6. Mizuta mari ishi batu kolam air batu ini memberi kesan danau, gunung
atau pulau yang tampak dari kejauahan. Batu dapat diletakkan di sekitar bonsai dan juga dibawah bonsai. Apabila
ditempatkan di bawah bonsai, maka batu tersebut tidak lagi berfungsi sebagi ornamen tapi sebagai tempat berpijak atau tumbuh ishitsuki. Dan perlu diingan
apabila batu tersebut diletakkan secara tunggal tanpa dipadukan dengan bonsai. Maka batu tersebut tidak digolongkan sebagai batu bonsai lagi tetapi sebagai
suiseki .
• Bongkahan kayu yang sudah tua dan telah mengalami pelapukan, sehingga dapat memberi kesan kegersangan pada bonsai.
• Patung-patung yang beraneka ragam bentuk dan warna. Patung-patung yang digunakan diseuaikan dengan kesan yang ingin diciptakan.pada
bonsai . Misanlnya : patung nelayang sedang memancing memberi kesan
manusia yang bekerja di dekat pantai, patung, manusia pada posisi diam di bawah pohon memberi kesan musim panas, patung bangau memberi kesan
pemandangan air, patung petani memberi kesan pemandangan manusia yang bekerja di daerah persawahanladang, patung biarawanbiksu
memberikesan keanggunan, patung rumah tradisional memberi kesan pemandangan posisi bonsai dan lain-lain.
3.4 Perkembangan Fungsi Bonsai
Pada dasarnya makna bonsai dalam kehidupan masyarakat Jepang dilandasi oleh rasa mencintai keindahan alam yang tiada tara. Hal tersebut akibat
Universitas Sumatera Utara
pengaruh empat musim shiki di negerinya, maka timbul lah gagasan untuk menikmati perubahan dan perkembangan alam tersebut secara langsung melalui
bonsai . Oleh karna itu bonsai menjadi suatu simbol yang menunjukkan betapa
orang Jepang sangat mencintai alam. Di Indonesia, bonsai merupakan salah satu budaya Jepang yang eksis dan terus berkembang. Teknik-teknik dalam
pembentukan dan pembuatan bonsai pun pada umumnya masih berpedoman kepada teknik di Jepang. Namun seni bonsai yang berkembang di Indonesia
mengalami penyesuaian yang dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan dan iklim di Indonesia sendiri.
Berikut adalah perkembangan fungsi dari bonsai yaitu :
3.4.1 Fungsi sosial
• Fungsi sosial di Jepang -
Gensi atau prestise kalangan bangsawan Pada zaman Muromachi 1333-1573 bonsai di Jepang memiliki fungsi
sosial, yaitu sebagai pembeda status sosial keluarga bangsawan. Jadi semakin banyak koklesi bonsainya maka semakin meningkat status sosialnya di
masyarakat. Pada saat itu bonsai hanya dapat dimiliki oleh kalangan bangsawan, karna bonsai merupakan barang berharga dan memiliki harga yang sangat mahal.
Kemudian zaman Edo bonsai semakin popular di kalangan pedagang choonin. Karna mereka lebih mampu dalam hal ekonomi. Bagi kaum choonin memelihara
tanaman unik dianggap sebagai suatu trend tersendiri ryuukoo.
Universitas Sumatera Utara
Namun seiring dengan terus berkembang dan memasyarakatnya seni bonsai
di Jepang. Maka fungsi awal bonsai menjadi berubah, bonsai tidak lagi sekedar sebagai pembeda status sosial, namun bonsai dapat dimiliki saiapa saja
tanpa membedakan status sosial. -
Hubungan kekeluargaan Seni bonsai juga memiliki fungsi sosial dalam hubungan kekeluargaan
yaitu dapat mengingatkan kepada mereka yang telah memelihara bonsai secara turun temurun selama berabad-abad lamanya. Jadi sebuah pohon yang ditanam
oleh anggota keluarga yang sudah tua dan kemudian meninggal dunia dapat diwariskan bersama-sama denga kenangan mengenai orang itu hingga beberapa
generasi Ikei dalam Danandjaja 1997 : 292. Tak heran kalau di Jepang hingga kini masih ditemui bonsai yang usianya ratusan tahun bahkan ribuan tahun.
- Media bersosialisasi
Bonsai juga berfungsi dalam menyatukan para penggemar bonsai di
Jepang maupun dunia dalam kumunitas-komunitas penggemar bonsai yang ada. Seperti : Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia, De Nederlandse Bonsai
Vereniging, Cetrum Heidelberg, The Indo-Japanese Asociation, European Bonsai Acosiation, Malaysia Bonsai Society, Singapure Bonsai Society, Bonsai Growers
Association, World Bonsai Friendship federation WBFF, Nippon Bonsai Kyokai, International Bonsai Club. Sehingga melalui komunitas-komunitas
tersebut dapat terjalinnya hubungan sosial dan komunikasi antara sesama pencinta bonsai
di seluruh dunia. Namun hubungan sosial juga dapat terjalin dengan masyarakat awam yang belum mengenal bonsai sebelumnya. Hal tersebut dapat
Universitas Sumatera Utara
dilakukan melalui penyelenggaraan pameran-pameran bonsai yang diprakarsai oleh organisasi-ornaisasi bonsai yang ada, dengan tujuan untuk mensosialisasikan
seni bonsai kepada masyarakat secara lebih luas. Terbukti, setiap diadakannya pameran bonsai antusias dari masyarakat pun sangat tinggi dan akan menambah
minat dari masyarakat terhadap seni bonsai itu sendiri. • Fungsi sosial di Indonesia
- Trend dan prestise tanaman hias dalam masyarakat
Bonsai di Indonesia pada awalnya hanya sebatas trend tanaman hias yang
sedang berkembang di dunia kemudia menyebar ke Indonesia. Namun pada saat itu hanya masyarakat yang mampu secara finansial dapat memiliki bonsai.
Mengingat harganya yang sangat mahal. Tetapi seiring dengan terus berkembang seni bonsai di Indonesia maka fungsi awal tersebut berubah menjadi suatu
kecintaan yang mendalam terhadap seni bonsai . Sehingga siapa saja dapat memiliki bonsai.
- Media bersosialisasi
Pada umumnya media bersosialisasi di Indonesia dengan di Jepang sama, yakni menyatukan para penggemar bonsai di Indonesia maupun dunia dalam
kumunitas-komunitas penggemar bonsai yang ada. Sehingga melalui komunitas- komunitas bonsai dapat terjalin hubungan sosial dan komunikasi antara sesama
pencinta bonsai di seluruh dunia. Hubungan sosial juga dapat terjalin dengan masyarakat awam yang belum mengenal bonsai sebelumnya. Hal tersebut dapat
dilakukan melalui penyelenggaraan pameran-pameran bonsai yang ada.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Fungsi estetika
Bonsai sebagai salah satu karya seni bernilai tinggi, dibuat agar manusia
menikmati pemandangan alam raya yang megah di dekatnya. Sebagai salah satu karya seni, bonsai memiliki nilai estetika tersendiri. Di Jepang salah satu nilai
estetika yang paling umum dalam seni bonsai adalah shinzenbisei. Secara harafiah shinzenbisei
berati nilai kebenaran shin nilai kebajikan zen, nilai keindahan bi nilai kesakralan sei
• Nilai Shin kebenaran menunjukkan bahwa keberadaan pohon itu sendiri merupakan objek yang benar-benar hidup.
•Nilai Zen kebajikan menunjukkan bahwa pohon mencerminkan kebajikan terhadap yang mengamatinya.
• Nilai Bi keindahan menunjukkan bahwa pohon mencerminkan keindahan spiritual.
• Nilai Shin kesakralan menunjukkan bahwa pohon merupakan bagian dari alam semesta dan hanya terjadi karna karunia Tuhan.
Di Indonesia bonsai bisa dikatakan sebagai tanaman hias. Yaitu tanaman yang memiliki keindahan tersendiri dan dijadikan sebagai pajangan, sehingga
keberadaannya dapat mempercantik halaman rumah. Sama halnya dengan di Jepang, Bonsai juga berfungsi sebagai hiasan. Bonsai dapat diletakkan di halaman
Universitas Sumatera Utara
rumah, ruang tamu osetsuma, di tokonoma, bahkan diatas kotak sepatu pada pintu masuk genkan. Namun seiring dengan terus berkembang seni bonsai di
Indonesia, bonsai juga dapat dijadikan hiasan di beberapa sudut rumah, seperti digunakan untuk menghias ruang tamu, ruang kerja, ruang makan bahkan di
kamar tidur. sehingga menambahkan kesan natural di dalam rumah. Selain sebagai penghias di dalam maupun di luar rumah bonsai juga dapat membuat
udara di rumah lebih segar.
3.4.3 Fungsi religi
Masyarakat Jepang percaya bahwa apabila mereka dekat dengan alam maka mereka akan lebih dekat dengan Tuhan. Hal tersebut terbukti dengan
kebiasaan orang Jepang yang selau menjaga kelestarian alamnya. Lebih dari itu sesungguhnya sebuah bonsai melambangkan keharmonisan
dari alam semesta, yang unsur utamanya terdiri dari langitTuhan, bumi dan manusia. Hal ini tercermin dari bentuk bonsai yang selalu merupakan segitiga dan
simetris. Titik tertinggi melambangkan langit, titik terendah melambangkan bumi sedang yang tengah melambangkan manusia sulistyo Subijanto 1991: 37.
Universitas Sumatera Utara
http: Wikipedia.orgwikBonsai Konsep pemahaman tentang arti seni bonsai di atas pada prinsipnya
mencerminkan sebuah hubungan antara manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia, serta manusia dengan alam semesta, yang terjalin secara serasi, selaras
dan seimbang. Namun di Indonesia konsep pemahaman tersebut tidak sepenuhnya ada. Dikarnakan masyarakat Indonesia kurang menghagai dan mencintai alamnya.
Terbukti dengan banyaknya illegal loging dan pengambilan bakalan bonsai dari hutan yang masih dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan.