19
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitan ini, maka permasalahan yang ingin dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah entrepreneurial networkingdan lingkungan bisnis berpengaruh terhadap kinerja UMKM yang bergerak di bidang kuliner di sekitar kampus
USU dan Jalan Halat Kota Medan.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui pengaruh entrepreneurial networking dan lingkungan
bisnis terhadap kinerja UMKM di bidang kuliner di Kota Medan
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti, Dapat menjadi tambahan dan memperluas wawasan peneliti khususnya
dalam bidang kewirausahaan dan pengaruh entrepreneurial networking dan lingkungan bisnisterhadap kinerja UMKM
2. Bagi Mahasiswa Memberi manfaat untuk memperluas gambaran atau menjadi studi
pembanding maupun penunjang dalam penelitian selanjutnya. 3. Bagi Pelaku Bisnis khususnya UMKM
Sebagai sumber informasi untuk menjadi pertimbangan dalam berwirausaha dan sebagai bahan masukan kepada para pelaku usaha
UMKM yang ingin memperbaiki kinerja usaha dan mengembangkan bisnisnnya.
20
4. Bagi Masyarakat Luas Sebagai sumber informasi tentang pengaruh entrepreneurial networking
dan lingkungan bisnisterhadap kinerja UMKM bidang kuliner di Kota Medan.
21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Uraian Teoritis 2.1.1 Entreprenuerial Networking
Pandangan Brehm dan Rahm yang dimuat Rajbianto 2010 menekankan pada social network berpdendapat bahwa modal sosial adalah jaringan kerjasama
diantara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Cohen dan Prusak dalam Rajbianto2010 berpendapat
bahwa modal sosial adalah kumpulan dari hubungan yang aktif di antara manusia, rasa percaya, saling mengerti dan kesamaan nilai dan prilaku yang mengikat
anggota dalam sebuah jaringan kerja dan komunitas yang memungkinkan adanya kerjasama.
Networking menjadi perhatian dalam komunitas peneliti dan merek meneliti tentang pengaruh networkingdalam ekonomi dan kewirausahaan. Untuk bertahan
dalam dunia yang penuh persaingan, penting sekali untuk mengembangkan sebuah entrepreneurial dan jaringan sosial dari informasi dan lainya. Networking
berperan sebagai bagian yang penting dalam menyatukan dan membawa perusahaan bersama kepada sistem yang inovatif dari hubungan perjanjian,
pengembangan produk, dan aliansi antar organisasi Staber,2001.Networking muncul sebagai simbol organisasi di zaman informasi saat ini Lipnack dan
Stamps,1994. Informasi adalah sumber daya utama untuk pengusaha dan dapat menghubungkan pengusaha dengan pasar, pemasok; harga, teknologi dan
networking telah memperlihatkan betapa berharganya kebijakan berkontribusi
22
membantu pengusaha Frazier dan Niehm, 2004.Networking meningkatkan pengusaha melalui berbagai jenis dari sumber-sumber yang tidak berasal dari
kepemilikan sebelumnya dan membantu untuk mencapai tujuan perusahaan Ripolles dan Blesa,2005.
Networking terdiri atas keluarga dan teman yang menuju pada perpindahan dalam lingkaran yang sama sebagai pengusaha, sumber daya ini tdak mungkin
ditawarkan di luar jangkauan pengusaha Anderson et al., 2005.Penelitian sebelumnya mengenalkan bahwa networking adalah sebuah sumber daya yang
sangat diperlukan dari informasi untuk pengusaha dan UMKM Barnir dan Smith, 2002; Brush et al., 2001; Grave dan Salaff, 2003. Penelitian tentang
kewirausahaan menjelaskan bahwa networkingsocial network berpengaruh terhadap peluang, pengenalan, entrepreneurial direction, pembuatan keputusan
kepada seorang pengusaha dan pertumbuhan bisnis sebagai kriteria kesuksesan bisnis Arenius, 2006.
Definisi entrepreneurial networking adalah segala hubungan yang membantu dalam pembentukan sebuah usaha baru sebagai bagian dari jaringan Dodd dan
Patra, 2002:117. Dougherty dan Bowman 1995 menekankan pentingnya networkingyang berasal dari hubungan individu. Mereka menyelidiki bagaimana
rekstrukturisasi di tahun 1990-an mempengaruhi inovasi produk. Mereka juga menyimpulkan bahwa hal itu menghalangi inovasi produk melalui berkurangnya
efektifitas dan strategi yang melingkupi seluruh kegiatan usaha. Peluang dari jaringan pada hubungan informal digunakan inovator untuk menjalankan
hubungan di luar strategi perusahaan. Inovasi memerlukan sebuah networking
23
yang rumit dari hubungan antar individu dan antar kelompok disebut entrepreneurial networking. Sedangkan Hoang dan Antoncic 2003 dan Slotted
2010 menginditifikasikan bahwa sebuah unit usaha baru berhubungan antara individu dan organisasi, oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa entrepreneurial
networking adalah hubungan yang mengikat yang terbentuk di level antar perseorangan dan antar organisasi.
2.1.1.1 Dimensi Entrepreneurial Networking
a. Building Personal Relationship
Digunakan untuk mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan personal maupun perusahaan Taormina dan Kin lao, 2007. Di dalam bisnis,
membangun hubungan yang baik antar individu maupun dengan organisasi sering dilihat sebagai cara yang tepat untuk mencapai tujuan
perusahaan Neergard et al, 2005. Hoang and Antoncic 2003 mengatakan bahwa kunci utama dari building personal relationship untuk
proses kewirausahaan adalah meningkatkan informasi dan saran yang diterima. Pengusaha sering mengandalkan building personal relationship
untuk informasi bisnis, saran yang berhubungan dengan bisnis dan pemecahan masalah. Selanjutnya, pengusaha mencoba untuk memperluas
atau mengembangkan bisnis dan mengurangi resiko yang tidak terduga
.
a. Having a Favorable Attitude Having a favorable attitude terhadap entrepreneurial networking
diperlukan sebelum menggunakanya untuk tujuan dan kepentingan bisnis. Ekspektasi pada hubungan prilaku-sikap didasarkan oleh Fishbein dan
24
Ajzen 1975” Theory of reasoned action” dan Ajzen 1991 “ Theory of planned behavior” keduanya teori adalah teori motivasi. Ringkasan dari
teori tersebut adalah satu keyakinan mempengaruhi satu perilaku, satu perilaku mempengaruhi satu tujuan perilaku dan satu tujuan perilaku
mempengaruhi perilaku.
2.1.2 Lingkungan Bisnis Eksternal
Lingkungan eksternal merujuk pada faktor-faktor dan kekuatan yang berada di luar organisasi namun mempengaruhi kinerja organisasi. Dalam konsep ini bisnis
sebagai suatu sistem organisasi yang menjadi satu kesatuan dengan sistem lain yaitu lingkungan yang melingkupinya. Lingkungan eksternal adalah segala
sesuatu yang berasal dari luar organisasi itu sendiri yang mempunyai pengaruh terhadap organisasi Supriyono,2000.
Lingkungan eksternal didefenisikan oleh Duncan dalam Ronie Ferdianto dan Zulaikha 2000 sebagai keterkaitan faktor fisik dan sosial di luar organisasi yang
menjadi pertimbangan sebuah organisasi dalam mengambil keputusan.Lingkungan eksternal meliputi variable-variabel di luar organisasi yang
dapat berupa tekanan umum dan tren di dalam lingkungan sosial ataupun faktor- faktor spesifik yang beroperasi di dalam lingkungan kerja industri organisasi.
Lingkungan eksternal mempunyai dua komponen: lingkungan spesifik dan lingkungan generik.
A Lingkungan Spesifik.
Lingkungan spesifik meliputi kekuatan eksternal secara langsung mempengaruhi keputusan dan tindakan para manajer, dan secara langsung relevan dengan
25
pencapaian sasaran organisasi. Lingkungan spesifik sebuah organisasi bersifat khas bagi organisasi itu sendiri. Kekuatan utama yang membentuk lingkungan
spesifik adalah pelanggan, pemasok, pesaing, dan kelompok kepentingan dalam masyarakat.\
a. Pelanggan costumer Pelanggan adalah masyarakat yang secara langsung memanfaatkan,
menggunakan, dan mengajukan permintaan atas barang atau jasa yang ditawarkan oleh organisasi. Sebuah organisasi ada untuk melayani
kebutuhan para pelanggan yang menggunakan output organisasi tersebut. Para pelanggan merupakan salah satu sumber ketidakpastiaan bagi
organisasi, karena selera mereka dapat berubah atau dapat merasa tidak puas dengan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi.
a. Pemasok supplier Pemasok adalah pihak yang terkait langsung dalam kegiatan bisnis dari
sebuah organisasi, khususnya organisasi bisnis yang melakukan kegiatan produksi barang jadi dari berbagai jenis bahan baku. Pemasok dalam hal
ini akan menyiapkan bahan mentah maupun bahan baku yang akan diolah oleh perusahaan menjadi barang-barang ekonomi. Karenanya perlu
diperhatikan kualitas dan ketersediaan bahan mentah maupun bahan baku agar produk yang dihasilkan juga berkualitas dan berdaya saing tinggi.
b. Pesaing competitor Pesaing adalah organisasi bisnis lain yang menjalankan bisnis yang sama
dengan organisasi yang kita jalankan. Karena bisnis yang dijalankan sama,
26
maka pesaing merupakan tantangan sekaligus ancaman yang dihadapi organisasi dalam meraih pelanggan.
B Lingkungan Umum atau Lingkungan Generik
Lingkungan generik adalah kondisi eksternal yang lebih luas yang dapat mempengaruhi kinerja sebuah organisasi. Lingkungan generik meliputi kondisi-
kondisi ekonomi, politikhukum, sosial-budaya, demografis, teknologi, dan global secara luas. Lingkungan umum tidak hanya mempengaruhi kinerja perusahaan
saja, tetapi juga akan mempengaruhi berbagai unsur yang termasuk dalam lingkungan khusus.
2.1.2.1 Dimensi Lingkungan Eksternal
Dalam lingkungan eksternal banyak dipengaruhi oleh beberapa dimensi-dimensi yang mempengaruhinya. Menurut Ferdianto dan Zulaikha 2000 memberikan
dimensi lingkungan eksternal ke dalam tiga bagian : a. Kompleksitas lingkungan eksternal
Dimensi ini mengacu pada banyaknya jumlah dan heterogenitas dari elemen-elemen lingkungan yang harus dihadapi dan dipertimbangkan
dalam proses pembuatan keputusan. b. Dinamika lingkungan eksternal
Dimensi ini mengacu pada instabilitas dan volatilitas lingkungan dan menunjukkan perubahan lingkungan yang sulit diprediksi atau tidak
terduga. Menurut Clark, et al 2002 dinamika lingkungan eksternal dapat diartikan sebagai tingkatan perubahan sektor-sektor lingkungan eksternal
27
yang dapat mempengaruhi kinerja usaha sehingga harus dikenali oleh para pembuat keputusan.
c. Daya dukung lingkungan eksternal Dimensi ini mengacu pada jumlah sumber daya yang disediakan oleh
lingkungan eksternal dalam mendukung pertumbuhan eksternal dalam mendukung pertumbuhan organisai dan memberikan “organizational
slack”. Setiap organisasi, baik itu besar maupun kecil, senantiasa mencari lingkungan yang mencari dukungan dan pertumbuhan dan stabilitas,
karena pertumbuhan dan stabilitas memungkinkan organisasi menciptakan sumber daya yang berlebih menurut Dess dan Origer dalam Dicky 2002.
2.1.3Kinerja Usaha
Suatu organisasi atau usaha dibentuk untuk mencapai tujuan organisasi atau usaha tersebut. Dalam mencapai tujuan tersebut maka usaha harus melalui proses yang
meliputi aktivitas-aktivitas positif demi tercapainya tujuan usaha yang diinginkan dimana kinerja dalam organisasimerupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Pengertian kinerja Moeheriono, 2012:32 adalah sebagai ukuran kuantitatif dan
kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Menurut Gibson et al dalam Julita2013:95
mengatakan bahwa kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya dalam bentuk akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Pencapaian hasil serangkaian
28
kegiatan yang dimaksud meliputi standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan sejak awal dimulainya usaha.
Rue Byars dalam Riyanti 2003:25 juga mengatakan bahwa kinerja dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tingkat pencapaian tujuan
organisasi . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja usaha adalah serangkaian capaian hasil kerja seorang pengusaha melakukan kegiatan usaha,
baik dalam pengembangan produktivitas maupun kesuksesan dalam hal pemasaran, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.Kinerja merupakan
serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Ivancevich Ranto, 2007:19.
Gaskill dan Van Auken 1993 mengatakan bahwa kinerja usaha kecil dan menengah adalah berpengaruh dari kemudahan dalam berbisnis, pembuat
kebijakan dan keterkaitan lain stakeholders untuk melayani sektor usaha kecil dan menengah. Kinerja adalah indikatoryang paling utama untuk melihat kesuksesan
dan ini terbukti secara nyata dan teoritis Man et al.2002. Westhead dan Wright 1998 menjelaskan bahwa kinerja usaha kecil dan menengah dapat diukur
melalui pertumbuhan pasar, pertumbuhan pekerja, pertumbuhan keuntungan dan perubahan dalam hubungan dengan kompetitor. Peningkatan pendapatan,
penerimaan penjualan dan pekerja juga adalah indikator dari kinerja Le Brasseur 2003.
29
Menurut Lumpkin dan Dess 1996 kinerja usaha merupakan sebuah bentuk yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah orientasi strategi
perusahaan. Penurunan kinerja usaha tentu menjadi masalah dan merupakan tantangan bagi orientasi strategi usaha untuk dapat terus mempertahankan kinerja
usaha dengan baik melalui satu orientasi strategi agar dapat bertahan dalam industri.
2.1.3.1 Dimensi Kinerja Usaha
a. Kuantitatif Adalah ukuran yang didasarkan pada data empiris dan hasil angka yang
mengkarakteristikkan kinerja dalam bentuk fisik atau bentuk lain. Dimensi kuantitatif menjelaskan berupa capaian-capaian keuangan, produksi
jumlah barang terjual, pemasaran jumlah pelanggan, jumlah tenaga kerja. Pertumbuhan dari jumlah pelanggan ataupun dari sektor lain di
dalam bisnis termasuk kedalam dimensi kuantitatif. Menurut Wiklund 1999 melihat pertumbuhan terutama dipicu oleh naiknya permintaan
akan produk atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan, yang berarti naiknya penjualan. Indikator untuk melihat kinerja perusahaan dapat
dilihat dari meningkatnya capaian-capaian pangsa pasar, keuangan, produksi, jumlah tenaga kerja Ratno dan Sri, 2010.
b. Kualitatif Adalah ukuran yang didasarkan pada penilaian pandangan persepsi
seseorang berdasarkan pengamatan dan penilaianya terhadap sesuatu. Ukuran kinerja kualitatif berupa kedisiplinan, kualitas pencapaian tujuan,
30
perilaku individual dalam organisasi, dan efektifitas. Dimensi Kualitatif menjadi penting karena focus pada manusia itu sendiri sebagai pelaku
kegiatan akan menjadi sangat kuat Ratno dan Sri, 2010.
2.1.4 Pengertian Usaha Mikro Kecil dan Menengah UMKM
Badan Pusat Statistik BPS mengelompokkan UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan sebagai usaha
mikro, 5-19 orang tenaga kerja sebagai usaha kecil 20-99 orang tenaga kerja sebagai usaha menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja atau lebihh
digolongkan sebagai usaha besar Wismiarsi, 2008:6. Sementara menurut Kementrian Koperasi dan UKM menyebutkan, bahwa usaha
kecil adalah milik Warga Negara Indonesia baik perorangan maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih sebanyak-banyaknya Rp. 200.000.000 dan
mempunyai omzet atau nilai output penjualan paling banyak Rp. 1.000.000.000 dan usaha tersebut berdiri sendiri.
1. Karakteristik Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM
Karakteristik yang melekat pada UMKM merupakan kelebihan dan kekurangan UMKM itu sendiri. beberapa kelebihan dan kekurangan UMKM itu sendiri.
Beberapa kelebihan yang dimiliki UMKM adalah sebagai berikut: A. Daya Tahan
Motivasi pengusaha kecil sangat kuat dalam mepertahunkan kelangsungan usahanya karena usaha tersebut merupakan satu-satunya sumper
31
penghasilan keluarga. Oleh karena itu pengusaha kecil sangat adaptif dalam menghadapi perubahan situasi dalam lingkungan usaha.
B. Padat Karya Pada umumnya UMKM yang ada di Indonesia merupakan usaha yang
bersifat padat karya. Dalam proses produksinya, usaha kecil lebih memanfaatkan kemampuan tenaga kerja yang dimiliki dari pada
penggunaan mesin-mesin sebagai alat produksi. C. Keahlian Khusus
UMKM di Indonesia banyak membuat produk sederhana yang membutuhkan keahlian khusus namun tidak terlalu membutuhkan
pendidikan formal. Keahlian khusus tersebut biasanya dimiliki secara turun-menurun. Selain itu, produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia
mumpanyai kandungan teknologi yang sederhana dan murah. D. Jenis Produk
Produk yang dihasilkan UMKM di Indonesia pada umumnya bernuansa kultur ,yang pada dasarnya merupakan keahlian tersendiri dari masyarakat
di masing-masing daerah. Contohnya seperti kerajinan tangan dari bambu atau rotan, dan ukir-ukiran kayu.
E. Keterkaitan Dengan Sektor Pertanian UMKM di Indonesia pada umumnya masih bersifat agricultural based
karena banyak komoditas pertanian yang dapat diolah dalam skali kecil tanpa harus mengakibatkan biaya produksi yang tinggi.
F. Permodalan
32
Pada umumnya, pengusaha kecil menggatungkan diri pada uang tabungan sendiri atau dana pinjaman dari sumber-sumber informal untuk
kebutuhan modal kerja Tambungan, 2002:166. Kelemahan-kelemahan UMKM tercermin pada kendala-kendala yang dihadapi oleh usaha
tersebut. Kendala yang umumnya dialami oleh UMKM adalah adanya keterbatasan modal, kesulitan dalam pemasaran dan penyediaan bahan
baku, pengetahuan yang minim tentang dunia bisnis, keterbatasan penguasaan teknologi, kualitas SDM pendidikan formal yang rendah,
manajemen keuangan yang belum baik, tidak adanya pembagian tugas yang jelas serta sering mengandalkan anggoa keluarha sebagai pekerja
tidak dibayar Tambunan,2002:169.
2. Krieteria UMKM
Adapun kriteria UMKM menurut Kementrian Koperasi dan UKM berdasarkan aset dan omset adalah sebagai berikut:
- Usaha Mikro memiliki aset maksimal Rp. 50 juta dan omset maksimal Rp. 300 juta per tahun.
- Usaha Kecil memiliki aset maksimal Rp. 50 juta-Rp. 500 juta dan omset maksimal Rp. 300 juta-Rp. 2,5 Milyar per tahun.
- Usaha Menengah memiliki aset maksimal Rp. 500 juta- Rp. 10 Milyar dan omset maksimal Rp 2,5 Milyar- Rp. 50 Milyar per tahun.
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu Nama
Peneliti dan Tahun
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis
Hasil Penelitian
33
Penelitian
Bojic Milovanovic
dan Zoran Wittnie
2014
Analysis of External
Environment’s Moderating
Role on Entrepreneurial
Orientation and Business
Performance Relationship
among Italian’s SME
1. Stretegic Networking
2. External Environmental
3. Business Performance
Multiple linear
regression analysis
Hierarchic al
linear regression
analysis Lingkungan bisnis
eksternal berpengaruh
secara terbatas pada hubungan
antara strategic networking dan
kinerja usaha
Tri Handayani 2013
Pengaruh Lingkungan
Makro Terhadap
Kinerja Usaha 1. Lingkungan
Makro 2. Kinerja usaha
Analisis deskriptif
Bahwa linkgungan makro mempunyai
pengaruh signifikan terhadap
kinerja usaha
H, Mussthaq ahma dan
Shaziaa Naimat
2011 Networking and
Women Entrepreneur
Beyond Pattriachal
Tradition 1.
Networking 2.
Capability 3.
Opportunity 4.
Participation Analisis
Statistik Entrepreneurial
networking dengan positif
dihubungkan dengan wirausaha
wanita dalam kesertaan di
UMKM
Kim Klyver dan Sharon
Grant 2010 Gender
Differences in Entrepreneurial
Networking and Participation
1. Entrepreneur
ial Networking
2. Entrepreneur
ial Participation
Analisis regresi
Entrepreneurial networking adalah
ramalan dari Entrepreneurial
Participationdala m tiga tahap
Musran Munizu
2010 Pengaruh
Faktor-Faktor Eksternal dan
Internal Terhadap
Kinerja UMKM di Sulawesi
Selatan 1. Faktor
Internal 2. Faktor
Eksternal 3. Kinerja
Usaha UMKM
Analisis regresi
berganda Faktor-faktor
eksternal berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
kinera bisnis dengan dan faktor
internal berpenaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja
bisnis UMKM
34
Ratno Purnomo
2010 Pengaruh
Kepribadian, Self Efficacy,
dan Locus of Control
Terhadap Persepsi Kinerja
Usaha Skala Kecil dan
Menengah 1. Kepribadian
2. Self Efficacy 3. Locus of
Control 4. Kinerja
Multiple regression
Bahwa agreeableness dan
self-efficacy memiliki pengaruh
positif dan signifikann pada
kinerja UMKM
Dwi Rajibianto
2010 Pengaruh
Modal Sosial Untuk
Penguatan Industri Kecil
Genteng Soka di Desa
Kebulusan Kecamatan
Pejagoan Kabupatan
Kebumen Modal sosial
Kualitatif Modal sosial yang
diterapkan oleh para pengrajin
genteng soka di Desa
Kebulusan sangat berpengaruh
terhadap keberlangsungan
usaha
Ana Wulandari
2009 Pengaruh
Lingkungan Eksternal dan
Lingkungan Internal
Terhadap Orientasi
Wirausaha Dalam
Meningkatkan Kinerja Usaha
1. Lingkungan Eksternal
2. Lingkungan Internal
3. Orientasi Kewirausahaa
n 4. Kinerja Usaha
Analisis regresi
dan analisis
korelasi Penelitian
membuktikan bahwa lingkungan
eksternal dan lingkungan
internal memiliki pengaruh
positif terhadap orientasi
wirausaha
Rj Taormina dan Kin Mei
Lao s 2007 Measuring
Chinese Entrepreneurial
Motivation: Personality and
Environmental Influence
1. Social
Networking 2.
Optimism 3.
Achievment Striving
4. Perceived
importance of a
favorable business
Analisis regresi
Karakteristik psikologi
berpengaruh kuat pada kemampuan
pengusaha dan lingkungan bisnis
mempengaruhi kesuksesan usaha
35
environment 5.
Demographic 6. Motivation to
start business Kevin Hindle
dan Kim Klyver 2006
Exploring The RelationShip
Between Media Coverage and
Participation in Entrepreneurshi
p: Initial Global Evidence and
Research Implication
1. Networking
2. Alertness
3. Competence
4. Risk-
willingness 5.
Uniform living
standards
6. Status
perception 7.
Opportunity search
activity
8. Young
business activity
Multiple linear
regresi Sejumlah orang
yang mempunyai keahlian dan
pengetahuan untuk memulai segala
bisnis berhubungan
secara signifikan dengan seluruh
variable dependen
Nanik Wahyuni
2005 Pengaruh
Lingkungan Eksternal
Terhadap Kinerja
Perusahaan Dengan
Orientasi Strategik
Sebagai Variabel
Intervening 1. Lingkungan
2. Eksternal 3. Orientasi
4. Strategik 5. Kinerja
Perusahaan Statistik
Deskriptif Pengaruh yang
sebenarnya dimiliki antara
lingkungan eksternal dan
kinerja perusahaan adalah
pengaruh yang langsung tanpa
melalui orientasi strategic
MM Crossan, Lande Hw,
dan White RE 1999
An Organizational
Learning Framework:
From Intuition to Institution
1. Intuiting 2. Interpreting
3. Integrating 4. instutionalizin
g Kualitatif
Mengidentifikasi perusahaan secara
keseluruhan yang mendasari
hubungan fenomena dan
pembelajaran organisasi yang
penting dari pertengahan proses
hingga akhir
Kimio Kase dan James
Entrepreneurial Networking in
Entrepreneurial Networking
Analisis Deskriptif
Disamping manajemen dan
36
Yan Shu Liu 1996
Japan Management
keahlian tekhnikal, entrepreneurial
networking adalah akar dari kekuatan
bersaing di perusahaan
multinational Jepang
2.3 Kerangka Konseptual