2.2 Pengertian dan Ciri – Ciri Bonsai
Secara harfiah bonsai berasal dari kata bon dan sai. Bon bermaknakan wadah yang dangkal berupa pot atau tatakan. Sedangkan sai berarti tanaman atau
pohon. Jadi, bonsai adalah tanaman atau pohon yang terdapat dalam suatu wadah atau pot yang dangkal. Namun tidak setiap tanaman di pot dangkal bisa dikatakan
bonsai . Bonsai juga dapat digolongkan sebagai tanaman hias dalam pot, tetapi
tidak setiap tanaman hias dalam pot bisa dikatakan bonsai. Tanaman hias dalam pot dipupuk dan disiram sehingga tumbuh menjadi besar. Bonsai juga dipupuk
dan disiram tetapi kemudian dibentuk dan didesain sedemikian rupa sehingga menjadi barang seni yang berkesan alami dan antik.
Lebih dari itu sesungguhnya sebuah bonsai melambangkan keharmonisan dari alam semesta, yang unsur utamanya terdiri dari langit, bumi dan manusia. Hal
ini tercermin dari bentuk bonsai yang selalu merupakan segitiga dan simetris. Titik tertinggi melambangkan langit, titik terendah melambangkan bumi
sedang yang tengah melambangkan manusia Budi sulistyo Limanto Subijanto, 1991:32.
Seni bonsai dapat dikatakan sebagai “seni yang tidak pernah kenal akhir”. Dapat dikatakan demikian karna seni ini tetap hidup, tetap bertahan dan terus
bertambah nilai seninya, sejalan dengan bertambahnya usia bonsai. Seni ini sering diterjemahkan juga sebagai seni mengerdilkan pohon dalam pot, tapi jika kerdil
berarti sesuatu yang pertumbuhannya terhambat, maka kata kerdil tidak cocok digunakan. Karna dalam bonsai, ada seni yang berperan dalam proses
pengerdilan. Jadi untuk situasi seperti ini, ungkapan “seni menumbuhkan pohon
Universitas Sumatera Utara
dalam pot kecildangkal” lebih tepat untuk digunakan dalam mendeskripsikan seni bonsai
. Berdasarkan pengertian mengenai seni bonsai di atas, maka dalam seni
bonsai terdapat cirri-ciri bonsai yang baik yaitu : ukuran bonsai, bentuk bonsai,
dan harus memiliki kesan tua.
2.2.1 Ukuran
Salah satu syarat utama dari bonsai adalah ukuranya. Tanaman bonsai terdiri dari berbagai macam ukuran, dari beberapa sentimeter sampai satu meter
lebih. Ukuran dari bonsai juga menjadi patokan dalam menentukan kelastingkatan dalam pameran bonsai. Untuk membedakan berbagai jenis bonsai
berdasarkan ukuranya, maka ukuran bonsai dibagi menjadi empat kelompok ukuran sebagi berikut :
1. Sangat kecil mamebonsai
Berukuran sangat kecil yaitu 5-15 cm. pembentukan maupun perawatannya cukup rumit mengingat ukuranya yang sangat kecil sehingga
diperlukan ketekunan yang sangat khusus. Ketekunan ini disebut orang Jepang dengan istilah majime yang disingkat menjadi mame, sehingga
disebut dengan mamebonsai 2. Kecil kobonsai
Berukuran 15-30 cm. jenis bonsai ini banyak digemari oleh pencinta bonsai
di jaman sekarang. Mengingat ukurannya tidak besar dan tidak
Universitas Sumatera Utara
terlalu kecil, sehingga memudahkan dalam proses pembentukan dan perawatan bonsai.
3. Sedang chiubonsai Berukuran 30-60 cm. Ukuran bonsai ini juga relatif mudah ditangani.
Perbandingan tinggi tanaman dengan pot adalah 3:1. Biasanya bonsai ini diletakkan di sudut ruangan yang cukup mendapatkan sinar matahari.
4. Besar daibonsai Berukuran 60-90 cm lebih. bonsai ini tidak mudah untuk dipindah-
pindahkan karna ukuran potnya cukup besar dan berat. Biasanya bonsai ini ditempatkan di teras atau taman.
2.2.2 Bentuk
Bentuk adalah sesuatau hal yang mutlak dalam menentukan gaya bonsai, adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan gaya bonsai antara
lain : tinggi pohon, bentuk pohon, bentuk batang, bentuk cabang, bentuk akar, dan metode yang dipergunakan. Jepang lah yang pertama kali memperkenalkan seni
bonsai ke seluruh dunia, sehingga dalam menentukan bentuk bonsai pun masih
berpijak pada seni bonsai di Jepang hingga saat ini. Meskipun wujut bonsai harus berkesan alamiah namun harus tetap memenuhi kriteria yang telah dijadikan dasar
dalam pembentukan bonsai. Untuk itu secara umum terdapat 5 gaya dasar dalam bonsai
, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Gaya tegak lurus chokan
Gaya tegak lurus merupan gaya yang paling mendasar dalam seni bonsai. Gaya chokkan batang utamnya harus berdiri tegak lurus dengan
permukaan tanah. Dari bagian bawah keaatas harus semakin mengecil. Dahan pertama yang muncul harus pada ketinggian kurang lebih 13 dari
tinggi pohon, boleh kesebelah kiri atau kanan. Dahan kedua muncul dibagian lawan arah dari dahan pertama agar dapat terlihat seimbang.
Pembentukan kerangka dahan bukan dimaksutkan membentuk gambaran yang menyerupai tulang ikan, akan tetapi, dahan harus tersebar kearah-
arah yang terlihat seimbang dan proporsional. 2.
Gaya tegak tidak lurusgaya berliku tachiki Bonsai
ini memiliki batang yang tegak dan berlekuk-lekuk. Lekukan pada batang inilah yang membedakan bonsai ini dengan gaya tegak lurus.
Batang berdiri kokoh, tetapi dibagian tertentu terdapat belukan kyoku. Dibagian tengah-tengah batang diberi belokan kearah belakan. Selanjutnya
belokan tersebut dikembalikan lagi kearah depan. Karna itu tidak boleh sembarangan memberikan belokan pada batang bonsai. Sesungguhnya
keindahan gaya tachiki terdapat pada lekukan pohon bonsai tersebut. Meskipun demikian tetap saja keseimbangan dahan-dahan menjadi
penentu kesempurnaan keindahannya. Bonsai tachiki terbagi dua macam, yaitu bonsai dengan batang lentur dan batang kokoh.
3. Gaya miring shakan
Bonsai gaya miring merupakan tiruan bentuk pohon yang miring akibat
angina atau bencana alam lainnya. Oleh sebab itu akar bonsai ini harus
Universitas Sumatera Utara
mencengkram kuat pada tanah kesegala arah. Seolah-olah meskipun pohon menjadi miring tetapi akarnya tetap berjuang untuk kehidupannya secara
mati-matian sehingga berkesan stabil. Gaya shakan yang baik adalah batang yang diberi belokan sedikit pada
pangkal batang kemudian akan menjadi miring secara berangsur. Jadi, tidak seperti batang yang tumbang dan tiba-tiba menjadi minring. Dahan
bagian atas akan menjadi puncak sebagai penyeimbangi kesetabilan bonsai secara utuh.
4. Gaya menggantunggaya air terjun kengai
Bonsai gaya menggantung sebenarnya meniru gaya pohon yang ada di
lereng jurang yang terjal, di dekat air terjun, atau pohon yang terdapat di lembah-lembah maupun di tebing yang curam. Gaya keigai dapat
dibedakan menjadi dua jenis. Petama keigai yang posisi batangnya yang lebih rendah dari dasar pot. Kedua keigai yang posisi batangnya tidak
melampaui dasar pot. Untuk mengekspresikan kehidupan pohon diatas tebing yang curam, namun meskipun batang bonsai menjulang kebawah
namun dahannya harus tetap menghadap ke atas. Seolah-olah tanaman yang mencari sinar matahari guna kelangsungan kehidupannya.
5. Gaya setengah menggantung han keigai
Keindahan gaya setengah menggantung terletak pada batang pokoknya yang tumbuh miring dan membengkok ke bawah, tetapi ujungnya tidak
lebih rendah dari bibir pot. Pucuk batangnya selalu berada di samping mengikuti arah batang pokok, atau sejajar dengan batang pokok. Gaya
Universitas Sumatera Utara
set tem
Ta um
Gaya bon
Bo menyesua
lainnya. S tengah men
mpat yang ta
abel 1. gaya mum. Redak
nsai Na
Te C
Te T
Mi Sh
Me K
Se me
ha
onsai sebag
aikan terhad elain itu pe
nggantung m andus denga
a dasar bon ksi trubus, 2
ama gaya egak lurus
Chokkan egak berliku
achiki
iring hakan
enggantung Keigai
emi enggantung
an keigai
gai produk dap ispiras
engaruh terb menggamba
an batang m
nsai , bentu
2000: 10 Bentuk p
s Persegi p segi enam
u Persegi p
Persegi p
g Persegi segi enam
g Persegi
dalam, b
k seni ten si pembuat
besar dari ps arkan poho
miring dan s
uk pot dan
pot panjang, ov
m, dan bula panjang dan
panjang, per
dalam, bu m dalam
dalam, s bulat dalam.
tu dalam t bonsai y
sikologis m n yang tum
setengah me
posisi pe
val, persegi at
n oval
rsegi, oval
ulat dalam
segi enam
menentuka yang berbed
masing-masin mbuh di tem
enggantung
enanaman s
Posisi pe i,
m,
m
an bentuk da satu de
ng penghob mpat-
.
secara
enanaman
akan engan
bi dan
Universitas Sumatera Utara
juga dari jenis tanaman yang dimiliki mempengaruhi terhadap terciptanya bentuk bonsai
yang diinginkan. Secara umum lima gaya di atas menjadi dasar dalam pembentukan bonsai. Sehingga kemudian dari gaya dasar tersebut berkembang
menjadi bentuk kombinasi yang disebut bonsai no hyoogenkikei. Namun meski pun begitu, hasil selanjutnya tentu tidak akan sama satu dengan lainnya. Sebab
dari setiap bakalan bonsai membawa satu kreasi yang berbeda. Gaya-gaya kombinasi tersebut dibagi lagi atas 3 katagori berdasarkan jumlah
batangpohonnya.
2.2.3 Umur
Kesan tua pada bonsai merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan oleh umur bonsai itu sendiri. Kesan tua yang ideal adalah dari kulit batang yang
kelihatan tua keropos. Tua pada pohon tidak dapat tercipta begitu saja, melainkan melalui perjalanan waktu yang cukup lama.
Di Jepang terdapat banyak bonsai yang berusia lebih dari puluhan bahkan ratusan tahun, sesungguhnya bonsai seperti itulah yang memiliki nilai tinggi yang
murni. Dikarnakan kesan tua yang dimiliki bonsai tersebut memang diperoleh dari keberadaan yang telah sekian lamanya di dunia. Dari hal tersebut saja dapat
diketahui bahwa dalam pembuatan bonsai diperlukan ketekunan serta kesabaran agar dapat bertahan sampai berpuluh-puluh tahun bahkan ratusan tahun.
Untuk mendapatkan kesan tua batang atau cabang yang terkupas seperti alami di butuhkan pemahatan pada tuunggul batang. Teknik pemahatan tunggul
Universitas Sumatera Utara
ini berkembang pesat sejak diperkenalkan oleh Kimura. Hasil pahatan tunnggul batang ini sering dinamakan bonsai kontenporer.
Berikut ini bentuk-bentuk dalam pemahatan bonsai berguna untuk mendapatkan kesan tua, yaitu :
a. jin
Jin berarti ujung batang atau cabang yang telah mati. Membuat jin berarti
memnjadikan ujung batang atau cabang tidak memiliki kemampuan tumbuh lagi, hinngga tampak seperti batang atau cabang yang rusak karna
bencana alam. Pembuatan jin dimanfaatkan untuk membuat bonsai yang tinggi menjadi pendek, tampak tua, menghindari pemotongan hingga habis
dan mengurangi berbagai kelemahan pada bonsai. b.
Shari miki Berasal dari dua suku kata yaitu shari artinya bagian tanaman yang mati
sebagian dan terkupas kulitnya dan miki artinya batang atau pohon. Secara harfiah shari miki berarti batang atau cabang atau akar yang berada
di atas tanah yang dimatikan sebagian dengan cara dikupas kulitnya. Pengupasan ini bertujuan menampilkan sosok tanaman yang tampak tua
dan alami. Shari miki dapat dikombinasikan dengan jin. Dalam pembuatan shari miki
ini pengupasan kulit dilakukan hingga bagian bawah, jika terdapat bagian akar yang menonjol diatas tanah pun ikut dikupas, namun
bagian sisi depannya saja. c.
Uro Uro
adalah lubang atau celah yang melebar atau memanjang pada batang. Pelebaran lubang ini adakalanya hanya menyisakan lapisan kambiumnya
Universitas Sumatera Utara
saja, tetapi bonsai masih tetap hidup. Cara pembuatan lubang ini dimulai dengan pengupasan kulit kayu seperti pada shari miki. Setelah itu
dilakukan pemahatan membentuk lubang. d.
Shaba miki Shaba miki
artinya celah atau lubang memanjang yang terdapat pada bonsai
. Kesan yang di peroleh seolah-olah pohon terkena petir atau pohon tua yang batangnya rusak dan berlubang karna termakan usia. Sepintas
shaba miki hampir sama dengan uro. Namun yang membedankan adalah
kulit batang tidak dikupas namun hanya dibuat lubang saja. Melalui bentuk-bentuk pemahatan bonsai diatas, maka dapat membantu
untuk menunjang penampilan bonsai berkesan tua dan indah secara alami. Sehingga tidak perlu menunggu puluhan hingga ratusam tahun lamanya.
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Eksistensi dan Perkembangan Seni Bonsai di Indonesia