurannya tidak besar dan tidak


(37)

terlalu kecil, sehingga memudahkan dalam proses pembentukan dan perawatan bonsai.

3. Sedang (chiubonsai)

Berukuran 30-60 cm. Ukuran bonsai ini juga relatif mudah ditangani. Perbandingan tinggi tanaman dengan pot adalah 3:1. Biasanya bonsai ini diletakkan di sudut ruangan yang cukup mendapatkan sinar matahari.

4. Besar (daibonsai)

Berukuran 60-90 cm lebih. bonsai ini tidak mudah untuk dipindah-pindahkan karna ukuran potnya cukup besar dan berat. Biasanya bonsai ini ditempatkan di teras atau taman.

2.2.2 Bentuk

Bentuk adalah sesuatau hal yang mutlak dalam menentukan gaya bonsai, adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan gaya bonsai antara lain : tinggi pohon, bentuk pohon, bentuk batang, bentuk cabang, bentuk akar, dan metode yang dipergunakan. Jepang lah yang pertama kali memperkenalkan seni bonsai ke seluruh dunia, sehingga dalam menentukan bentuk bonsai pun masih berpijak pada seni bonsai di Jepang hingga saat ini. Meskipun wujut bonsai harus berkesan alamiah namun harus tetap memenuhi kriteria yang telah dijadikan dasar dalam pembentukan bonsai. Untuk itu secara umum terdapat 5 gaya dasar dalam bonsai, yaitu :


(38)

1. Gaya tegak lurus (chokan)

Gaya tegak lurus merupan gaya yang paling mendasar dalam seni bonsai. Gaya chokkan batang utamnya harus berdiri tegak lurus dengan permukaan tanah. Dari bagian bawah keaatas harus semakin mengecil. Dahan pertama yang muncul harus pada ketinggian kurang lebih 1/3 dari tinggi pohon, boleh kesebelah kiri atau kanan. Dahan kedua muncul dibagian lawan arah dari dahan pertama agar dapat terlihat seimbang. Pembentukan kerangka dahan bukan dimaksutkan membentuk gambaran yang menyerupai tulang ikan, akan tetapi, dahan harus tersebar kearah-arah yang terlihat seimbang dan proporsional.

2. Gaya tegak tidak lurus/gaya berliku (tachiki)

Bonsai ini memiliki batang yang tegak dan berlekuk-lekuk. Lekukan pada batang inilah yang membedakan bonsai ini dengan gaya tegak lurus. Batang berdiri kokoh, tetapi dibagian tertentu terdapat belukan (kyoku). Dibagian tengah-tengah batang diberi belokan kearah belakan. Selanjutnya belokan tersebut dikembalikan lagi kearah depan. Karna itu tidak boleh sembarangan memberikan belokan pada batang bonsai. Sesungguhnya keindahan gaya tachiki terdapat pada lekukan pohon bonsai tersebut. Meskipun demikian tetap saja keseimbangan dahan-dahan menjadi penentu kesempurnaan keindahannya. Bonsai tachiki terbagi dua macam, yaitu bonsai dengan batang lentur dan batang kokoh.

3. Gaya miring (shakan)

Bonsai gaya miring merupakan tiruan bentuk pohon yang miring akibat angina atau bencana alam lainnya. Oleh sebab itu akar bonsai ini harus


(39)

mencengkram kuat pada tanah kesegala arah. Seolah-olah meskipun pohon menjadi miring tetapi akarnya tetap berjuang untuk kehidupannya secara mati-matian sehingga berkesan stabil.

Gaya shakan yang baik adalah batang yang diberi belokan sedikit pada pangkal batang kemudian akan menjadi miring secara berangsur. Jadi, tidak seperti batang yang tumbang dan tiba-tiba menjadi minring. Dahan bagian atas akan menjadi puncak sebagai penyeimbangi kesetabilan bonsai secara utuh.

4. Gaya menggantung/gaya air terjun (kengai)

Bonsai gaya menggantung sebenarnya meniru gaya pohon yang ada di lereng jurang yang terjal, di dekat air terjun, atau pohon yang terdapat di lembah-lembah maupun di tebing yang curam. Gaya keigai dapat dibedakan menjadi dua jenis. Petama keigai yang posisi batangnya yang lebih rendah dari dasar pot. Kedua keigai yang posisi batangnya tidak melampaui dasar pot. Untuk mengekspresikan kehidupan pohon diatas tebing yang curam, namun meskipun batang bonsai menjulang kebawah namun dahannya harus tetap menghadap ke atas. Seolah-olah tanaman yang mencari sinar matahari guna kelangsungan kehidupannya.

5. Gaya setengah menggantung (han keigai)

Keindahan gaya setengah menggantung terletak pada batang pokoknya yang tumbuh miring dan membengkok ke bawah, tetapi ujungnya tidak lebih rendah dari bibir pot. Pucuk batangnya selalu berada di samping mengikuti arah batang pokok, atau sejajar dengan batang pokok. Gaya


(40)

set tem Ta um Gaya bon Bo menyesua lainnya. S tengah men mpat yang ta

abel 1. gaya mum. (Redak nsai Na

Te (C Te (T Mi (Sh Me (K Se me (ha onsai sebag aikan terhad elain itu pe

nggantung m andus denga

a dasar bon ksi trubus, 2 ama gaya egak lurus Chokkan) egak berliku achiki) iring hakan) enggantung Keigai) emi enggantung an keigai) gai produk dap ispiras engaruh terb menggamba an batang m

nsai, bentu 2000: 10)

Bentuk p

s Persegi p segi enam

u Persegi p

Persegi p

g Persegi segi enam

g

Persegi dalam, b

k seni ten si pembuat besar dari ps

arkan poho miring dan s

uk pot dan

pot

panjang, ov m, dan bula

panjang dan

panjang, per

dalam, bu m dalam

dalam, s bulat dalam.

tu dalam t bonsai y sikologis m

n yang tum setengah me posisi pe val, persegi at n oval rsegi, oval ulat dalam segi enam menentuka yang berbed masing-masin

mbuh di tem enggantung

enanaman s

Posisi pe

i,

m,

m

an bentuk da satu de ng penghob mpat-. secara enanaman akan engan bi dan


(41)

juga dari jenis tanaman yang dimiliki mempengaruhi terhadap terciptanya bentuk bonsai yang diinginkan. Secara umum lima gaya di atas menjadi dasar dalam pembentukan bonsai. Sehingga kemudian dari gaya dasar tersebut berkembang menjadi bentuk kombinasi yang disebut bonsai no hyoogenkikei. Namun meski pun begitu, hasil selanjutnya tentu tidak akan sama satu dengan lainnya. Sebab dari setiap bakalan bonsai membawa satu kreasi yang berbeda. Gaya-gaya kombinasi tersebut dibagi lagi atas 3 katagori berdasarkan jumlah batang/pohonnya.

2.2.3 Umur

Kesan tua pada bonsai merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan oleh umur bonsai itu sendiri. Kesan tua yang ideal adalah dari kulit batang yang kelihatan tua (keropos). Tua pada pohon tidak dapat tercipta begitu saja, melainkan melalui perjalanan waktu yang cukup lama.

Di Jepang terdapat banyak bonsai yang berusia lebih dari puluhan bahkan ratusan tahun, sesungguhnya bonsai seperti itulah yang memiliki nilai tinggi yang murni. Dikarnakan kesan tua yang dimiliki bonsai tersebut memang diperoleh dari keberadaan yang telah sekian lamanya di dunia. Dari hal tersebut saja dapat diketahui bahwa dalam pembuatan bonsai diperlukan ketekunan serta kesabaran agar dapat bertahan sampai berpuluh-puluh tahun bahkan ratusan tahun.

Untuk mendapatkan kesan tua batang atau cabang yang terkupas seperti alami di butuhkan pemahatan pada tuunggul batang. Teknik pemahatan tunggul


(42)

ini berkembang pesat sejak diperkenalkan oleh Kimura. Hasil pahatan tunnggul batang ini sering dinamakan bonsai kontenporer.

Berikut ini bentuk-bentuk dalam pemahatan bonsai berguna untuk mendapatkan kesan tua, yaitu :

a. jin

Jin berarti ujung batang atau cabang yang telah mati. Membuat jin berarti memnjadikan ujung batang atau cabang tidak memiliki kemampuan tumbuh lagi, hinngga tampak seperti batang atau cabang yang rusak karna bencana alam. Pembuatan jin dimanfaatkan untuk membuat bonsai yang tinggi menjadi pendek, tampak tua, menghindari pemotongan hingga habis dan mengurangi berbagai kelemahan pada bonsai.

b. Shari miki

Berasal dari dua suku kata yaitu shari (artinya bagian tanaman yang mati sebagian dan terkupas kulitnya) dan miki (artinya batang atau pohon). Secara harfiah shari miki berarti batang atau cabang atau akar yang berada di atas tanah yang dimatikan sebagian dengan cara dikupas kulitnya. Pengupasan ini bertujuan menampilkan sosok tanaman yang tampak tua dan alami. Shari miki dapat dikombinasikan dengan jin. Dalam pembuatan shari miki ini pengupasan kulit dilakukan hingga bagian bawah, jika terdapat bagian akar yang menonjol diatas tanah pun ikut dikupas, namun bagian sisi depannya saja.

c. Uro

Uro adalah lubang atau celah yang melebar atau memanjang pada batang. Pelebaran lubang ini adakalanya hanya menyisakan lapisan kambiumnya


(43)

saja, tetapi bonsai masih tetap hidup. Cara pembuatan lubang ini dimulai dengan pengupasan kulit kayu seperti pada shari miki. Setelah itu dilakukan pemahatan membentuk lubang.

d. Shaba miki

Shaba miki artinya celah atau lubang memanjang yang terdapat pada bonsai. Kesan yang di peroleh seolah-olah pohon terkena petir atau pohon tua yang batangnya rusak dan berlubang karna termakan usia. Sepintas shaba miki hampir sama dengan uro. Namun yang membedankan adalah kulit batang tidak dikupas namun hanya dibuat lubang saja.

Melalui bentuk-bentuk pemahatan bonsai diatas, maka dapat membantu untuk menunjang penampilan bonsai berkesan tua dan indah secara alami. Sehingga tidak perlu menunggu puluhan hingga ratusam tahun lamanya.

2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Eksistensi dan Perkembangan Seni Bonsai di Indonesia

2.3.1 Peluang Bisnis

Bonsai di Indonesia semula hanya sebagai hobi dari beberapa penggemar bonsai, tetapi dengan adanya pemberitaan dari beberapa media cetak yang memberikan informasi selengkap-lengkapnya mengenai bonsai, maka bonsai tidak lagi menjadi milik segelincir orang saja. Pembonsai Indonesia umumnya menyenangi jenis tanaman asli Indonesia yang berasal dari hutan. Namun penggemar bonsai dari tanaman asli Indonesia tidak hanya dari dalam negeri saja, melainkan masyarakat luar negeri seperti Eropa dan Amerika.


(44)

Bila semula dunia bonsai hanya dikuasai oleh Jepang dan Cina, namun kini bonsai Indonesia juga telah merambah ke pasar luar negeri. Bahkan, Indonesia dapat dikatakan sebagai salah satu negara penghasil bonsai tropis kelas dunia. Terbukti dari berbagai pameran bonsai internasional, jenis bonsai tropis Indonesia memukau pengunjung dan sering kali meraih juara dalam kelas-kelas bergengsi. Pengakuan bonsai tropis Indonesia sebagai bonsai kelas-kelas dunia berdampak positif terhadap prospek bisnis bonsai di Indonesia.

Ekspor bonsai sudah dilakukan sejak tahun 1988 oleh PT. Harmoni Jaya Sentosa. Pada tahun 1989 hasil ekspor sudah dapat meraup devisa sebesar US$ 30 ribu dan tahun 1990 sebesar US$ 60 ribu. Negara-negara mengimpor bonsai tropis Indonesia antara lain Perancis, Belanda, Amerika Serikat, Singapura, Belgia. Sehingga bonsai dapat dijadikan komoditi ekspor nonmigas penghasil devisa negara.

Ekspor bonsai Indonesia 90% dari jumlah yang diekspor masih dalam bentuk bakalan, dan 10%-nya lagi dalam bentuk jadi. Hal tersebut disebabkan oleh biaya pengiriman bakalan yang lebih murah dan permintaan dari negara-negara importir itu sendiri. Setiap tahunnya permintaan dari negara-negara importir bonsai terus meningkat sebanding dengan bertambahnya penggemar bonsai di negara tersebut.

Sebenarnya peluang bisnis bonsai dalam negeri tidak kalah dengan di luar negeri. Pembelinya pun bukan hanya dari dalam negeri namun kolektor-kolektor asing pun sering kali datang ke Indonesia khusus untuk membeli bonsai. Sehingga jumlah bonsai yang dibutuhkan belum sepenuhnya terpenuhi. Harga


(45)

bakalan bonsai dalam negeri untuk saat ini berkisar antara Rp 50.000 – Rp 1.000.000, harga disesuaikan dengan kualitas, jenis dan kondisi bakalan bonsai itu sendiri. Namun apabila bonsai yang sudah jadi dan memiliki kualitas baik harganya biasa mencapai ratusan juta bahkan miliaran rupiah. Terbukti dibeberapa pameran bonsai seringkali bonsai dibeli dengan harga yang fantastis oleh para kolektor. Seperti pada pameran Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) yang diadakan di Medan, sebuah bonsai laku terjual dengan harga 1 miliar lebih kepada kolektor asing. Hal tersebut karena bonsai merupakan tanaman legendaris yang memiliki karya seni tinggi yang menampilkan keindahan dan kesempurnaan alam.

Bonsai sudah sangat familiar dikalangan masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu tidak heran mengapa di setiap penjual tanaman hias juga menjual bonsai. Sehingga dapat disimpukan bahwa bonsai dapat menjadi salah satu peluang bisnis sampingan atau pun bisnis penghasilan utama.

2.3.2 Pameran

Pameran merupakan salah satu cara untuk mengenalkan atau mempromosikan dan mensosialisasikan bonsai kepada masyarkat. Pameran bonsai di Indonesia pertama kali diadakan di ancol pada tahun 1979 dalam rangka pameran dan lomba tanaman. Kemudian pada tahun 1981 PPBI bekerja sama dengan pusat kebudayaan Jepang di Jakarta dalam rangka mengadakan pameran bonsai.


(46)

Setiap pameran bonsai baik yang diselenggarakan oleh PPBI atau perkumpulan lainnya selalu menggunakan tema tertentu, berikut ini beberapa pameran bonsai nasional dan lokal yang pernah diselenggarakan di Indonesia beserta tema acaranya :

1. Pameran bonsai “Exclusive” gaya driftwood, 26-28 September 1986 di Bandung.

2. “Gelar Bonsai 88”, 5-7 Juni 1988 di Semarang. 3. “Dinamika Bonsai 1988”, 25-27 Juni 1988 di Jakarta. 4. “Ragam Bonsai 88”, 25-27 Nopember 1988 di Bandung. 5. “Ceria bonsai Indonesia 88” 16-19 Desember 1988 di Malang. 6. “Cerah-ceria bonsai 89” 19-24 September 1989 di Semarang. 7. “Pesona Alam”, 26-30 Nopember 1989 di Jakarta.

8. “Citra Bonsai 90”, 28-29 Januari 1990 di Kabupaten Kuningan Jawa Barat. 9. “Riung Bonsai”, 23-25 Februari 1990 di Bandung.

10. “Gebyar Bonsai 90” Mei 1990 di Kudus.

11. “Bonsai Expo 90”, 7-10 Juni 1990 di Jakarta, dengan subtema “Beauty and Technology”.

12. “Pesona Alam Nusantara”, 19-22 Nopember 1990 di Semarang.

13. “Bonsai Berseri 91”, 8-11 Maret 1991 di Istana Mangkunegara Surakarta.

14. “Pesona Beringin 92”, 14-16 Februari 1992 di Jakarta. 15. “Repeh-Rapih Bonsai”, 25-27 September 1992 di Bandung. 16. “Back to Nature” 4-6 September 1993 di Jakarta.


(47)

18. “Gebiar Bonsai Parahyangan” 2002 di Bandung. 19. “Simponi Alam Bonsai Indonesia”, 2002 di Jakarta. 20. “Pesona Bonsai Mataram”, 2003 di Yogyakarta. 21. “Spirit” 2005 di Sidoarjo.

22. “Ba’bonsai Serayu”, 2005 di Bayumas.

23. “Kita ada karna saling percaya”, 2007 di Surakarta.

24. “Desir-Desir Dedaunan Mungil” 6-13 Oktober 2013 di Bangkalan. 25. “Bonsai Cultivation Contest” 23 juni 2013 di Jakarta.

Sesungguhnya sangat banyak pameran bonsai lokal maupun nasional yang pernah diadakan di Indonesia. Dalam satu tahun hampir setiap daerah di Indonesia dapat mangadakan pameran bonsai sebanyak 1-2 kali secara bergantian. Sehingga dapat diperkirakan sejak pertama kali pameran bonsai diadakan di Indonesia pada tahun 1979, hingga kini maka telah ribuan kali pameran bonsai diadakan di Indonesia.

Seiring dengan eksistensi dan perkembangan seni bonsai di Indonesia yang terus meningkat, Indonesia pun memberanikan diri untuk menyelenggarakan pameran berskala internasional yang diprakarsai oleh PPBI. Berikut adalah beberapa pameran bonsai internasional yang diadakan di Indonesia:

- Asian Pacific Bonsai Convention and Exhibition (ASPAC) pertama pada bulan Juli 1991 berlangsung di Bali.

- Asian Pacific Bonsai Convention and Exhibition (ASPAC) ke 9 pada tanggal 1-4 September 2007 berlangsung di Bali.


(48)

Dalam pameran ada kalanya menyertakan hadiah bagi pemenang dalam pameran tersebut, namun ada juga pameran yang semata hanya memanjang dan menampilkan koleksi-koleksi bonsai saja, dengan tujuan bonsai tersebut bukan untuk dilombakan.

Di Indonesia dalam pameran yang bertujuan untuk melombakan bonsai, pada umumnya dibagi beberapa katagori atau tingkat, yaitu :

• Regional : Merupakan tingkat paling dasar yang harus diikuti dalam lomba, untuk naik tingkat berikutnya harus mendapatkan dua bendera merah atau penilaian baik sebanyak dua kali. Kemudian dapat naik ke tingkat berikutnya yaitu tingkat madya.

• Tingkat Madya : Merupakan tingkat kedua, agar dapat naik tingkat berikutnya harus mendapatkan minimal dua bendera merah atau penilaian baik sebanyak dua kali.

• Tingkat utama : Merupakan tingkat yang diperoleh dengan susah payah. Untuk naik kelas berikutnya yaitu kelas bintang, maka harus mendapatkan tiga bendera merah atau mendapat penilaian baik sebanyak tiga kali. • Tingkat Bintang : Merupakan tingkat terbaik atau tertinggi dari semua

kelas yang ada karna harus melewati 3 kelas sebelumnya. Ada kalanya tingkat ini tidak selalu diadakan, karna mengingat sedikitnya bonsai yang dapat mencapai kelas ini, sehingga peserta yang ikut pun sangat sedikit. Dalam pameran Bonsai penilaian dilakukan oleh juri yang independen sehingga tidak berpihak kepada salah satu pesertas. Dalam penilaian oleh juri ada 4 kolom yang menjadi penilaian yaitu performa, gerak dasar, keserasian dan kematangan.


(49)

1. Performa : meliputi penampilan bonsai secara seutuhnya.

2. Gerak Dasar : meliputi kombinasi antara akar batang cabang dan daun. 3. Keserasian : meliputi keserasian antara gaya bonsai, warna pot, bentuk

pot, ornamen, dan tata letaknya.

4. Kematangan : meliputi usia atau kesan tua dari bonsai yang menjadi dasar penilaian. Semakin tua atau semakin berkesan tua usia bonsai yang diperlombakan maka bonsai tersebut semakin berkualitas.

Semua unsur harus mempunyai kreteria Indah dan Bagus. Bila semuanya terpenuhi, bonsai tersebut mempunyai peluang besar keluar sebagai pemenang.


(50)

BAB III

EKSISTENSI DAN PERKEMBANGAN SENI BONSAI DI INDONESIA

3.1 Sejarah Awal dan Perkembangan Bonsai di Indonesia

Belum ada sumber menyatakan kapan sesungguhnya bonsai masuk ke Indonesia. Sesungguhnya di Indonesia kegemaran memelihara tanaman hias dalam pot sebenarnya sudah dikenal rakyat Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu, di Jawa Tengah dikenal dengan istilah petetan yang artinya tanaman di dalam pot. Memang ada persamaan antara petetan dengan bonsai, yaitu sama-sama tanaman dalam pot. Perbedaannya ialah petetan tidak dibentuk, sedangkan pada bonsai perlu pembentukan.

Namun Jepang lah yang pertama kali memperkenalkan seni bonsai ke mancanegara. Jepang memperkenalkan seni bonsai melalui pameran-pameran bonsai internasional, melalui jalinan perdagangan, jalinan hubungan diplomatik antar negara, dan sebagian lagi disebarkan melalui tradisi seni bonsai yang telah membudaya dan tetap dipertahankan oleh orang-orang Jepang yang menetap diluar Jepang.

Di Indonesia sendiri seni bonsai mulai berkembang pesat sejak dibentuknya Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI). Perkumpulan ini didirikan pada tanggal 31 Agustus 1979 yang diketuai oleh Soegito Sigit. Anggota pertama kali hanya berjumlah tujuh orang saja. Ini merupakan awal dari perkembangan seni bonsai di Indonesia. Namun pada tahun 1995, PPBI sudah memiliki 44 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dengan anggota yang telah


(51)

berjumlah lebih dari 10.000 orang. Hingga tahun 2013 cabang PPBI berjumlah 87 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dengan anggota diperkirakan berjumlah 40.000 orang dan akan terus bertambah jumlahnya.

Namun seiring dengan terus berkembangnya seni bonsai di Indonesia, komunitas penggemar bonsai di Indonesia bukan hanya dari PPBI saja, banyak bermunculan komunitas-komunitas bonsai lainnya. Seperti Asosiasi Klub Seni Bonsai Indonesia (AKSISAIN), Bonkei Siwalan Club dan lain-lain.

Setelah terbentuknya PPBI, salah satu kegiatannya adalah melakukan kegiatan - kegiatan dalam bentuk pameran, sehingga berkat adanya pameran maka apresiasi terhadap seni bonsai semakin meningkat. Dengan sendirinya jumlah penggemar pun semakin bertambah.

Pada tahun 1985 PPBI mewakili Indonesia menjadi anggota Nippon Bonsai Kyokai, PPBI setiap tahun aktif dan hadir dalam pameran bonsai dan suiseki internasional di Jepang. Kemudian melangkah lebih lanjut ditingkat internasional. pada tahun 1989 PPBI menjadi anggota World Bonsai Friendship federation (WBFF) , kemudian pada tahun berikutnya, tahun 1990 PPBI masuk menjadi anggota International Bonsai Club. Kemudian PPBI pun ikut menghadiri acara-acara pameran bonsai yang diadakan oleh WBFF, seperti di Jepang pada tahun 1989, di Hawai tahun 1990 dan di Florida Amerika Serikat tahun 1993. Dengan semakin dikenalnya organisasi PPBI dan bonsai Indonesia oleh negara-negara lain, maka bonsai Indonesia pun semakin diakui dan diperhitungkan di tingkat internasional.


(52)

Seiring terus berkembangnya dan memasyarakatnya seni bonsai di indonesia, kini seni bonsai sudah mulai dimasukkan dalam kurikulum beberapa sekolah menengah pertanian, Bahkan di beberapa lembaga pemasyarakatan pun telah mengajarkan seni bonsai kepada para narapidana, berguna sebagai penambah keterampilan dan peluang usaha bagi mereka setelah bebas nantinya. Para penggemar bonsai di Indonesia mendapat keasyikan tersendiri dalam menggeluti hobinya. Dapat menciptakan ketenangan dalam hati dan dapat mendekatkan diri dengan alam, karena itu penilaian paling utama terhadap bonsai adalah kesan alami yang terpancar.

Kini di dunia intenasional bonsai Indonesia sudah sangat dikenal dan mendapat apresiasi yang luar biasa, para seniman bonsai Indonesia pun mendapat tempat di kalangan pencinta bonsai mancanegara untuk melakukan training dan workshop baik di Asia pacific, Eropa maupun di Amerika. Indonesia pun merupakan salah satu negara yang mendapatkan penghargaan dari Jepang melalui kedutaannya di Indonesia dalam mengembangkan seni bonsai.

3.2 Eksistensi dan Perkembangan Aliran Seni Bonsai

Salah satu syarat bonsai yang baik adalah berbentuk indah dan alami. Indah artinya bonsai tersebut dapat memperlihatkan keharmonisan keseluruhan bagian tanaman dan keserasian dengan potnya. Alami artinya bentuk bonsai tersebut tidak menyimpang dari bentuk pohon aslinya di alam bebas.

Pola dasar suatu bonsai secara mudah dapat ditentukan dari ukuran tinggi tanaman dan gaya dasar tumbuhnya bonsai tersebut. Meskipun dalam


(53)

perkembangannya dewasa ini seni bonsai sudah mengarah ke berbagai bentuk yang kontenporer, tetapi tinggi tanaman dan gaya dasar tumbuh tetap relevan dijadikan patokan. Perbedaan penataan yang banyak dipengaruhi oleh kebudayaan dan lingkungan sauatu tempat. Sesuai dengan perkembangan seni bonsai yang meluas dan tidak hanya bergaya Cina maupun Jepang merupakan suatu yang wajar dan tidak dapat dihindarkan dalam suatu seni atau budaya yang bersifat dinamis

Gaya kombinasi merupan perkembangan dari gaya dasar dalam seni bonsai, gaya kombinasi dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah batang, yaitu :

a. Gaya berbatang tunggal

• Gaya tertiup angin (fukunagashi)

Semua batang dan cabang-cabangnya miring ke satu arah yang sama, seakan akan tertiup angin. Gaya ini menggambarkan sebuah pohon yang tertiup angin dengan sudut 45° atau lebih. Pada umumnya gaya ini menggunakan pot dangkal berbentuk bulat,persegi dan persegipanjang.

• Gaya berbatang terjalin (sharimiki)

Kayu kering yang terawat dan bentuknya ideal biasanya digunakan untuk gaya ini. Biasanya, satu atau dua dari cabang-cabang yang menyamping, berjalin erat dengan kayu kering, digunakan untuk menimbulkan suatu kesan seakan-akan bonsai tersebut sudah hidup lama dalam alam yang penuh bencana.


(54)

• Gaya batang belah (shabamiki)

Gaya ini menggambarkan efek visual dari batang utama yang terbelah. sehingga mengalami kerusakan batang yang mendalam, mengalami pelapukan seiring berjalannnya waktu akibat sambaran petir atau oleh sebab lainnya.

• Gaya sapu terbalik (hokidachi)

Bentuk menjulang keatas dengan cabang-cabang yang menyebar dipermukaan atas batang, menyerupai sapu terbalik. Gaya ini biasanya tidak ditanam tepat di tengah-tengah pot, namun sedikit menyamping. Pada umumnya gaya ini menggunakan pot berbentuk oval, bulat atau pesegi.

• Gaya merunduk (shidare-zukuri)

Cabang dan ranting dirundukkan ke bawah sehingga membentuk setengah lingkaran. Cabang dan ranting tumbuh kearah luar dipelihara, sedangkan yang tumbuh ke dalam dipotong. Cabang tetap diatur agar tumbuh saling bergantian secara teratur. Sebaiknya memilih jenis pohon yang memiliki karakter asli di alam dengan pertumbuhan cabang dan ranting merunduk. Pembentukan cabang dan ranting dibantu dengan penggunaan kawat.

• Gaya bebas/terpelajar (bunjin)

Karakteristiknya adalah batangnya ramping dengan cabang-cabang tumbuh dekat pucuknya. Gaya ini menyampaikan kesan yang sederhana tatap elegan, dan bersahaja. Sering dikatakan bahwa tipe ini diilhami dari


(55)

lukisan cina kuno yang menggambarkan bayangan hitam pohon-pohon pada langit yang tinggi di gunung-gunung. Keistimewaan tunggal dari gaya ini adalah ketidak seimbangan antara batang pohon yang panjang dengan bentuk pot yang bundar atau oval kecil. Batang tunggal yang ramping ini menunjang dahan kecil lain di sekitar bonsai.

• Gaya menonjolkan akar (negari)

Akar-akar tumbuh di atas permukaan tanah seakan-akan seperti tanaman yang tumbuh di rawa, pingiran danau atau tebing sungai yang curam. Pada gaya ini beberapa akar dasar sengaja ditonjolkan mengikuti dan menyatu dengan batang pohon. bonsai seakan-akan menggantung dan ringan berangin. Pada umumnya gaya ini menggunakan pot berbentuk oval atau pesegi panjang.

• Gaya memcengkram batu (sekijoju)

Akar-akar besar memlilit di atas batu. Dalam gaya ini, bentuk batu, permukaan akar, tata tetak dan wadah tanaman sangat penting, guna terciptanya suatu keharmonisan yang menyeluruh. Kadang-kadang efek keseluruhan dapat dicapai dari bentu dan warna batu yang dipakai atau dari struktur akar-akarnya. Pada umumnya gaya ini menggunakan pot ceper berbentuk persegi panjang, oval atau slab batu.

• Gaya tumbuh diatas batu (ishiseki)

Gaya ini merupakan kombinasi dari pohon dan batu menggambarkan pertumbuhan di daerah yang tidak datar.


(56)

- Tanahnya ditempatkan pada batu datar.

- Tanahnya diletakkan pada celah-celah batu.

- Akar-akar melekat pada batu dan menjurus kedalam tanah.

Pohon ditanam langsung dalam rongga-rongga batu. Dalam jenis ini rongga batu sangatlah penting. Susunan tanaman kecil dan lumut pada batu juga berperan dalam mempertegas bentuk suatu pemandangan alami. Gaya ini biasanya menggunakan pot yang sangat ceper atau datar, agar berkesan seperti sebuah pulau.

b. Gaya berbatang ganda

• Gaya berbatang dua (soka)

Dua batang utama yang saling burhubungan, berasal dari satu akar, salah satu batang utama lebih besar, sedangkan batang kedua (sub ordinate trunk) sedikit lebih kecil, pendek dan miring. Tinggi batang kedua tingginya setengah dari batang utamanya (main trunk) dan kedauanya harus tumbuh saling berdekatan, kedua batang itu tumbuh berdampingan satu sama lain dan membentuk sudut yang agak tajam.

• Gaya berbatang tiga (sankan)

Gaya ini terdiri dari tiga batang utama yang tumbuh dari satu pangkal. Ukuran tinggi dan besar batang tidak boleh sama, namun tetap seimbang (proporsional). Batang besar atau kecil sebaiknya terletak di tengah agak


(57)

ke belakang. Cabang dan ranting ketiga batang diatur hingga menyerupai bentuk segitiga.

• Gaya berbatang banyak (kabudachi)

Gaya ini hampir sama dengan gaya berbatang tiga, tapi yang membedakan adalah jumlah yang terdiri dari tiga batang atau lebih. Batang-batang yang ada harus berasal dari satu batang utama. Dalam gaya ini harus ada satu batang yang ukurannya lebih tinggi dan lebih besar, berfungsi sebagai pemimpin.

c. Gaya kelompok/gaya berbatang banyak

• Tumbuh dari batang

Batang utama yang rebah mengakibatkan cabang-cabang yang tumbuh dari batang pokok menjelma menjadi batang baru. Jumlah batang sebaiknya lima untuk memberi kesan hutan. Setiap batang tidak boleh tumbuh saling bersilanagan, namun harus tumbuh saling tegak lurus.

• Gaya kelompok (Yose ue)

Untuk menanam model bentuk berkelompok ini harus mengambil angka ganjil agar mudah mendapat keseimbangan. Jenis pohon cemara sangant bagus untuk dibentuk gaya ini. Hasilnya meyerupai pemandangan suatu gunung, lembah, hutan atau pulau luas secara miniatur. Dalam membentuk gaya ini dipilih satu jenis pohon saja. Bila dicampur dengan jenis pohon-pohon lain, maka perawatan akan menjadi sulit, misalnya ada jenis tanaman yang membutuhkan banyak air sedangkan jenis lain tidak. dalam gaya berkelompok harus ada satu pohon yang paling tinggi dari pada yang


(58)

lainnya, berfungsi sebagai pemimpin dari kelompok tersebut. Pada umumnya gaya ini menggunakan pot dangkal berbentuk persegi panjang, persegi, oval atau slab batu.

• Gaya taman (saikei)

Gaya yang diilhami oleh ide tanaman-tanman miniature dari zaman kuno. Tipe ini diperkenalkan oleh guru besar Toshio Kawsamoto dan menjadi popular setelah perang dunia ke II. Gaya ini seperti sebuah pertamanan dalam wadah yang terdiri dari batu-batuan, pepohonan, tanaman-tanaman, lumut-lumutan, dan pasir agar menyerupai sebuah sungai atau laut.

Berdasarkan gaya dasar dan gaya kombinasi dalam seni bonsai, maka berkembanglah beberapa aliran baru dalam bonsai. Adapun aliran tersebut adalah :

• Aliran naturalis

Aliran yang menekankan bentuk alami, dimana tanaman, asih terlihat bentuk wajar.

• Aliran impresionis

Aliran yang menekankan bentuk bonsai keseluruhan secara sepontanitas.

• Aliran ekspresionis

Aliran yang menekankan bentuk penjiwaan yang mempunyai maksud dan arti tertentu bagi yang melihatnya.


(59)

• Aliaran surealis

Aliran ini menekankan bentuk yang dapat dikategorikan tidak wajar lagi. Penamilan bonsai ini tergolong kontenporer dan dapat menimbulkan imajinasi tertentu bagi yang melihatnya.

Meskipun aliran-aliran diatas terdapat dalam seni bonsai, tetapi bonsai tidak boleh lepas dari prinsip-prinsip dasarnya. Unsur keindahan dan kesan alami tetap diutamakan. Sehingga perkembangan aliaran akan tetap sejalan dengan seni bonsai.

3.3 Perkembangan Teknologi dan Bahan-Bahan Pendukung 3.3.1 Perkembangan Perlengkapan Bonsai

Membuat bonsai merupakan memerlukan proses dalam pengerjaannya. Namun, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka proses dalam membuat bonsai dapat dilakukan dengan berbagai macam cara sehingga dalam proses pembentukan dan perawatan bonsai dapat jauh lebih mudah, lebih cepat dan memperoleh hasil yang optimal. Tanpa adanya teknologi proses pembuatan bonsai akan sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Oleh seba sebab itu diperlukan peralatan lengkap dalam pembuatan bonsai yang indah dan berkualitas tinggi. Berkat kemajuan teknologi terdapat berbagai jenis peralatan dalam membentuk dan merawat bonsai berdasarkan keperluan-keperluan khususnya.


(60)

Jadi dalam membentuk bonsai yang baik harus didukung oleh peralatan yang memadai. Peralatan tersebut secara umum ada beberapa macam, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang modern, antara lain :

a. Gunting

Terdapat berbagai jenis gunting dalam pembentukan dan perawatan bonsai berdasarkan kegunaannya masing-masing, antaranya gunting pangkas, gunting daun, gunting dahan lancip, gunting dahan bulat, gunting pucuk daun, dan gunting kawat.

b. Gergaji

Gergaji digunakan untuk memotong batang atau cabang bonsai yang berukuran cukup besar, dalam arti tidak dapat dipotong lagi dengan gunting biasa. Ada dua macam gergaji yang bisa digunakan. Pertama adalah gergaji manual yang menggunakan kekuatan tangan. Penggunaan gergaji manual memiliki keuntungan materi karna harganya yang lebih murah. Namun, gergaji ini mempunyai kelemahan dari segi tenaga, waktu, dan hasil. Kedua adalah gergaji listrik, gergaji listrik memang harganya lebih mahal dari segi biaya. Namun, dalam pengerjaannya lebih cepat, hasil lebih rapi dan optimal.

c. Clame/tracker

Tracker adalah alat khusus yang digunakan untuk membengkokkan batang tanaman yang cukup besar dan keras atau batang yang tidak dapat dibengkokkan oleh kawat. Tracker memiliki tiga batang penjepit. Batang


(61)

tengah sebagai pendorong dan dua batang lagi sebagai penarik. Terdapat berbagai ukuran tracker berdasarkan besarnya batang yang akan dibengkokkan.

d. Kawat

Kawat digunakan untuk melilit batang yang ingin dibentuk. Yaitu sebagai pengatur arah cabang hingga sesuai dengan yang diinginkan. Terdapat dua jenis kawat yang biasa digunakan dalam membonsai, yaitu jenis kawat alumunium dan kawat tembaga, kawat jenis ini digunakan karena tidak berkarat dan lebih mudah dibengkokkan. Terdapat ukuran 0,2mm-6 mm sesuai dengan kebutuhan pembentukan bonsai.

e. Pahat

Pahat ada yang manual dan ada yang digerakkan oleh listrik. Pahat manual dalam pengerjaanya memerlukan bantuan pemukul berupa palu kayu. Terdapat beberapa jenis bentuk mata pahat dan kegunaan yang berbeda-beda. Pahat yang lurus berguna untuk membuat guratan melebar, celah, atau lubang pada batang tanaman. Pahat membulat atau melengkung untuk membuat alur serat kayu. Pahat berukuran kecil berguna untuk membuat goretan-goretan berukuran kecil dan sebagai finishing setelah pemakaian pahat ukuran besar sehingga menghasilkan kesan alami.

f. Pengawet

Pengawet yang dimaksud berguna untuk mencegah batang bonsai keropos dan busuk. Batang-batang yang baru dipotong atau dikupas kulinya harus


(62)

diolesi pengawet. Pengawet yang digunakan biasanya dalam bentuk cairan atau bentuk pasta.

g. Meja putar

Meja putar dapat mempermudah dalam pengerjaan pembentukan bonsai. Bonsai diletakkan di atas meja putar, sehingga dalam pengerjaannya tidak harus memutar-mutari bonsainya lagi.

3.3.2 Pot

Pot merupakan suatu yang mutlak ada dalam bonsai, namun antara bentuk pot, warna pot, gaya bonsai dan tata letak penanaman harus tepat, sehingga dapat menampilkan bonsai dengan nilai tinggi. Penggunaan pot yang tidak sesuai dapat menurunkan nilai bonsai.

Pot untuk bonsai terdiri dalam berbagai bentuk dan ukuran. Saat ini terdapat banyak variasi bentuk dan warna yang beredar di pasaran, secara umum ada beberapa kriteria dalam memilih pot yang baik, antara lain :

a) Lubang pembuangan air harus dibagian bawah, dan menyediakan drainase yang baik.

b) Wadah harus bagus, tidak cacat, dan permukaan bagian bawah harus rata. c) Bentuk tulisan, lukisan dan hiasan pada pot harus menghadap ke depan.

Setiap bentuk warna dan ukuran pot memiliki makna dan kegunaan yang berbeda-beda. Berikut ini adalah bentuk-bentuk pot berdasarkan kegunaannya, yaitu :


(63)

1). Segi empat

Pot berbentuk segi empat terdapat dua jenis, segi empat dangka/ceper dan segi empat dalam. Pot segi empat cocok digunakan untuk bonsai berukuran sedang dan berdiri sendiri secara tegak atau pun miring.

2). Persegi panjang

Pot berbentuk persegi panjang hanya terdapat dalam bentuk dangkal. biasanya digunakan untuk bonsai gaya berkelompok, bonsai yang berkombinasi dengan batu dan gaya taman.

3). Bundar

Pot berbentuk bundar terdapat dua jenis, pot bundar dangkal/ceper dan pot bundar dalam. Pot berbentuk bundar biasa digunakan untuk bonsai bergaya sapu terbalik, gaya bebas dan bonsai gaya air terjun.

4) .Oval

Pot berbentuk oval terdapat bentuk dangkal dan sangat dangkal. Pot bentuk oval biasanya digunakan untuk bonsai bergaya tegak lurus, berbatang dua dan bonsai berkelompok.

5). Segi enam

Pot berbentuk segi enam terdapat dua jenis, segi enam dangkal dan segi enam dalam. Pada umumnya pot berbentuk segi enam digunakan untuk bonsai bergaya sapu terbalik, gaya berbatang dua, gaya menggantung dan semi menggantung.


(64)

7). Segi delapan

Pot segi delapan terdapat dua jenis, segi delapan dangkal dan segi delapan dalam. Pot segi delapan pada umumnya digunakan untuk gaya berbatang dua, gaya menggantung dan semi menggantung.

8). Slab batu/Slab karang

Pot yang berasal dari slab batu/karang pada umumnya memiliki bentuk yang kontenporer sehingga tidak dapat diprediksi bentunya. Namun pot jenis ini biasanya hanya digunakan untuk gaya berkelompok, gaya tumbuh di atas batu, gaya taman, dan gaya tumbuh dari batang.

Walau pun dalam nenentukan bentuk pot dan bonsai sudah serasi. Namun warna dari pot juga sangat berperan penting dalam keindahan bonsai yang seutuhnya. Pot yang sangat indah sekali, mentereng, mengkilap sering kali justru bukan merupakan pilihan yang tepat karna akan mengundang pandangan mata (eye catching) ke pot tersebut dibandingkan ke bonsai yang merupakan objek utama. Unsur mentereng juga akan menimbulkan kesan norak sehingga tidak sesuai dengan keanggunan dan keantikan sebuah bonsai.

Berikut ini adalah warna-warna dan makna pot bonsai yang umum digunakan, yaitu :

a) Pot berwarna biru bermakna air.

b) Pot berwarna kuning bermakna dedaunan berwarna keemasan saat musim gugur.

c) Pot warna hijau bermakna padang rumput yang hijau. d) Pot berwarna coklat bermakna atik dan tua.


(65)

e) Pot berwarna kemerah-merahan bermakna ketegasan serta keras. f) Pot berwarna putih bermakna sesuatu yang netral.

Selain penentuan bentuk pot dan warna pot yang sesuai dengan gaya bonsai, letak posisi penanaman yang tepat juga berperan penting dalam keindahan bonsai seutuhnya. Posisi letak bonsai tergantung pada gaya yang digunakan. Jadi, bonsai tidak harus ditanam di tengah-tengah pot. Namun pada pot berbentuk bulat, persegi/bujursangkar, segi delapan bonsai ditanam di tengah-tengahnya. Bonsai yang sesuai dengan pot ini berupa gaya bonsai gaya tegak lurus, tegak berliku, setengah menggantung dan menggantung. Sementara itu pot berbentuk persegi panjang, oval atau berbentuk yang memanjang, bonsai dapat di letakkan dengan jarak sekitar sepertiga dari sisi pot. (Hardiansyah 2006:51)

Dalam menentukan letak penanaman hindari penempatan bonsai tepat di tengah-tengah pot karna ruang ini mengakibatkan bentuk simetris kiri kanan yang tepat sekali. Sebaiknya, penempatan pohon di dalam pot mengikuti perbandingan 3:7 atau 4:6. Untuk menentukan sudut dan posisi tergantung pula pada bentuk bonsai tersebut. Bonsai yang berbentuk tegak sebaiknya ditanam langsung menjurus keatas, sedangkan berbentuk miring “jatuhnya” posisi sebaiknya mengisi “kekosongan” yang lebih besar dari suatu ruang. (Luwiharto 1998:45-46)

3.3.3 Ornamen

Ornamen merupakan suatu penghias dalam bonsai yang berguna sebagai pelengkap keindahan dan menambah kesan pemandangan alam. Penggunaan ornamen pada bonsai bukanlah hal yang wajib karna apabila salah dalam penggunaan akan membuat nilai bonsai justru berkurang. Namun ornamen tetap


(66)

menjadi suatu yang penting pada seni bonsai, pada masa sekarang perkembangan ornamen sangat beragam antara lain :

• Batu-batu yang beranekaragam dan warna, seperti batu laut, batu granit, batu kali, batu kristal gunung dan batu krikil yang diwarnai. Bagi orang Jepang, penggunaan batu pada bonsai dalam lingkup yang besar, dapat memberi kesan bahwa bonsai merupakan suatu dari pemandangan, suatu gunung, atau suatu pulau berbatu sehingga bonsai terlihat lebih besar. Sedangkan penggunan batu pada lingkup pada bonsai yang kecil akan memberi kesan sauatu lahan/daerah dimana pohon hidup. Apabila dipandang dari nilai estetika, bahwa batu yang baik adalah batu yang indah, menarik, bersifat harmonis terhadap struktur, warna dan bentuk bonsai.

Beberapa batu yang baik digunakan dalam membonsai, antara lain adalah:

1. Toyama seki (batu berbentuk gunung) batu ini pegunungan atau gunung-gunung yang menyambung dari kejauhan.

2. Iwagata ishi (batu laut) batu ini memberi kesan lepas pantai, dan ombak pemecah karang.

3. Taki ishi (batu gelombang) batu ini memberi kesan air terjun.

4. Tokei seki (batu pemandangan pulau) batu ini memberi kesan pulau-pulau yang muncul tiba-tiba di laut.

5. Kayaya ishi (batu berwujut atap rumah) batu ini memberi kesan pemandangan kota.


(1)

lurus/gaya berliku (tachiki), gaya miring (shakan), gaya menggantung/gaya air terjun (kengai), gaya setengah menggantung (hankeugai)

7. Perkembangan gaya bonsai dewasa ini sudah mengarah ke berbagai bentuk yang kontenporer. Hal tersebut dipengaruhi oleh inspirasi, phisikologis, jenis tanaman, bentuk bakalan, kebudayaan, dan lingkungan sauatu tempat. Hal ini merupakan suatu yang wajar dan tidak dapat dihindarkan dalam suatu seni atau budaya yang bersifat dinamis. Gaya kombinasi merupan perkembangan dari gaya dasar dalam seni bonsai, gaya kombinasi dapat dibedakan berdasarkan jumlah batang, yaitu :

Gaya berbatang tunggal : Gaya tertiup angin (fukunagashi), gaya berbatang terjalin (sharimiki), gaya berbatang belah (sabamiki), gaya sapu terbalik (hokidachi), gaya merunduk (shidare-zukuri), Gaya bebas/terpelajar (bunjin), gaya menonjolkan akar (negari), gaya memcengkram batu (sekijoju), gaya tumbuh diatas batu (ishiseki).

Gaya berbatang ganda: Gaya berbatang dua (soka), gaya berbatang tiga (sankan), gaya berbatang banyak (kabudachi).

Gaya berkelomok : Gaya taman (saikei), gaya kelompok (Yose ue), gaya tumbuh dari batang.

8. Berdasarkan gaya dasar dan gaya kombinasi dalam seni bonsai, maka berkembanglah beberapa aliran baru dalam seni bonsai. Adapun aliran tersebut adalah :


(2)

- Aliran impresionis: Aliran yang menekankan bentuk secara sepontanitas.

- Aliran ekspresionis: Aliran yang menekankan bentuk penjiwaan dan arti tertentu bagi yang melihatnya.

- Aliaran surealis: Aliran yang menekankan bentuk tidak wajari.

9. Perkemban teknologi dalam peralatan bonsai dapat memudahkan pembentukan dan perawatan bonsai. Oleh sebab itu diperlukan peralatan lengkap dalam pembuatan bonsai yang indah dan berkualitas tinggi, terdapat berbagai jenis peralatan bonsai berdasarkan keperluan-keperluannya. Antara lain : Gunting, Gergaji, Clame/tracker, Kawat, Pahat, Pengawet, Meja putar

10. Pot merupakan suatu yang mutlak ada dalam bonsai, namun antara bentuk pot, warna pot, gaya bonsai dan tata letak penanaman harus tepat, sehingga dapat menampilkan bonsai dengan nilai tinggi. Penggunaan pot yang tidak sesuai dapat menurunkan nilai bonsai.

11. Ornamen pada bonsai bukan lah sesuatu yang wajib dibutuhkan. Karna akan menurunkan keindahan bonsai bila salah dalam peletakan dan penggunaannya. Ornamen-ornamen yang umum digunakan antara lain: batu-batuan, bongkahan kayu mati, patung-patung.

12. Secara khusus fungsi bonsai di jepang dengan di Indonesia hampir sama, yaitu memiliki 3 fungsi antaranya

Fungsi social: Gensi atau prestise, hubungan kekeluargaan, media bersosialisasi


(3)

Fungsi estetika: Nilai kebenaran (shin), nilai kebajikan (zen), nilai keindahan (bi), nilai kesakralan (sei). Dan juga bonsai dijadikan hiasan di dalam dan luar rumah.

Fungsi religi: Dalam bonsai terdapat unsur utama terdiri dari langit/Tuhan, bumi dan manusia. prinsipnya mencerminkan sebuah hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam semesta. Namun di Indonesia konsep pemahaman ini tidak sepenuhnya ada. Dikarnakan masyarakat Indonesia kurang menghagai dan mencintai alamnya.

4.2 Saran.

1. Selayaknya Indonesia dapat menjadi barometer perkembangan seni bonsai di dunia. Mengingat Dalam kekayaan flora Indonesia menduduki urutan ke 3 di dunia. Untuk itu Indonesia perlu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang bergerak di bidang seni bonsai itu sendiri. Dan lebih mensosialisasikan seni bonsai kepada masyarakat Indonesia.

2. Sebaiknya dalam memperoleh bonsai bukanlah dari galian hutan. Karna secara tidak langsung dapat merusak hutan dan nilai yang sesungguhnya dari bonsai pun akan berkurang karna bonsai diperoleh secara instan.

3. Masyarakat Indonesia seharusnya dapat mempelajari dan menerapkan nilai-nilai positif yang terdapat dalam seni bonsai, Seperti : kesabaran, ketelitian, dan ketekunan. Sehingga seni bonsai bisa menjadi gaya hidup dalam mayarakat indonesia.


(4)

               

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. 1999. Metode Penelitian Budaya. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.

Chan, Peter. 1987. Bonsai Masterclass. London: Apple press Ltd.

__________. 1989. Bonsai. The Art Of Growing and Keepping Miniature Trees. New jersey : Apple Press

Danandjaja, James. 1997. Folklor Jepang. Jakarta : Pustaka Utama Grafity.

Hardiansyah, Budi.2006. Membuat dan Mempercantik Bonsai. Jakarta :agromedia pustaka

Kuslianto, Nandar . 2010, Faktor - Faktor Geografis yang Mendukung Eksistensi Home Industri Makanan di Kecamatan Cingambul. Bandung : Pendidikan Geografi UPI.


(5)

Luwiharto, Elly. 1998. Kiat Merawat Bonsai Agar Tampil Prima. Yogyakarta : Kanisius

Margareth Hulu, Evaluasi. 2007. Skripsi : Nilai Estetika Seni Bonsai Dalam Masyarakat Jepang. Medan : Fakultas Satra USU.

Murata, Kenji dan Keiji Murata. 1990. Bonsai. Japan : Hoikosha Publishing Co.,ltd.

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Penebar Swadaya , 1999. Membuat, Mengkoreksi, dan Membuat Bakalan Bonsai. Jakarta : Penebar Swadaya.

, 2005. Seni Bonsai Lanjutan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Redaksi trubus, 2000. Pot dan Peralatan Bonsai. Jakarta : Penebar Swadaya,

Rismunandar, 2000. Seni Bonsai Untuk Pemula, Jakarta : Penebar Swadaya.

Saleh, Ismail dan Dina Suwandi. 1995. Sejarah, Falsafah dan Seni Bonsai. Jakarta : Penebar Swadaya.

Septianawi, 2008. Perbedaan Perkembangan Social Anak Usia 4-6 Tahun Antara TK Dengan Jam Belajar Fullday School dan TK Dengan Jam Belajar Fullday School Negri di Pabupaten Pati. Semarang : UNIMUS.

Setiadi, Elly M. 2009, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta : Kencana.


(6)

Sulistyo, Budi dan limanto Subiyanto. 1991. Bonsai. Yokyakarta :kanius.

Sulistyo, Budi. 2008. Galeri Bonsai. Jakarta. Penebar Swadaya.

Yulianti, Anna Desy. 2008. Skripsi : Analisis Adaptasi Upacara Minum Teh ( CHANOYU ) di Indonesia. Medan : Fakultas Sastra USU.

http://kbbi.web.id/eksistensi

http:KONTES%20BONSAI,%20Upaya%20Pecahkan%20Rekor%20Muri%20_% 20metrobali.com.htm

http: pemkomedan.go.idnews_detail.php?id=13008.html. http: Wikipedia.org/wik/Bonsai